17| Kedua Kalinya

82 36 21
                                    

Saat Farrel melihat Farasya dibawa oleh suster menggunakan brankar, ia segera mengejarnya.

"Suster, dia kenapa?"

"Tadi pingsan mas."

"Pingsan?"

"Iya, yaudah saya mau bawa ke UGD dulu." Lalu meninggalkan tempatnya, dan membawanya ke UGD.

"Ini pasti kerjaaan si tengil Reynald. Mau apa sih dia! Sampe bikin Farasya kaya gini! Gue harus temuin dia sekarang!" ucapnya.

Ketika Farrel ingin melangkahkan kakinya, ia tersadar, jika tidak mungkin meninggalkan dua orang sekaligus yang sedang di UGD. Farrel pun mengurungkan niatnya untuk menemui Reynald, karena baginya Farasya lebih penting dari apapun, bahkan dirinya sendiri.

****

Reynald tidak mungkin kembali ke rumahnya, sedangkan ini masih jam sekolah. Walaupun terkesan bad boy, namun ia masih memikirkan perasaan ibunya. Reynald pun membelokkan motornya ke sebuah kedai kopi.

"Pesan apa mas?"

"Kopi hitam tanpa gula satu."

"Baik mas, ditunggu."

Karena bosan ia pun menelfon Rafa.

"Lo masih di sekolah?"

"Ya iyalah, kan emang masih jam sekolah, lo masih di rumah sakit? Nungguin si cupu, hahaha. Temen gue lagi bucin nih kayaknya, tapi sekalinya bucin sama cupu."

"Anjir lo! Gue ngga suka ya sama cupu! LAGIAN GUE CUMAN KASIAN SAMA PEMBANTUNYA! BUKAN SI CUPU!"

"Ngga usah ngegas kali, kalo emang ngga suka. Kuping gue panas nih! Pake teriak-teriak segala."

"Ooh iya, lo masih suka sama Mita? Kayaknya Mita nyesel tujuh turunan ninggalin lo deh," lanjutnya.

"Gila! Gini-gini juga, gue tuh gampang move on kali sama tuh cewek. Lagian salahnya dia kan, jadi ngga susah buat gue move on."

"Gampang move on nih? Seriusan."

"Ya iyalah, ngapain juga cinta sama orang yang ngehianatin kitanya. Kalo ada, bener-bener sinting tuh orang."

"Kalo sama sebelumnya, udah move on belum?"

Panggilan langsung diputuskan oleh Reynald, ia tidak suka membicarakan hal itu lagi. Jujur ia masih sangat mencintainya, namun karena hubungan LDR akhirnya kandas di tengah jalan.

Reynald maupun Della masih sangat mencintai pada saat itu, namun sekarang patut untuk ditanyakan tentang perasaan mereka berdua.

Sejak kecil, Reynald dan Della sudah seperti kakak beradik, karena seringnya mereka bermain bersama. Rumah mereka memang bersebelahan sehingga tidak heran jika mereka sudah akrab sejak kecil, hingga akhirnya orang tua Della memutuskan untuk mengajaknya ke London, Inggris dan menetap disana, karena ayahnya juga merupakan seorang pengusaha.

Kalo bisa gue jujur untuk saat ini, gue pengin ketemu lo Del, secara langsung. Tapi itu mustahil bagi gue untuk bisa ketemu lo, batinnya.

"Ini mas, kopinya," ucap pelayan tadi membuyarkan lamunannya.

"Makasih mba."

Sambil menyesap kopi hangat didepannya, ia melihat Safira tengah bersama seorang laki-laki. Di jam sekolah seperti ini. Ia pun segera menghampirinya.

"Siapa lo! Berani-beraninya ngajakin adik sepupu gue jalan, di jam sekolah kaya gini," lalu menarik kasar kerah baju yang masih dibalut seragam SMA.

Love Without Signal [ON GOING]Where stories live. Discover now