27. Hukuman🐥

37.1K 2.9K 83
                                    

[Tau kan caranya nyenengin hati penulis❤]
•••
Happy reading😍

***

"Oke, cium Geo sekarang juga."

"LO GILA APA GIMANA SIH?!" Ini Zenna yang ngegas, Abel yang lagi duduk dipangkuannya aja langsung nangis kejer. "Yahhh, Abel, maafin Aunty." Zenna berusaha menenangkan Abel, tapi dia malah meronta meminta dilepaskan.

Helaan napas pelan lolos dari bibir gue, tersenyum kecil ke arah Dimas dan kasih ancaman lewat mulut yang gak mengeluarkan suara.

"Lo bakal habis ditangan gue, bangchat."

Dimas cuma nyengir.

Gak guna juga gue ikutan challenge ini, buang waktu dan kesabaran aja.

Gue udah siap bangkit, tapi lengan keburu ditahan sama Geo. "Mau kemana? Challengenya kan belum beres, Na," tutur dia lembut.

Gue mendengus kasar, beralih memandang Febby dan mendapati dia lagi lihatin tangan gue sama Geo yang bersatu. Tatapannya kayak mengisyaratkan kesedihan gitu, wajahnya juga sedikit ditekuk.

"Mau nenangin, Abel," tukas gue dan langsung menghempas tangan Geo. Segera mengambil Abel dari kukungan Zenna dan cabut secepat mungkin ninggalin ruang tamu yang penuh sama manusia gak tahu malu.

Fine, gue bisa terima ya sama challengenya, tapi untuk tantangan yang Dimas kasih ke Febby jelas gak akan terima. Sebagai istri, gak mau-lah lihat suaminya dicium wanita lain di depan dia-nya sendiri. Kalau pun ada, pasti hatinya sekuat baja, mungkin. Tapi gue kagak, hati gue mah kayak kerupuk seblak.

Gue masuk ke kamar lagi, bibir ini gak berhenti merayu Abel agar nggak nangis terus. Tapi gagal. Dia masih nangis kejer, mukanya juga jadi merah padam.

"Abel, sayangnya Mama, udah dong. Nanti kamu capek, sayang." Punggung mungil Abel gue usap selembut mungkin. Biasanya bocah itu akan tenang diginiin. "Jangan nangis ya, sayang," bisik gue di telinganya.

Apa teriakan Zenna sebegitu menakutkan bagi Abel? Dia juga mengerjat kaget sebelum menangis.

Ah, shit. Gak temen Geo, temen gue sendiri, semuanya sama-sama nyebelin!

"Na?"

Gue menoleh ke arah pintu, melihat Zenna yang sedang menyembulkan kepalanya. "Iya, Zen? Kenapa?" Tanya gue berusaha tenang. Gak mungkin juga gue ngegas dengan posisi yang masih menggendong Abel.

Bisa benci Abel sama Mamanya.

Zenna masuk, dia menatap gue melas. "Sorry, Ya. Gue gak bermaksud kagetin, Abel. Gue cuma gak percaya aja sama dare dari Dimas. Sekali lagi gue minta maaf," ujarnya sambil merundukkan kepala.

Gimana gak luluh coba disuguhkan pemandangan kayak gini? Zenna memang selalu bikin gue kesel, tapi kalau dia udah melas sambil berkata lirih, gue gak bisa apa-apa selain maafin dia. Zenna udah dianggap keluarga juga, namanya yang mirip Dena-lah alasannya.

"Iya, kalem aja. Abel juga udah gak kaget kayak tadi, kok," balas gue seraya tersenyum lebar, tangan kiri gue meninju lengan Zenna kencang. "Lebay lo, ah. Udah jangan melas gitu, kek anjing jalanan tauk," canda gue sambil cekikikan.

Nah, muka melas Zenna mulai berubah jadi cemberut. Bibirnya mengerucut dengan alis yang sedikit menekuk. "Gue nyesel minta maaf sama lo boleh, gak? Seriusan gue nyesel," ujarnya sinis.

#1 Suami Dadakan! [SELESAI✔]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz