27| Rasain

24 4 0
                                    

Mengingat kejadian tadi, Farasya hanya bisa tertawa geli. Seorang Reynald Keano Febriansyah yang notabenenya seorang bad boy dengan mudahnya ia kelabui.

"Harusnya tadi gue videoin tuh mukanya singa. Pasti lagi marah banget, persis kaya singa yang lagi ngamuk," sesalnya.

Melihat jam berwarna putih tulang yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan pukul setengah 10, Farasya langsung masuk ke rumahnya untuk mengistirahatkan seluruh jiwa dan raganya.

****

Setelah kemarin Farasya dan Farrel menjemput bi Irah dari rumah sakit. Hari ini, mereka telah siap untuk melaksanakan upacara bendera secara rutin di SMU Kartika.

Gilirannya anak XI MIPA 1 yang menjadi petugas upacara. Namun, ada perbedaan dengan hari-hari sebelumnya. Kali ini bukan Farrel yang menjadi pemimpin upacara, tapi Al, anak yang baru pindah kemarin.

"Sya, dia anak baru kan ya?" tanya Ayu kepadanya.

"Mungkin, aku juga gatau."

"Kece parah sih, damage-nya nusuk ke ginjal, padahal seragamnya sama. Tapi, auranya itu ganteng bangett, Sya."

"Mau aku bilangin ke Yoga?"

"No! Awas aja sampe lu bilang ke dia, Sya! Gue tandain muka lu."

"Sstt! Diem Ayu, udah mulai upacaranya."

Selesai sudah upacara yang sangat melelahkan. Semuanya pergi ke kelasnya masing-masing. Terutama para siswi, mereka menyalakan AC dengan suhu yang paling dingin.

"Anak-anak, kalian semua duduk yang benar! Kita kedatangan murid baru di kelas ini."

"Ini kenapa pada pindah semua sih, Bu?" heran Rola.

"Udah masuk kategori sekolah penampungan juga, kan?" tambah yang lain.

Bu Vivi hanya menghendikkan bahunya, ia juga bingung. "Sudah-sudah. Sini masuk, kemudian perkenalan diri kamu."

Rambut hitam sebahu, kulit putih, cantik, ideal, jangan lupakan iris matanya yang berwarna hitam. Dia Naira.

"Hai semuanya, kenalin gue Naira Kayla Faten. Semoga kita bisa berteman baik," sapanya.

"Pindahan dari mana?"

"Dari rumah," kekeh Naira. "Jadi, Gue itu mantan anak homeschooling," jelasnya. Mereka semua hanya ber-oh ria mendengar jawaban Naira.

"Kenapa ngga lanjut homeschooling, Nai?" tanya Arabella, penasaran.

"Bosen aja."

"Ya sudah, Naira. Kamu duduk di sebelah Farasya, ya."

"Baik, Ibu."

****

Setelah melaksanakan upacara bendera, Al tidak kembali ke kelasnya. Ia memilih untuk menemui saudara kembarnya dulu. Dia takut, mungkin saja kembarannya hilang.

Al menepuk bahu Stefan, "Woi, Stef. Keren kan gua, pas jadi pemimpin tadi?" Al kini mendudukkan dirinya di samping Stefan.

"Keren kalo diliat dari luar angkasa," tindas Stefan.

"Anjing lah, keburu ga keliatan."

"Emang gua ga liat."

"Tega lu njing!" Al mengelus dadanya, "Gini banget nasib kembaran sama lu. Puji dikit kek."

"Gua?" Stefan menunjuk dirinya sendiri, "Muji lu?" Kini telunjuknya diarahkan ke Al.

"Iyalah."

"Sampai dunia kiamat juga gua gaakan pernah muji lu," sadis Stefan, ia langsung meninggalkan Al.

"Kembaran babi!"

****

Saat hendak kembali ke kelas, Stefan berpapasan dengan Reynald. Keduanya menyiratkan tatapan tidak suka, baik Stefan maupun Reynald.

