3| Art Competition

188 120 34
                                    

Mentari mulai terlihat menampakkan dirinya dengan sinar keorenan yang mampu menyihir setiap makhluk menjadi berdecak kagum.

"Sya, kamu mulai besok berangkat sendiri ngga papa? Soalnya mulai hari ini ayah tugasnya lebih jauh lagi Sya."

"Iya ngga papa kok, lagipula lebih enakan pake angkot, kalo ngga jalan kaki biar sehat. Ayah hati-hati kerjanya."

"Iya, yaudah berangkat sekarang, ntar kamu telat Sya."

"Baik yah."

Jam tangan warna peach menunjukkan pukul 6 pagi lewat 46 menit, sehingga dia masih bisa meluangkan pikirannya sejenak di kelas, sambil merevisi karya tulisnya itu.

****

"Morning Sya," ucap Yoga yang kebetulan bertemu di gerbang masuk sekolahnya.

"Juga."

"Gimana tidurnya?"

"Ha? Ngapain nanya masalah tidur?"

"Hehe, Ngga usah jawab ngga papa kok, tenang."

"Oke."

Farasya dan Yoga pun, sampai di kelasnya, X MIPA 7, "Gue pengin liat karya tulis lo, Sya."

"Nanti aja."

"Gue maunya sekarang Sya."

"Hm, bentar. Nih," menyerahkan secarik kertas yang berisi pusi karanganku.

"Gue baca ya." Farasya pun menganggukkan kepalanya singkat, tanda ia setuju.

Mentari
Sinarmu yang keorenan
Menyuguhkan pemandangan yang indah
Sinarmu, mampu menyihir setiap
Pasang mata yang melihatmu
Sinarmu tak kalah indah
Dengan senyuman nya
Lebih indah dari apapun
Kau ku kagumi
Dari ufuk timur engkau terbit,
Memunculkan indahnya sunrise
Juga dari arah barat engkau pergi
Karena sifat malumu

~Farasya Indriani Angelina~

Seketika semua anak yang berada di kelas menyorakiku, aku sangat senang di hari itu, namun tidak selamanya.

"Eh cewek cupu! Pinter juga lo bikin semua anak langsung suka sama lo hah, pake susuk apa lo!"

"Ayu! Sekali lagi gue ingetin lo, jangan pernah lo nyakitin hati dia lagi."

"Tau tuh ayu, takut kesaing kan lo," ucap seorang yang lain.

"Gue?? Hellow gue takut saingan sama dia? Ehh lo semua dengerin ya, semua dunia juga tau kali perbandingan nya antara gue sama si cupu ini kaya bumi sama langit tau." Sambil menaruh tasnya, kemudian keluar.

"Lo ngga papa kan?"

"Kamu liat kan aku ngga apa-apa?"

"Iya-iya."

Di sisi lain, kelas XI MIPA 3, tempatnya anak pinter tapi sedikit nakal.

"Ehh ada breaking news nih."

"Apaan sih lo, Raf?" ucap Reynald merasa yang akan diucapkan Rafa tidak penting.

"Ada cewek culun masuk IPA cuy."

"IPA berapa Raf?" ucap lainnya.

"IPA 7, gue denger dari Ayu sih anaknya ngeselin banget, dia pengin ngerebut Yoga dari Ayu."

"Serius? Si cewe cupu itu mau ngrebut Yoga dari adek lo?" tanya Rey semakin penasaran dengan wujudnya.

"Kata Ayu sih gitu."

"Kaya apa sih cewenya?" tanya Reynald semakin menjadi-jadi.

"Ehh, lo jangan suka sama cewek culun kaya dia Rey."

"Ya ngga lah, amit-amit! Harga diri gue yang tingginya seatas langit, langsung jatuh ke bumi anjir."

"Ck, baguslah kalo lo tau."

Istirahat pun tiba, "Lo seriusan ngga mau ke kantin lagi?"

"Aku bawa bekal soalnya."

"Yaudah, gue duluan Sya." Yoga pun keluar kelas untuk mengisi perutnya.

Farasya pun hendak mengambil bekal dalam tasnya namun, Ayu menggebrak mejanya.

"Ehh lo ini! Bego apa tolol sih! Udah gue ingetin berkali-kali masih aja ngelunjak, maksud lo tadi apa hah!"

"Aku ngga ada maksud apa-apa serius."

"Ini terakhir kalinya gue ngingetin lo! Kalo lo masih jalan sama Yoga, jangan harap lo bisa tenang sekolah disini!" ucapnya lalu berjalan pergi keluar kelas.

Ngga SMP, ngga SMA, ngga SMU sama aja masih dibilangin PHO, ampun deh, batinku.

"Lo abis diapain Ayu?"

"Ngga."

"Lo ngga usah menghindar dari gue, Ayu ngga bakalan jahat sama lo kok, selama ada gue."

"Justru kamu yang buat aku dimarahin sama Ayu." Farasya pun pergi keluar meninggalkan Yoga yang masih diam di tempat.

Bel pulang sekolah berbunyi, Farasya segera merapihkan barang-barang di meja yang masih berantakan.

"Yuk sya."

"Aku bisa ke kak Rani sendiri."

"Gak! Gue ikut," ucapnya lalu menggandeng tangan Farasya.

****

"Maaf kak, kak Rani nya ada?"

"Ran? Dipanggil tuh."

"Oh iya, gimana Sya?"

"Ini kak."

"Cepet banget buatnya, gue revisi dulu ya."

"Iya kak."

"Bagus banget puisi lo sya, lu ikut Art Competition aja ya, mewakili sekolah kita, gimana?"

"Sama lo juga, Yoga," lanjutnya.

"Saya kak?" tanya Yoga, menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, kalian kan satu kelas jadi kalian bisa collapse dan nentuin apa yang bakal jadi temanya."

"Siap kak," jawab Yoga semangat.

"Gimana Sya."

"Baik kak."

"Okee."

Mereka pun akhirnya setuju untuk diikutkan dalam satu event setiap tahun yang selalu diikuti oleh SMU Kartika.

"Sya, pulang bareng lagi kan?"

"Ngga, aku mau pake angkot," kebetulan angkotnya pun sudah sampai, "Pak berhenti pak."

Namun Yoga tak mengejar Farasya karena ia tau, dia masih ingin menenangkan diri dulu.














Kalau suka jangan lupa Vote yaa, makasih :)


auliashf_

Love Without Signal [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang