22| Perihal Satu Masalah

73 25 16
                                    

"Lu mau ngapain sih?"

Reynald tidak menyawab satu kata apapun, ia langsung mengikat hoddie miliknya ke pinggangnya, untuk menutupi roknya.

"Udah." Farasya menaikkan satu alisnya.

Reynald yang paham dengan bahasa tubuh Farasya langsung memberinya penjelasan, "Lu ga liat apa! Tadi si penjual nasgor ngeliatin paha lu yang terlalu terekspos. Makannya kalo keluar jangan pake rok mini. Untung aja gue lagi ngga nafsu."

Sial! batin Farasya.

"Makasih dan maaf," cicitnya.

"Buat?"

"Makasih karena lu udah balikin hp gue, terus tadi minjemin gue uang, dan sekarang minjemin hoddie yang lu pake. Maaf untuk kata-kata gue yang mungkin terlalu kasar sama lu."

"Good girl," Reynald megacungkan dua jempolnya, "Btw gue Reynald cowo paling ganteng sedunia," ucapnya lalu mengulurkan tangannya.

"Gue Fa_"

Shit! Hampir aja gue keceplosan, batin Farasya.

Membalas uluran tangannya, "Gue Farah."

Reynald tersenyum hangat, setelah menatap wajahnya, ia lalu melihat tangan Farasya. Dan fokusnya tertuju pada cincin yang ia kenakan.

"Cincin dari siapa?"

Farasya segera menarik uluran tangannya, "Dari ibu gue," lirih Farasya.

"Pasti ibu lu sayang banget sama lu. Buktinya dia ngasih cincin yang gue taksir harganya senilai motor gue."

"Ngarang lu. Mana ada."

"Mau gue searching sekarang? Biar lu percaya?"

"Gausah. Lagian ini hadiah ulang tahun terakhir dari ibu."

"Maksudnya?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Maksudnya?"

"Ibu meninggal setelah ngelahirin gue ke dunia," lirih Farasya.

"Sorry gue gatau."

"Gapapa. Gue duluan, ntar besok gue balikin uang sama hoddie nya setelah gue cuci."

"Uangnya ngga usah dipikirin. Gue yang nlaktir lu, dan ga perlu di ganti. Hoddie nya buat lu aja."

"Gue ngga mau. Karena gue ga berhak."

"Oke kalau lu nggak mau. Sebagai gantinya, lu harus nurutin apa kata gue."

"Pake syarat lagi?" Reynald hanya mengangguk singkat.

"Oke, mau lu apa?"

"Besok jam 7 malem, gue tunggu di Cafe Monalisa, meja no.3. Gaboleh telat dan ga ada penolakan. Paham?"

Farasya hanya bisa mengangguk pasrah, "Iya, gue paham. Yaudah gue mau pulang. Duluan."

"Hati-hati Farah."

Love Without Signal [ON GOING]Where stories live. Discover now