Stefan berdecak, "Ini modelan bad boy sekolah?" Stefan menjeda ucapannya, "Kalo menurut gua sih, yang kaya gini cocoknya modelan nerd boy," gumamnya pelan, namun masih terdengar oleh Reynald.

Reynald hanya tertawa kecil, "Anak baru gausah sok tau." Reynald berjalan mendekatinya kemudian menepuk bahu Stefan, "Main lu kurang jauh, Bro!"

"Sial! Lo pikir gua selama ini Rapunzel?" murka Stefan.

"Anak konglomerat biasanya gitu, makan aja masih disuapin sama maid nya," remeh Reynald. Dia tau betul watak lelaki didepannya. Mudah emosi.

Bugh

"Bangsat." Stefan memukul bagian kiri wajah Reynald, yang membuatnya hampir jatuh ke belakang.

Namun, Reynald tidak membalas pukulan itu. Bukannya ia takut. Dia hanya tidak ingin gara-gara masalah sepele, mengharuskannya berurusan dengan guru BK.

Reynald lebih memilih memasukkan tangannya ke dalam saku dan berlalu meninggalkannya. Tidak ada untungnya, meladeni makhluk seperti dia.

"Katanya jago, nonjok balik aja ngga berani. Yahh cemen!" cibir Stefan.

Sekali gue nonjok, habis lu anjing. Batin Reynald.

Rafa menghembuskan nafas kecewanya saat melihat Reynald yang berada di depannya, "Astagfirullahaladzim nak, kamu mau sekolah apa mau ngelaunte?" sindir Rafa.

Pasalnya darah yang ada di sisi mulutnya, dia hapus menggunakan telapak tangannya. Namun, justru membekas seperti memakai blush on.

"Open BO!" jawab Reynald, kesal.

Rafa tertawa lepas, "Lu kenapa anjir, muka lu merah semua," tunjuk Rafa menggunakan dagunya.

Reynald menoleh, "Cuci muka pake pewarna makanan tadi."

"Gue serius, Rey," ulang Rafa.

"Tumben." Reynald kembali menghapus bekas tadi, menggunakan tisu.

Stefan masuk ke kelasnya, ia sengaja menendang meja yang di tempati Reynald dan Rafa langsung menjadi pusat perhatian.

"Woi! Lu, mau cari masalah?" tanya Rafa tak santai. Dia mendorong tubuh Stefan yang berada di depannya.

"Kenapa? Gak suka?" ketusnya.

Rafa sudah bersiap memukul Stefan, namun tangannya ditarik oleh Reynald.

"Lepasin gue, Rey. Anak baru harus dikasih pelajaran biar tau rasa."

"Sadar anjing. Emang dengan lu mukul, bakal bikin dia jadi manusia yang baik hati dan tidak sombong?"

"Gaasik lu, Rey. Lagi panas-panasnya lu malah ngelawak."

"Gue ngga ngelawak. Cuma ngasih tau."

Stefan berdecak, "Badan kurus kering kaya tengkorak hidup ngga usah sok-sokan mau mukul gua dah."

"Bacot! Lepasin gue, Rey."

"Lama-lama gue tonjok juga muka lu, Raf. Ngga usah ladenin anak kurang kasih sayang ini."

"Maksud lu apa nyet?"

"Gaada."

"Lu bakal nyesel karena apa yang barusan lu ucapin."

Reynald hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, tidak berniat menanggapi. Pak Subur selaku guru mapel hari ini pun masuk. Semuanya diam.

Rafa menyenggol lengan teman sebangkunya, "Pstt, emang bener gue kaya tengkorak idup, Rey?" tanya Rafa. Dia sangat ingin tau.

Reynald hanya menganggukkan kepalanya lalu membisikkan sesuatu ke Rafa, "Bukan tengkorak lagi, lebih ke jalangkung, Raf," hina Reynald.

"Astagfirullah akhi, mainnya body shaming," pedih Rafa, "Detik ini juga, kita END."

















Selesai tanpa pernah mengawali🤙

Bener yaa, cowok kalo ngomong gaada filternya! Pedes banget

Jangan lupa apresiasinya

Maaf banget akhir-akhir ini jarang update

Love Without Signal [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang