14| Siasat

95 53 15
                                    

"Satu langkah gagal, harus maju dua langkah"

****

Tanpa canggung ia pun segera masuk ke rumahnya, walaupun rumahnya sepi, sangat sepi, semenjak ibu yang melahirkannya meninggal saat ia dilahirkan, dan sekarang ayahnya juga sibuk untuk bekerja.

"Assalamu'alaikum bi," Farasya sedikit heran, biasanya bibi nya selalu menyahut ketika diberi salam.

"Bibi?"

"Bi?"

"Bibi dimana?" Tetap saja tidak ada sahutan dari dalam.

Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kamarnya bi Irah.

Uhukk, uhukk, uhuk.

Farasya yang cemas dengan keadaan bi Irah tersebut, segera masuk kedalamnya.

"Bi? Bibi kenapa?" tanyanya sangat cemas, Farasya sangat menyayangi bi Irah, dan tidak ingin terjadi apa-apa dengannya, mengingat dari kecil ia dibesarkan olehnya, bahkan menurutnya sudah seperti ibu kedua baginya.

"Bibi ngga kenapa-napa kok non. Maaf ya bibi ngga tau kalo non udah pulang."

"Ngga papa kok bi. Bibi seriusan ngga apa-apa? Kita ke rumah sakit aja ya." pintanya.

Bi Irah menggeleng halus, "Ngga usah non, paling cuman kecapean aja, besok juga sembuh."

"Tapi bi Irah pucet banget, ke rumah sakit aja ya, Farasya mohon." Air mata pun lolos dari tempatnya. Ia sangat khawatir dengan keadaannya.

Mengusap air mata di pipinya, "Ngga usah nangis non."

"Tapi izinin Farasya buat tidur sama bibi ya, aku mau ngejagain bibi."

"Jangan dong, kamu tidur di kamar kamu aja ya."

"Ngga mau bi."

"Hm, yaudah iya."

"Makasih bi, bibi cepet sembuh ya, Farasya sayang banget sama bibi, bibi udah ngebesarin Farasya sampe sekarang, makasih ya bi. Farasya udah nganggep bibi sebagai ibu kedua bagi Farasya." Ia pun memeluk tubuh bi Irah.

Membalas pelukannya, "Bibi juga sayang kamu Sya."

Cup

Satu kecupan manis di puncak kepala Farasya yang kini sudah terlelap.

****

"Assalamu'alaikum," ucap Farrel saat memasuki rumah.

"Waalaikumussalam."

"Baru juga ketemu gadis yang di incarnya, udah telat pulang aja nih," gurau Irene.

"Ya iyalah gadis, yakali gue jalan sama tante-tante," jawabnya asal sambil mendudukkan dirinya ke sofa di ruang tengah.

"Huss huss, ngapain lo duduk? mandi dulu sana! Bau jengkol sama pete," ucapnya sambil mengibas-ibaskan tangannya menyuruh nya untuk pergi.

"Iyadeh iya." Farrel pun segera meninggalkan kakaknya itu.

Satu jam kemudian, Farrel pun kembali ke tempat asalnya yaitu ruang tengah.

"Kak?"

"Hm."

"Woi gue nanya, liat dulu napa?"

"Bosen ngeliat muka lo mulu."

"Yaelah, muka seganteng gue mana bisa ngebosenin?"

"Ya bisa lah. Kan udah ada bukti."

"Oke gue kalah, kalo debat sama lo. Tapi gue mau ngomong soal Farasya."

Irene sedikit tertarik dengan topik pembicaraannya kali ini, "Kenapa sama dia?"

"Gue mau nembak dia besok."

"Ngebet amat bang." Irene hanya terkekeh geli melihat adiknya yang sedang di mabuk asmara.

"Gue takut kecolongan lagi."

"Kecolongan?"

"Yaa, gue takut ntar ada orang lain yang ngisi hatinya lebih dulu daripada gue."

"Ooohh."

"Cuma oh gitu?"

"Ya terus?"

"Kalimat oh lo itu ngga bisa buat gue dapet ide tau ngga! Mending gue cari ide sendiri," sambil melangkahkan kakinya.

"Terserah lo deh Rel, pusing gue mikirin alur cerita kehidupan cinta lo."

Dikamarnya, ia sibuk memikirkan apa yang perlu ia persiapkan untuk besok pagi.

Ting

Sebuah notif dari sahabatnya yakni Rafa, berhasil menarik perhatiannya.

"Irene gimana?"

Irene lagi, irene lagi, irene terosss, batinnya.

Rafa adalah adik kelas Irene yang berhasil merebut hati seorang wanita berkepala batu. Namun Irene hanya sekedar korban pelampiasan kepada mantan-mantannya.

"Tanyain sendiri aja Raf."

"Lo kan adeknya Irene Rel, lo harus bantuin gue biar bisa deket lagi sama Irene."

Kalimat itu membuat Farrel berfikir dua kali,

"Oke, tapi gue punya syarat. Lo harus bantuin gue buat nembak cewek di lap. basket."

"Oke gue siap. Btw ceweknya siapa?"

"Kepo kaya dora. Intinya gue mau kita kerjasama, dan kalo misalnya gue berhasil, dan dia mau jadi pacar gue, gue bakalan bantuin lo juga buat ngedapetin hatinya kak Irene lagi sampai jiwa raga gue dipertaruhkan deh."

"Ya iyalah gue kepo. Oke, gue setuju."

"Nih ya, secara kan elu mantan playboy berkelas yang udah tobat nih, kira-kira cara nembak ke cewek yang berhasil bikin ceweknya luluh dan mau terima kitanya itu gimana sih? Dan yang paling penting anti-mainstream. Bisa ngga?"

"Woyadong jelas bisa."

"Caranya?"

"...."

"Cukup baik, okedeh besok ya."

"Siap."

Read















Kalau suka jangan lupa Vote yaa, makasih :)

auliashf_

Love Without Signal [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang