44. Waktu Untuk Sendiri🐥

26.1K 2.2K 155
                                    

[Tau kan caranya nyenengin hati penulis❤]
•••
Happy reading😍

***

Sampai di apart, gue bergegas lari ke arah lift. Namun sepertinya keuntungan gak lagi berpihak, lift yang akan menuju lantai atas mendadak penuh sama antrian para manusia. Entah apa yang mereka lakukan dalam antrian itu, tapi yang pasti gue dongkol lihat kerumunannya.

Iyalah, gue 'kan jadi gak bisa masuk kesana.

"NA!"

Kontan, kepala gue berbalik dan mendapati Geo yang lagi berlari kencang.

Di wajah yang masih menyisakan tangisan, ekspresi gue sedikit menggambarkan rasa keterkejutan akan datangnya dia disini. Sejak kapan dia sampai? Lantas, dia juga mengejar gue yang naik taksi tadi?

"NANA!"

Gue mengambil seribu langkah disaat Geo hampir sampai, menghindari dia untuk sementara waktu adalah keinginan hati gue. Sesak rasanya mengingat kejadian yang baru saja dilihat.

Febby sama Geo pelukan di ruang kerja? Hanya berdua?

Apalagi selain selingkuh? Hah?

Jalan alternatif yang di pilih untuk sampai di apart adalah tangga. Lumayan menguras tenaga jika gue menggunakan jalan ini. Ayolah, apart gue itu terletak dilantai enam, gue bisa keringetan kalau ambil jalan ini, tapi, daripada bertemu dengan Geo, gue mau lakuin itu dengan hati yang amat berat.

Berlari sekencang mungkin sambil sesekali terpentok undakan tangga.

"Na, ya ampun! Jangan lari-larian!"

Bodoamat! Gue gak mau denger omongan lo!

Kaki gue terus berlari, gak peduli seberapa banyak peluh yang menetes dari kening, gue lebih pedulikan usaha dan tekad dalam diri agar segera sampai di tempat tujuan. Ingin sembunyi disana, menangis sendirian, meratapi nasib yang selalu malang, dan memikirkan hubungan gue sama Geo untuk kedepannya.

"Na, ini semua salah paham. Jangan marah, Na." Geo yang masih mengejar gak berhenti ngoceh untuk mencegah gue.

Seakan tuli, gue gak menggubris omongan dia, menganggap ucapannya seperti angin lewat.

Tepat di tangga lantai lima, tubuh gue ambruk tanpa bisa ditahan. Napas gue tersenggal-senggal, make-up yang udah terpoles diwajah kayaknya kecampur sama cairan keringat.

Sialan. Hari penting gue udah hancur lebur!

"Na? Kamu, oke?"

Kepala gue yang merunduk tiba-tiba diangkat sama tangan seseorang. Geo. Dia lagi memandang istrinya dengan raut wajah yang khawatir.

Gue gak menjawab, gak merespon dengan gerakan tubuh, tetapi membalas dengan sebuah tangisan yang berderai deras dikedua pipi. Memperlihatkan kepadanya kalau gue memang sakit hati.

"Maafin, aku. Ini salah paham, Na."

Salah paham apanya? Jelas-jelas gue lihat dia yang lagi pelukan sama Febby, kalau salah paham mana mungkin dilakuin di ruangan yang gak bisa orang lain masuki tanpa izin.

#1 Suami Dadakan! [SELESAI✔]Where stories live. Discover now