16| Gagal

95 38 17
                                    

"Gue emang udah gagal jadi cowo"

*****

Flashback On

Mentari kian memunculkan dirinya disaat hari sudah mulai pagi.

Farasya yang masih sedikit terlelap, dibangunkan oleh bibinya.

"Non? Non Farasya? Bangun ya, udah jam 5 nih, mau berangkat sekolah kan?"

Hooammm, "Ooh iya bi, aku mandi dulu ya."

"Iya non, sarapannya udah ada di atas meja."

"Oke bi."

Setelah selesai mandi dan bersiap untuk makan, ia terkejut dengan bibinya yang sudah tidak sadarkan diri.

"Bi? Bibi? Bangun bi, bibi kenapa?"

"Tolong, tolong."

Farasya pun keluar untuk meminta bantuan kepada tetangga rumahnya, namun, tetap tidak ada bantuan, kemudian ia melihat Reynald, dan dengan cepat meminta bantuan kepadanya.

"Stop Rey. Aku mohon bantuin aku, pembantuku pingsan Rey, aku mohon sama kamu," ucapnya sambil sedikit terisak.

"HARUS GUE BILANG BERAPA KALI SIH! GUE NGGA AKAN PERNAH NGEBANTUIN LO LAGI! DAN LO CUMAN BAWA SIAL TAU NGGA! UDAH SANA," usir Reynald.

"Rey, a..ku mo..hon, kali i..ni aj..a, please ba..ntuin ak..u, aku bingung Rey, ha..rus mi..nta tolo..ng sa..ma si..apa hiks.."

Mungkin karena rasa kemanusiaan akhirnya ia pun membantunya.

"Bentar, gue nelfon taksi dulu."

"I..iya ma..kasih."

Saat taksinya sudah sampai, Farasya dan bibi nya segera masuk, dan melanjutkan perjalanan ke rumah sakit terdekat.

Reynald yang tadinya marah, sekarang berbanding terbalik, ia malah semakin kasian, dan memutuskan untuk tidak berangkat sekolah juga.

"AHH SIAL! KENAPA GUE HARUS PEDULI LAGI SAMA SI CEWEK CUPU!" teriaknya sambil mengacak rambutnya karena frustasi.

Sesampainya di rumah sakit, Farasya sempat berpikir bahwa ia akan kehilangan sosok ibu kedua baginya, namun dengan cepat ia membuang semua pikiran negatif kepadanya, dan berharap secepatnya ia akan sembuh.

"Dok, sembuhin ibu saya ya." ibu?

"Baik dek, bantu doa saja ya," dan Farasya hanya menganggukkan kepalanya.

Farasya menutup mukanya menggunakan kedua telapak tangannya untuk menutupi derai air mata yang membasahi pipinya.

"Nih," Reynald membawa sebotol air mineral.

Farasya pun mendongakkan kepalanya, "Makasih."

Reynald yang awalnya menatapnya jengah, sekarang mulai menatapnya dengan tatapan sendu.

"Lo kenapa sedih banget? Padahal kan dia cuman pembantu lo."

Hal itu justru membuat Farasya semakin menangis.

"Ehh maaf, gue ngga ada maksud buat kaya gitu."

Flashback Off

Reynald terlihat bingung menghadapinya, apa ia harus memenangkan cewek yang sedang menangis dihadapannya ataukah tidak. Tapi ia malah memilih untuk pergi.

"Lo bego! Bego! Tolol! Sampe segitunya lo ngga suka sama Farasya! Padahal kan dia ngga pernah buat salah sama lo! Bajingan!" Umpat Farrel kepada Reynald dan bergegas pergi meninggalkannya.

"Gue emang udah gagal jadi cowo." lirihnya.

Farrel pun segera menghampiri Farasya.

"Sya? Ini gue Farrel." Mendengar ucapan Farrel ia segera memeluknya.

"Rel, kamu tau kan, bi Irah sudah seperti ibu kandungku sendiri. Kamu tau kan?"

"Iya Sya, gue tau kok."

"Aku ngga salah kan," sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Ya engga dong, masa salah sih. Udah ya, ngga usah nangis lagi, kan udah ada gue. Bi Irah pasti sembuh kok."

"Ibu bukan bibi."

"Ooh iya, Ibu."

Farrel tidak ingin memperkeruh suasana, sehingga dia hanya mengiyakan apa yang dikatakan olehnya.

Reynald yang dari tadi melihat jelas semuanya, merasa sedikit lega, karena ia sudah melihat ada lelaki yang bisa membuatnya lebih tenang, tapi disisi lain ada hal yang mengganjal. ekhemm

Namun ia memutuskan untuk mengampiri mereka berdua.

"Gue pulang duluan ya."

Farasya segera melepaskan pelukannya, dan beralih menatap Reynald, kemudian berdiri.

"Mau pulang sekarang?"

"Iya, emang kenapa?"

"Ngga papa, makasih ya kamu udah nganterin sampe kesini," sambil melebarkan senyumnya, padahal dihatinya masih terasa sakit akibat pertanyaannya tadi.

"Sama-sama." Reynald lalu pergi ke luar rumah sakit.

Saat Farasya ingin mendudukkan dirinya kembali, ia melihat satu dompet berwarna coklat susu tergeletak di lantai.

"Punya kamu Rel?"

"Bukan."

"Bentar ya, aku mau ngembaliin ini dulu ke Reynald."

"Biar gue aja Sya."

"Ngga papa kamu disini aja, nungguin ibu."

"Hm. Oke."

Ia pun berlari menuju keluar rumah sakit, dilihatnya Reynald yang sudah siap untuk menaiki motornya.

"Kak? Ini dompetnya ke...." Namun Farasya kehilangan kesadaran nya, mungkin karena terlalu memikirkan ibunya.

Dengan cekatan ia menangkap tubuh wanita tersebut. Dilihatnya dengan seksama, "Cantik", satu kata terlontarkan begitu saja dari mulut seorang Reynald.

Reynald pun mengerjapkan matanya sejenak, dan akhirnya menyuruh suster untuk membawanya ke UGD, dan akhirnya ia memutuskan untuk pulang.


















Kalau suka jangan lupa Vote yaa, makasih:)

auliashf_

Love Without Signal [ON GOING]Where stories live. Discover now