39. Bertiga🐥

28.2K 2.4K 43
                                    

[Tau kan caranya nyenengin hati penulis❤]
•••
Happy reading😍

***

"Na?"

Secara spontan, gue menoleh, memandang Geo dengan kedua alis yang terangkat heran. "Iya?"

"Kamu punya desain rumah impian, gak?"

Ini gue mau di kasih rumah gitu? Duh, baik banget sih Mas Suami.

Bisa nih gue request.

Morotin duit suami sekali-kali gak apa-apa, kan?

Gue udah siapin segala kata-kata, duduk menegak dan memfokuskan titik pandang pada wajah Geo seutuhnya. "Jelas ada. Dari dulu aku tuh pengen rumah yang nuansanya alam. Gak mau dua tingkat dan pengen punya ruang keluarga yang luas supaya bisa nampung anak-anak kalau lagi main. Ditambah sama kolam renang di belakang rumah, ada taman juga yang nantinya aku padukan sama tanaman sayuran. Nah, kalau di depan akan aku bikin taman bunga. Oh iya, halamannya juga harus luas. Terus nanti desain rumahnya aku pengen bernuansa warna cream. Dan nan---"

"Ini kamu mau ngeborong semuanya? Halaman depan luas sama ruang keluarga luas harus berapa hektar Na tanahnya?"

Wasyu! Gue 'kan lagi asik nih kasih segala impian dekor rumah, eh tiba-tiba disela sama Geo yang membuat mood gue anjlok secepat kilat.

"Tadi kata kamu, aku punya desain rumah impian, gak? Ya ini deskripsinya. Kalau kamu gak mau denger yaudah gak usah nanya." Gue mendumel, menekuk wajah sebagai tanda kekesalan. "Php aja bisanya." Yang ini gue ucapin secara pelan. Hampir sama dengan bisikan.

Bukannya minta maaf, dia malah tertawa lalu cubitin pipi gue berkali-kali.

"Shh, lepas!" Gue menepis tangan dia, lalu menatapnya sinis.

"Abel, Mama kamu marah tuh. Kira-kira kenapa? PMS atau bawaan mau punya dedek bayi?" Geo berceloteh di depan Abel, kereta bayinya memang diletakkin di depan kita yang lagi duduk disebuah kursi.

"Bayi mulu!" gumam gue agak kesel.

Yaiyalah, sampai saat ini gue belum hamil. Bahkan gak ada tanda-tanda kehamilan yang gue alami. Oh, ayolah. Pernikahan gue udah berjalan setengah tahun, masa belum berbuah sih?

Bisa dilihat kalau Geo mengangkat Abel dan dudukin bocah itu dipangkuannya. Entah kenapa lihat keakraban antara Anak dan Papanya itu malah membuat gue senyum-senyum. Dalam pikiran, udah kebayang gimana Geo memangku dua anak sekaligus. Pasti lucu. Dia pasti kerepotan.

Ah, rasanya gue udah gak sabar untuk punya anak.

"Na, Abel kalau udah besar akan kamu kasih tahu gak kalau dia bukan anak kandung kita?"

Heh, kok melenceng kesana!

Ih, kampret. Gue kok takut sih sama pertanyaannya?

"Kamu kenapa nanya gitu? Kamu gak mau rawat dia? Kamu udah bosen sama Abel? Atau kamu gak mau punya anak angkat? Aduh, Yo. Kita 'kan udah sepakat untuk jadiin Abel anak kita. Kamu ko---"

Cup

Seketika gue bungkam dan membeku. Bagai disihir sama kecupannya yang mendarat di bibir, mata gue gak berkedip sekali pun. Jantung juga memompa lebih cepat, rasa geli nan aneh mulai dirasakan oleh sekujur tubuh.

"Jangan asal ngomong, Na. Mana mungkin aku begitu kalau yang usulin untuk jadiin Abel anak angkat juga aku sendiri," cetus Geo seraya mengeluarkan senyuman kecil.

#1 Suami Dadakan! [SELESAI✔]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu