37. Langit Dan Bulan🐥

33.8K 2.8K 109
                                    

[Tau kan caranya nyenengin hati penulis❤]
•••
Happy reading😍

***

"Kamu kenapa bisa ada disini sih, Den? Tahu dari siapa?" Gue omelin Dena yang sedang mengeringkan rambutnya pakai handuk.

Dena terniat banget datang kesini. Dia bawa tas yang isinya baju dan perlengkapan sehari-harinya. Gue sedikit heran kenapa dia bisa tahu posisi kita? Terus dia tahu darimana juga Villa ini?

"Bisa dong, kenapa enggak?" Dena balik nanya, bocah itu melirik gue sekilas. "Tahu Dari A Haris. Tadi ketemu di deket danau sama Teh Alda, awalnya nanya kenapa mereka ada disini, terus A Haris jelasin kalau dia sama yang lain lagi liburan di Villa Pak Deden, yaudah aku langsung kesini karena tahu kalau Teteh pasti ikut liburan," jelasnya yang terdengar kesal. Nadanya sedikit menyentak.

Gue menatap Dena penuh selidik. "Pak Deden? Siapa?"

Dena mendengus, dia melemparkan handuknya ke wajah gue. "Yang punya Villa ini, beliau temen Papa, Teteh. Udah, ya. Aku mau kebawah dulu, mau temuin calon Adik ipar Teteh."

"Kampret! Sini lo bocah!" Gue terpekik heboh. Berani banget dia lemparin handuk bekas ke wajah gue. Tadinya mau di kasih pelajaran, tapi sang sasaran udah keburu ngibrit keluar dari kamar.

Emang gak ada rasa terimakasihnya! Udah mah dikasih tumpangan buat ganti baju, dikasih handuk buat keringin badannya, dan dia malah lemparin handuk bekas sebagai tanda kepergiannya. Ck, Adik gue kok gitu amat? Baru kali ini lho dia berontak dan liar begitu.

Ini semua karena Faisal. Dia ngebet banget sama tuh cowok!

Helaan napas pelan lolos dari bibir, segera bangkit dan menyimpan handuk bekas Dena digantungan, lantas menghampiri Abel yang lagi rebahan di atas kasur, dia lagi main sama boneka beruangnya.

"Anak Mama, kamu kangen gak sama Mama? Dari tadi mainnya sama Aunty mulu, ya? Uhhhh, maafin Mama sayang." Gue melayangkan kecupan di pipi gembul Abel berkali-kali, dia ketawa kecil sambil menepuk kedua pipi gue dengan tangan mungilnya. "Sekarang main sama Mama, ya?"

"Akkkkk." Abel merespon, tapi masih pakai bahasa balita pada umumnya. Ah, sudahlah. Wajar juga dia belum bisa ngomong lancar, usia masih satu tahun ini toh. Gue memaklumkan kalau Abel baru bisa manggil Papa sama Mamanya doang. Dia selalu bicara seakan memanggil orang tuanya.

"Papaha, Papahna."

Tuh, kan. Abel manggil Papanya. Haish, Geo juga belum balik dari tadi. Masa sih dia masih berenang? Ini udah hampir jam lima sore lho, cuy.

"Papahna, Ma. Papahnaaaa, akkkk."

"Bentar ya, sayang. Papa lagi main sama Om kamu, bentar lagi dia datang." Gue berusaha menjawab omongan Abel meskipun tahu dia juga gak akan ngerti. Abel kembali main sama beruangnya, dia udah mulai gigit-gigit benda yang ada disekitarnya, posisi tidurnya juga kadang berubah-berubah. Dia tidurnya gak bisa diem. Oh iya, dia udah bisa duduk lho, ya. "Jangan gigit bonekanya dong, sayang. Nanti ada kuman yang masuk ke mulut kamu." Saat Abel menggerogoti telinga beruangnya, gue segera menjauhkan boneka itu dari jangkauannya.

Dan hasilnya....

"Aaaaaaa wang, Na. Aaaaaa."

#1 Suami Dadakan! [SELESAI✔]Onde histórias criam vida. Descubra agora