24| Ketidakpercayaan

33 7 0
                                    

Untuk pertama kalinya, Farasya pasrah menghadapi sikap Farrel kepadanya. Sudah berapa kali ia telfon, tapi tak satupun panggilan yang di jawab oleh Farrel.

"Please Rel, kita bukan anak kecil lagi yang dikit-dikit marahan," gumam Farasya, saat menatap ponselnya.

Bukannya marah, Farasya hanya ingin menjelaskan apa yang terjadi malam ini agar tidak terjadi kesalahpahaman antara mereka berdua.

Bahkan, hubungan mereka patut dibilang masih sebutir pasir bukan sebiji jagung. Farrel menyatakan cintanya sore tadi saat pulang sekolah, dan malamnya sudah mengalami masalah. Benar-benar hubungan yang aneh.

"Baru beberapa jam jadian, udah kek gini aja," ucap Farasya, menghembuskan nafas panjang.

Farasya memilih bangkit dari duduknya, lalu pergi ke kamarnya untuk tidur, mengingat sudah tengah malam. Namun, Farasya belum mengistirahatkan seluruh jiwa dan raganya.

*****

Mentari mulai memancarkan sinar berwarna jingga kekuningan dari ufuk timur, pertanda hari sudah mulai pagi.

Cahaya matahari yang menerobos masuk melalui celah jendelanya, mampu mengusik ketenangan dalam tidurnya. Sehingga Farasya pun dengan berat hati, dan langkah yang lunglai bangun dari ranjangnya untuk melakukan rutinitas setiap paginya.

Hari Sabtu, Farasya langsung ingat dalam schedule-nya, jika hari ini dia akan menjenguk bi Irah ke rumah sakit dan pulangnya akan latihan untuk Art Competition bersama Yoga.

Setelah mandi kemudian berganti pakaian, Farasya sedikit memoleskan bedak tipis di wajahnya, lalu lipbalm berwarna. Tentunya, Farasya melakukan semua itu agar tidak pucat sekaligus menjadi lebih fresh di pagi hari.

Dia ingat kalau sekarang sudah punya Farrel yang berstatus sebagai pacarnya. Jadi, Farasya akan meminta izin kalau hari ini, ia akan menjenguk bi Irah yang masih di rumah sakit.

Farasya mulai mengetikkan kalimat di keyboard ponselnya. Sedikit miris memang, chat semalam darinya juga belum dibacanya sampai sekarang. Tapi menurutnya, daripada tidak memberi tau apapun akan lebih salah di matanya.

Farrel, aku cuma mau ngasih tau kamu kalau hari ini aku mau jenguk bi Irah ke rumah sakit. Kalo misalnya ada apa-apa harus bilang.
See u, jangan lama-lama marahnya Farrel.

Proses mengirim chat-nya memang secepat kilat. Hanya membutuhkan waktu beberapa detik saja. Tapi, butuh jutaan menit agar berubah menjadi centang 2 abu-abu dan butuh ribuan jam menjadi centang 2 biru. Sadis!

Pacar apa pacar?

*****

Lima belas menitan, Farasya melakukan perjalanan dari tempat tinggalnya ke rumah sakit. Akhirnya, sampai di tempat tujuan.

Farasya mulai melangkahkan kakinya menuju tempat bi Irah di rawat. Ruang Anggrek B.23. Bau obat-obatan, makanan khas rumah sakit, dan lantai yang sudah di pel. Semua itu membuat beraneka ragam bau masuk ke indera penciumannya.

Melihat ruangan yang bertuliskan Anggrek B.23, Farasya langsung masuk kedalamnya yang tentunya diawali dengan salam.

"Assalamu'alaikum."

Namun, tidak ada jawaban dari bi Irah. Apakah bi Irah masih terlelap dalam tidurnya? Pukul sembilan pagi bukankah sudah waktunya bangun? Tirai yang masih tertutup membuat rasa penasaran darinya.

Farasya segera membuka tirainya perlahan, betapa terkejutnya ia ketika melihat siapa yang berada di sana dengan bi Irah.

"Farrel?" beo Farasya.

Love Without Signal [ON GOING]Where stories live. Discover now