part 34

80.6K 5.7K 82
                                    

Hening mengisi suasana di ruang tamu. Hanya terdengar bunyi jarum jam dan suara kaleng bir Alfian yang beradu dengan meja. Pria itu tidak menampilkan raut panik dan canggung sama sekali.

Sara berusaha membunuh waktu dengan membuat minuman didapur. Menyadari kalau Ia sudah lama melamun, Sara berusaha mengatur napasnya untuk meredakan kegugupan. Sara meraih baki dan memantapkan langkahnya ke ruang tamu.

Semua mata langsung menatap Sara. Tatapan Noah pada dirinya, sangat kentara ingin meminta penjelasan. Sara meletakan baki dimeja dan duduk di sebelah Nesya.

"Kalian ingin pizza?"Tawar Nesya karena Ia pun bingung bagaimana mencairkan suasana ini.

"Kau lapar?" Tanya Sara yang langsung diangguki Nesya

"Oke, Aku akan memesan dulu"

Bangkit dari sofa, Sara berniat melarikan diri ke kamar sekaligus memesan pizza. Sebelum Ia melangkah suara ponsel Noah berdering.

"Sepertinya Aku harus pulang duluan. Kau ingin tetap disini atau ku antar pulang kembali Nes?"

"Aku akan menunggu disini saja"

....

"Noah"Panggil Sara dengan agak keras, karena Noah sudah berada didepan lift.

Sara mempercepat langkahnya, hingga berada disamping Noah. Saat itu juga lift berdenting dan terbuka.

"Kau sedang terburu-buru?"

"Ya"

"Bisakah kita mampir sebentar ke kafe disebrang?"

Noah menyetujui ajakan Sara, mereka berjalan beriringan dengan sangat canggung.

Hingga tiba di kafe, Sara terlebih dulu memesan minum untuknya dan Noah sebelum menyusul Noah ke meja diujung kafe.

"Aku tau pasti banyak spekulasi yang bermunculan dipikiranmu"

"Tapi Noah, sejak awal Aku sama sekali tidak pernah memiliki niat untuk mempermainkanmu"

"Aku dan Alfian pernah menikah"

Noah terkejut dengan fakta yang Sara berikan. Tadinya Ia berfikir Sara memiliki hubungan affair sebagai sekretaris Alfian.

"Kami bercerai beberapa bulan yang lalu dan statusku sekarang adalah seorang janda"Terang Sara, Ia sudah pasrah akan semua hinaan yang mungkin akan dilayangkan Noah.

Noah mengambil tangan Sara yang saling bertaut gugup diatas meja. Ia mengenggam tangan itu dan mengelusnya lembut.

"Apa Kau masih mencintainya?"

Sara tertegun, Ia tidak mencintai Noah ataupun Alfian. Entahlah, Sara terlalu bingung dengan perasaan itu.
Ia bertahan dengan semua perlakuan Alfian sejauh ini karena penasaran akan suatu hal.

"Hubungan kami tidak didasari cinta, Noah. Singkatnya kami berdua dijodohkan"

"Aku mengerti. Bisakah Aku tetap mengejarmu?"

"Jujur Aku bingung, mengapa Kau bisa tertarik denganku Noah. Ditambah statusku saat ini"

Noah menatap teduh Sara. Wanita ini tidak menyadari kecantikan yang dimilikinya dan entah mengapa berada di dekat Sara, melihat wanita itu tertawa lembut membawa rasa bahagia tersendiri.

"Jangan pernah merendahkan dirimu,Sara"Ucap Noah dengan tegas sambil mengeratkan genggamannya

Sara tersentuh dengan sikap dan perkataan Noah. Laki-laki di depannya ini sangat baik dan tau cara menghargai seorang wanita. Sara hanya tersenyum tulus kepada Noah sambil mengucapkan terimakasih.

"Apa Aku boleh bertanya lagi?"

Setelah Sara mengangguk, Noah melanjutkan "Apa kalian masih tinggal bersama?"

"Tidak, Apartemen itu Aku beli dengan tabunganku sendiri. Siang tadi sehabis dari bandara, Aku kembali ke apartemen sendiri"

"Karena sangat lelah, Aku tidur dan tidak tau jika pria itu masuk ke unitku"

"Pak Alfian memiliki akses masuk?"Tanya Noah

"Ya, karena kekuatan koneksi dan uangnya Ia bisa memperoleh akses"

Noah menganggukan kepala, mencoba mencerna. Apapun alasan mereka bercerai, sepertinya Alfian masih mengharapkan Sara kembali. Ia akan bersaing secara sehat. Siapapun yang akan bersama Sara nanti, yang penting Ia sudah menunjukan kesungguhannya dan jujur kepada perasaannya sendiri pada Sara.

"Beritahu Aku jika nanti Kau siap untuk membuka hatimu untukku"

"Noah"Ucap Sara sambil menatap Noah sendu

Noah yang melihat tatapan Sara, segera berdiri dan menarik tangan Sara lembut keluar dari kafe.

....

Sementara Alfian masih setia duduk disofa setelah Sara pergi menyusul Noah. Nesya masih berada disitu, menyibukan dirinya dengan ponsel.

Sesekali Nesya akan melirik Alfian. Alfian menyadari sahabat Sara mencuri pandang sedari tadi. Hingga Ia membalas tatapan Nesya dengan tatapan tajamnya.

"Hai"Sapa Nesya kikuk

"Sombong sekali"Nesya berdecak kesal karena pria itu hanya diam tidak menjawab sapaannya.

"Sara tidak cocok bersamamu, tukang selingkuh"

Tatapan tajam Alfian membuat suara Nesya di akhir kalimat menciut.

"Apakah kita sedekat itu untuk saling berbicara?"Sahut Alfian sambil bangkit berdiri dan berlalu begitu saja meninggalkan Nesya.

Tbc

1k vote aku langsung update 🦥

sara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang