09| Surat Misterius

7.7K 635 68
                                    

Vote + Komen ok⚠️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Vote + Komen ok⚠️

Kalo typo tandain

Happy reading.....

****

Hari senin adalah hari termalas bagi semua pelajar. Why? Karena hari senin selain harus berangkat cukup pagi juga harus panas-panasan mendengarkan pidato yang lamanya sangat-sangat lama.

Tepat jam 06:00 Zea dan Elvano sudah ada di sekolah dan sudah siap dengan atribut upacaranya. Ya, hari ini yang bertugas menjadi petugas upacara adalah para OSIS. Elvano sebagai pemimpin upacara, Zea sebagai pemandu acara.

"Ano nanti kalo bisa lo pura-pura sakit ya biar upacaranya gak lama," ujar Zea berpendapat.

Gila emang si Zea.

Elvano berdecak, "ide lo itu kampungan."

"Gue kan cuma memberi saran No! Kalo lo gak mau ya udah gapapa."

"Ya jangan sakit juga dong."

"Terus apa? Kebelet berak?" Ujar Zea asal.

"Sinting!"

"Serah lo ah!" Zea yang tadinya berada disamping Elvano yang sedang latihan menjadi pemimpin upacara pun bergerak berjalan menjauh dari Elvano.

"Dasar Zea," ujar Elvano dengan terkekeh.

****

Zea berjalan di koridor menuju lokernya untuk mengambil topi upacaranya. Mukanya yang memang agak judes membuat semua murid yang sedang berada di koridor memandang tak suka. Apalagi koridor ini kebanyakan dilalui oleh kelas 12.

"Biasa aja kali tuh muka."

"Masa Waketos judes gitu."

"Mukanya ngajak war."

"Di kira cantik apa kaya gitu?"

"Ngajak gelut tuh muka."

Dan banyak lagi cemoohan yang Zea dengar. Tapi ya namanya juga Zea, mempunyai prinsip 'Jangan dibawa ribet, harus bodo amat. Tapi kalo udah keterlaluan ayo baku hantam'

Judes apaan? Padahal muka gue cantik, imut dan ramah kaya gini.

Saat telah sampai di depan lokernya dan membukanya, kening Zea mengerut. Ada sesuatu di dalamnya, Zea segera mengambilnya.

"Surat?" Tanyanya pada diri sendiri.

"Dari siapa?" Zea celingak-celinguk mencari siapa orang yang telah mengirimnya surat.

"Masa gue punya pengagum rahasia sih?"

"Eh iya gue kan cantik pasti banyaklah pengagum gue." Tingkat kepedean Zea memang harus diacungi jempol.

Zea membolak-balikan surat itu, "buka ah siapa tau duit."

Saat membuka surat itu seketika mata Zea menyipit. Dia tergangga saat membaca tulisan di surat itu.

"Kamu layaknya matahari. Selalu membawa keceriaan, kebahagiaan, dan kehangatan. Kamu itu beda dari yang lain, saat yang lain berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatianku, kamu malah sebaliknya. Tapi itulah yang membuatku selalu memperhatikanmu.

Semangat jadi petugas upacaranya ya:) "

Siapa? Itulah yang ada dipikiran Zea sekarang.

"Ini beneran buat gue? Kok kaya di sinetron-sinetron aja" Gumamnya pelan.

"ZEAAAAAAA!" Teriak seseorang dari arah belakang. Zea menoleh dan mendapati Manda yang sedang berlalri ke arahnya.

"Lo ngapain masih disini? Ayo buruan latihan, 20 menit lagi upacara." Manda langsung nyerocos sambil ngos-ngosan.

Zea nyengir, "eh iya ayo. Gue tadi abis ngambil topi."

"Yaudah ayo cepet! Nanti si Elvan marah lagi."

"Sans aja, kalo dia marah nanti gur marahin balik."

"Cepet buruan Ze," ujar Manda menarik-narik tangan Zea.

"Iya bentar gue kunci dulu loker gue." Setelah mengunci lokernya, Zea langsung memasukan kunci itu kedalam saku. Lain dengan surat yang tadi dia dapatkan, dia berpikir akan membuang surat itu tapi pada akhirnya dia hanya memegangnya.

"Apa itu Ze?" Tanya Manda seraya melirik ke arah surat.

"Biasa surat cinta dari pengagum rahasia gue." Sombong Zea.

"Surat utang kali." Ujar Manda mengejek.

Zea berdecak kemudian menatap Manda dengan wajah juteknya. "Gue anti hutang-mengutang Man."

Mereka berdua tak sadar jika ada seseorang yang memperhatikan mereka. Lebih tepatnya memperhatikan Zea. Dia tersenyum.

****

Dengan dahi yang dipenuhi keringat Zea mendumel sendiri menuju ruang OSIS untuk menyimpan peralatan yang tadi digunakan untuk upacara.


"Ngeselin banget si Ano! Kenapa harus gue yang nyimpen." Gerutu Zea memaki Elvano.

"Berasa jadi babu si Elvano Praditya deh gue!"

"Awas aja gue bales lo." Ujar Zea untuk kesekian kalinya.

Saat telah sampai di depan ruang OSIS, Zea langsung masuk dan menyimpan peralatan tersebut ke tempatnya. Dia menatap sekitar sudut ruangan.

"Kalo tidur sebentar gapapa kali ya? Nanti gue bisa kasih alesan sakit." Zea berjalan ke arah meja rapat anggota OSIS. Kemudian duduk dan meletakkan tas miliknya di atas meja.

"Dahlah gue tidur aja. Bodo amat mau ada yang marah juga." Karena kepalang cape tak banyak hitungan menit pun Zea sudah tertidur.

Posisinya tangan Zea bertumpu pada tas yang ada diatas meja, kemudian tidur dengan kepala yang menyamping ke arah kanan.

Lain dengan Elvano yang baru masuk ruang OSIS saat langsung tersentak saat melihat Zea tertidur dengan posisi yang menurut dia sangat tidak nyaman. Dia berjalan menghampiri Zea kemudian duduk disampingnya. Menatap dalam wajah Zea ketika sedang tidur.

"Cantik." Tanpa sadar Elvano mengeluarkan kalimat itu, tangannya terangkat memegang pipi Zea.

"Andai lo tau," ujar Elvano pelan. Kemudian menjauhkan kembali tangannya dari pipi Zea. Meletakan tangannya di meja yang sama seperti Zea kemudian menjatuhkan kepalanya disana. Posisinya berhadapan dengan Zea.

"I want to always see you." Gumam Elvano pelan sebelum matanya tertutup sama seperti Zea.

****

TBC.

Terima kasih sudah membaca cerita Ketos vs Waketos.

Elvano Pranaditya

Zeanna Kintania

Sampai jumpa di chapter selanjutnya♥️

Ketos vs WaketosWhere stories live. Discover now