9| Aneh

122 82 13
                                    

"Assalamu'alaikum, bi," ucapku sambil membuka pintu rumah.

"Waalaikumussalam, kok baru pulang non?"

"Iya bi, tadi ada tugas di sekolah, ooh iya bi, tolong cuciin baju ini ya, kena jus jeruk soalnya," ucapku sambil memberikan baju seragam milik Reynald.

"Baju siapa non?"

"Temen bi, tadi ngga sengaja aku yang numpahin."

"Ooh, baik non, bibi nyuci dulu non."

"Ehh iya bi, malem ini harus udah kering ya bi, sama disetrika juga."

"Baik non, yaudah makan dulu sana, udah ada di meja."

"Iya bi, makannya ntar, aku mau mandi dulu."

"Iya non"

Mereka berdua pun menjalankan aktivitasnya masing-masing.

Hampir 3 jam-an, akhirnya baju seragam Reynald pun telah selesai, dan tinggal tahap mengantarkan ke clien spesial.

"Ini non, bajunya."

"Udah ya bi?"

"Iya udah beres non, nodanya dijamin hilang sekali kucek."

"Bisa aja bibi, yaudah aku keluar dulu, mau nganterin bajunya."

"Sendirian non?"

Mengingat kejadian tadi, ia merasakan trauma yang amat sangat.

"Iya, tapi ngga papa kok bi, ntar pake taksi aja."

"Ooh iya deh, hati-hati non."

"Iya bi."

Saat taksinya sudah sampai rumah Reynald, ia pun segera turun.

"Jalan Mawar No.45, ngga salah kok, bissmillah semoga bukan alamat palsu," ucapnya sambil melihat nomor rumah Reynald.

Farasya pun memberanikan diri mengetuk pintunya.

Tok..tok..tok

"Assalamu'alaikum."

"Assalamu'alaikum."

"Assalamu'alaikum."

Oke, sudah 3 kali diketuk namun tidak ada jawaban, baiklah saatnya pulang, batinnya.

Baru saja mau melangkahkan kakinya, namun...

"Waalaikumussalam," ucap seorang wanita paruh baya menggunakan kursi roda nya.

Farasya pun menghampirinya, ia merasa kasian akan wanita tersebut, ia juga merasa malu, jika salah alamat.

"Malem tan," ucapku sambil mencium tangannya, dan memberikan senyum lebar.

"Iya malem juga nak."

"Maaf tan, saya mau nanya, ini rumahnya kak Reynald?"

"Iya nak, benar ini rumahnya, ada apa memangnya? Ooh iya masuk dulu, Rey nya lagi keluar soalnya," ucapnya lalu menyuruhku masuk.

"Gimana ya tan? Ini udah malem juga, aku titipin sama tante aja yaa, takut kemaleman tan," bujukku.

"Hmm, iyadeh, emang mau nitip apa?"

Memberikan baju seragam Reynald, "Titip ini tan, seragamnya ka Reynald."

"Kok bisa ada dikamu, malu-maluin banget tuh anak, maaf ya nak."

"Ooh ngga papa kok tan, aku pamit duluan ya, salam juga buat ka Reynald, aku ngga bisa ngasih secara langsung, permisi tan."

"Iya nak, hati-hati."

Farasya pun segera menaiki taksi, yang sudah menunggunya.

"Maaf pak, lama."

"Iya neng, ngga papa."

Namun saat diperjalanan, aku melihat perkumpulan orang, atau sekelompok geng yang tengah berdebat.

"Pak, berhenti disini aja, ini uangnya."

"Baik neng, makasih."

Kemudian Farasya pun mengintai mereka, ia khawatir barangkali ada Safira didalamnya, dan jaga-jaga kalau ada sesuatu, harus telfon polisi.

Namun saat ia sedang mengintai secara berhati-hati, dari belakang ada seseorang yang langsung membekap mulutnya.

"Diem lo!"

Cowok itu segera mengendarai mobil nya dengan cepat.

"Bisa diem ngga sih!"

"B...ukaa a..tau...."

Akhirnya cowok tersebut pun membuka kain yang dililitkan kepadaku, bersamaan dengannya ia membuka maskernya.

"K..a..k?"

"LO BENER-BENER BEGO YA! LO MAU GALI LUBANG KEMATIAN LO SENDIRI HA! KALO LO NGINTAI ATAU BAHKAN TERIMA TANTANGAN SAFIRA, ITU ARTINYA LO UDAH SIAP BUAT MATI! TOLOL!"

"M..ak..sud..nya?"

"LO NGGA AKAN PAHAM! DIA BAKALAN NGEHACURIN KEHIDUPAN ORANG YANG BERANI NGUSIK KEHIDUPANNYA, DAN DENGAN LO TERIMA TANTANGAN DIA, ITU ARTINYA HIDUP LO SELAMANYA NGGA AKAN TENANG! PAHAM!"

"Aku sama sekali ngga takut kok, hidup mati kita udah ditentuin sama yang diatas. Kalo emang aku udah ditakdirkan buat mati, ya pasti mati, tapi kalo engga, ya ngga bakalan mati, mau disiksa seperti apapun." Farasya pun kembali turun dari mobil Reynald.

Gila tuh bocah, belum tau sifatnya Safira, udah cupu, bego, tolol, sok jagoan, cih, batinnya.

Pagi harinya, Farasya pun berangkat seperti biasanya ke sekolah.

Farasya pun segera duduk di kursinya, tak lama kemudian, Reynald masuk kelasnya dengan wajah merah padam.

"IKUT GUE!" Reynald menarik keras tangan Farasya untuk mengikutinya.

Farasya bingung sekaligus takut, baru kali ini ada cowok berani membentaknya dengan sekasar itu.

Reynald pun membawanya ke belakang sekolah.

"Gue mau nanya, yang kemarin numpahin jus jeruk di seragam gue siapa?"

"Aku."

"Jadi?" tanya Reynald, dan yang ditanya hanya diam, Farasya sungguh bingung berada di posisi ini

"Jadi apa?"

Membuang seragamnya ke muka Farasya. "Yang salah siapa? Lo kan? TERUS KENAPA YANG NYUCI BUKAN LO! Kenapa malah pembantu lo yang nyuci? Pembantu lo punya salah sama gue, hm? BELAJAR TANGGUNG JAWAB CUPU!"

Aneh, kenapa dia bisa tau kalo bukan aku yang nyuci, dan hanya masalah cucian sepele, bisa membuatnya marah besar, batinnya.

"Terus?"

"Cuci lagi lah bego."

"Apa yang perlu dicuci? Ini kan udah bersih."

"Ya seragam gue lah. Intinya harus lo cuci!" Reynald pun pergi meninggalkannya.

Cowok aneh, nyebelin, kakak kelas ngga tau diri, apa mungkin matanya buta ya? Masa udah dicuci sampai bersih minta dicuci lagi, benar-benar aneh, batinnya.

















Kalau suka jangan lupa Vote yaa, makasih :))

auliashf_

Love Without Signal [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang