10| Respect

123 80 13
                                    

Akhirnya Farasya pun kembali ke kelas, dan membawa seragam Reynald.

"Sya? Baju siapa?" tanya Yoga.

Farasya yang tidak ingin mereka tau tentang baju ini segera memasukkan seragamnya ke dalam tasnya.

"Ooh ini baju aku tadi, habis beli soalnya," jawabnya berbohong.

"Kok ngga ada plastiknya, bukannya kalo baju baru itu masih ada plastiknya ya?"

"Ooh itu, kan tadi plastiknya udah sobek, jadi sekalian dibuang deh, hehe."

Mungkin jawaban Farasya sangat tidak masuk akal bagi Yoga, namun menurutnya daripada tidak menjawab apapun.

"Ooh"

Bu guru pun masuk dan memberikan pelajaran kepada siswanya.

Sudah sekitar satu jam-an, guru mengajarkan materi, namun di sela-sela pelajaran,

"Assalamu'alaikum? Maaf bu, Farasya nya ada?"

"Waalaikumussalam, Farasya kamu dipanggil."

Farasya pun kedepan, "Kenapa ya kak?"

"Ikut gue, makasih ya bu."

"Iya sama-sama."

Farasya pun mengikutinya, namun ia berhenti di kantin.

"Duduk disini, gue mau manggil seseorang."

"Iya kak."

Setelah beberapa menit, ia pun kembali dengan cowok yang dipanggilnya.

"Gue pamit Rey."

"Oke, thanks."

Rey? Reynald kah, batinnya.

Ia pun mengadahkan wajahnya dan, tebakannya tidak mungkin meleset.

Ahh benar, cowok itu, batinnya.

"Kaget?" Farasya hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Kok masih disini bukannya pulang."

"Pulang?"

"IYALAH! Kan lu belum nyuci seragam gue."

"Nyucinya sekarang?"

"Taun depan, nunggu gue lulus."

"Ooh yaudah kan tahun depan, aku pergi dulu ya, kan masih lama juga." Saat ia sudah berdiri dan mau melangkahkan kakinya, namun,

Reynald kembali menariknya dan mendudukkannya, dan menatapnya dengan jarak yang sangat dekat.

"Lo mau macem-macem sama gue? Ya nyucinya sekarang, BEGO!"

Sejenak mereka berdua pun diam, sambil menatap satu sama lain hanya dengan jarak 5 cm, hidung mereka hampir bertemu.

"Ck, lo ngeliatin cowok seganteng gue, sampe ngga kedip." Reynald pun menjauhkan tubuh darinya.

"WOI! Masih bengong juga nih bocah! Mau gue cium?" sambil mendekatkan wajahnya kembali.

"MESUM!" lalu beranjak pergi meninggalkannya.

"Lo mau pergi!"

Farasya pun menghentikan langkahnya, "Tadi katanya disuruh pulang, yaudah ini mau pulang."

Reynald pun menghampirinya. "Serius mau pulang sendiri? Yakin ngga ada yang gangguin?" Farasya hanya menghendikkan bahunya, karena ia memang tidak bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya dengan pasti.

Reynald pun menggenggam tangannya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, lalu pergi meninggalkan sekolah.

****

Love Without Signal [ON GOING]Where stories live. Discover now