41. Misi Pertama🐥

25.1K 2K 78
                                    

[Tau kan caranya nyenengin hati penulis❤]
•••
Happy reading😍

***

Pukul delapan malam, Geo baru pulang dari kantornya. Dia kelihatan lelah, kentara dari wajahnya yang sedikit pucat. Biasanya Geo gak akan menampilkan wajah kayak gitu, atau bisa dibilang dia selalu menunjukan wajah ceria jika dihadapan gue.

Geo pernah bilang, ketika gue nanya kenapa dia jarang membagi kesedihannya.

Kalau aku bagi kesedihan sama kamu, itu artinya aku udah gagal jadi penutan kamu. Gak ada suami yang mau membuat air mata istrinya turun cuma-cuma, Na.

Terharu banget gue ingat omongan dia. Sebegitu berharganya air mata gue untuknya.

Dulu, Geo memang lelaki brengsek. Tapi sekarang, dia adalah lelaki yang selalu membuat gue terkagum-kagum dengan segala sikapnya.

"Sini tasnya, kamu duduk dulu, aku siapin kopi, ya?" Saat kaki Geo masih di ambang pintu utama, gue mencegat dia seraya mengambil alih tas kerjanya. Membantu Geo membuka jas kerjanya.

"Makasih, Na," tutur Geo lembut saat tubuhnya sudah duduk di atas sofa.

Gue cuma tersenyum kecil, berlari kedapur untuk membuatkan kopi penghilang penat. Bertempur di dapur untuk membuatkan kopi sudah menjadi kebiasaan kalau Geo pulang larut, sampai gue harus tahan lapar agar bisa makan malam bersamanya.

Gak memakan waktu lama, secangkir kopi kesukaan Geo sudah siap untuk disajikan. Gue menghirup aromanya dari asap yang masih mengepul.

Menenangkan.

Siap, kopinya sudah jadi dan gue segera menemui Geo lagi. Namun saat melihatnya, gue terperangah sebentar, sedikit merasa kasihan karena kali ini lelahnya Geo kentara banget. Matanya sampai terpejam dan posisi duduknya juga terlentang gitu di atas sofa.

Hembusan napas berat keluar dari bibir gue, mulai mendekatinya dan mengguncang bahu dia sampai matanya kembali terbuka.

"Kopinya udah siap," seru gue hangat, menyodorkan cangkir kopi yang langsung diterima olehnya. "Kamu capek banget? Mukanya sedikit pucet lho, Yo." Gue mengambil duduk di samping dia, memijit bahunya untuk lebih meredakan rasa penatnya.

Geo mengangguk kecil, dia mulai menyeruput kopi tersebut. "Enggak, Na. Cuma butuh istirahat sebentar," dalihnya seraya melirik sekilas.

Gue mendesis, memukul bahunya kuat hingga bibir Geo mengeluarkan ringgisan kecil. "Ya artinya kamu capek, Yo. Gimana, sih?! Udah tahu lagi urusin skripsi, tapi kerja masih lembur begini. Kamu minta izin aja sama Papa, pasti di kasih keringanan kok. Apalagi kamu anaknya," omel gue kelewat kesel.

Bayangin deh. Hari-hari Geo setelah dirinya terjun membuat skripsi, kerjaan dia di kantor yang dipimpin Gevano malah semakin membludak sampai membuatnya gak punyai waktu untuk gue selain dijam malam doang. Gue bukannya enggak mendukung kerjaan Geo, tapi kalau bentrok sama kesehatannya juga gue enggak terima karena gak mau dia jatuh sakit. Gimana kalau Geo gak bisa selesaikan skripsinya cuma karena proyek-proyek kantornya itu?

Gila! Mikirnya aja udah buat gue emosi.

"Nanti aku ambil cuti, Na. Tapi sekarang enggak bisa. Masih ada proyek yang harus aku selesaiin."

"Itu mulu alaesannya. Dari kemarin aku tanya sama aja jawabannya! Kalau kamu sakit gimana? Skripsi kamu gak kelar gimana? Inget, Yo. Aku relain Abel tinggal di rumah Mama buat apa? Jelas buat kita fokus sama skripsi!"

Diceramahin pake bentakan itu harusnya diem atau takut, tapi ini malah masam-masem liatin gue. Geo kesambet apaan saat jalan pulang? Dia nyeremin anjir.

#1 Suami Dadakan! [SELESAI✔]Where stories live. Discover now