20. Jadi Ibu?🐥

46.2K 3.7K 125
                                    

[Tau kan caranya nyenengin hati penulis❤]
•••
Happy reading😍

***

Dua jam perjalanan dan waktu sudah menunjukan pukul satu dini hari, akhirnya motor yang dikendarai Geo terparkir sempurna di area puskesmas. Gue bergegas turun dan lari secepat mungkin ke dalam sana. Tempatnya masih terang, hanya gak banyak orang yang hilir mudik.

Memang sejak terjadinya longsor, puskesmas selalu buka 24 jam. Jadi, masih ada tenaga medis yang menjaga jika ada pasien yang datang dan butuh pertolongan secepat mungkin.

"Alena, cari siapa?"

Tepat saat gue celingukan, seseorang menyapa di depan UGD. Gue refleks menoleh, mengernyit heran karena memang gak tahu dia siapa.

"Aku Syifa, kita masih satu fakultas, Len." Seolah tahu, wanita yang bernama Syifa itu segera mengenalkan dirinya. "Eh, iya. Kamu mau apa? Tumben jam satu kesini?"

"Dia butuh pertolongan! Tolongin gue!" Gak menjawab pertanyaannya, gue langsung menerobos masuk ke dalam UGD. Untungnya kosong, gak ada pasien yang sedang ditangani.

"Len, bayi siapa? Kok banyak lumpurnya gitu?" Saat di dalam, Syifa gak berhenti bertanya, membuat gue berdengus kasar karena kesel. Ini bayinya udah sesak nafas daritadi, woy!

DIA BUTUH PENANGANAN SECEPAT MUNGKIN!

"Syif. Please, ini urgent! Lo kalau gak mau menangani dia biar gue aja, deh!" Ya ampun, gue malah ngegas gini sih! Syifa juga jadi diem gitu. Yaelah, merasa bersalah, kan. "Sorry, Syif. Gue--."

"Iya udah. Kamu tunggu diluar, ya. Untuk disini aku yang akan tangani sama anak-anak yang lain. Kamu gak usah repot-repot." Syifa tersenyum manis, dia mulai mengambil alih, kasih beberapa nafas buatan lantas sibuk sama alat infus.

Gue tersenyum pedih, semoga aja pertolongan ini gak terlambat. Gue percaya sama Syifa untuk saat ini.

Merasa sedikit lega, gue bergegas keluar, cari keberadaan Geo yang gak ada di depan UGD.

Dia kemana? Masih di parkiran, kah?

Gak mau buang waktu, gue lari-lari melewati lorong yang mengarah ke parkiran, mengedarkan penglihatan dan menemukan sesosok lelaki hebat yang sedang terlelap di atas kursi depan puskesmas, posisinya yang sedang duduk dan tangan yang bersedekap dada menandakan kalau dia tertidur dengan posisi yang sangat tidak nyaman. Tubuhnya juga gak dibalut jaket, pasti kedinginan.

Kaki gue menghampiri Geo secepatnya, mengguncang bahunya supaya dia bangun dan gak tidur di luar. "Yo, bangun bentar. Pindah ke dalam, yuk?"

Nghhh

"Yo, bentar doang. Pindah dulu, disini dingin."

"Ngantuk, Na," katanya yang masih setia memejamkan mata.

Wajar sih kalau Geo tidur nyenyak kayak gini. Dia kan udah buang waktu istirahatnya demi selamatkan bayi itu dalam waktu dua jam. Selama itu juga, dia gak pakai jaket yang melindungi badannya dari angin malam. Mungkin Geo udah gak kuat jalan.

"Yaudah, gue juga ikutan tidur disini, ya."

"Eh, jangan!" Geo auto melek dan bangkit dari duduknya, matanya merah dan sayu, menandakan banget kalau dia bener-bener lelah. "Lo jangan kedinginan, nanti sakit lagi."

Dia masih berani bilang begitu disaat dirinya aja kedinginan dan lelah? Heran njir, ini Geo beneran kesambet jurig dijalan apa, ya? Tumben amat perhatian sama bininya.

#1 Suami Dadakan! [SELESAI✔]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt