30. Dia Kembali

27K 2.5K 399
                                    


-

"Yang teduh kini menjadi hujan badai, yang singgah kini beranjak, dan segala tawa kini fana."
-Aletta Revalia Chesa-

MALAM ini, satu kisah tertulis lagi. Malam ini, sebuah buku kecil berwarna biru kembali terbuka dengan sebuah pensil pendek di sampingnya. Barisan kertas semakin lama semakin penuh mengisi catatan manusia berjenis kelamin perempuan yang sedang memutar otak mengatur aksara.

Gadis itu berada di kamar dengan seekor hewan karnivora berwarna jingga mengikuti jentakan kakinya. Detakan jam dinding di dekat lemari menjadi teman dalam sunyi pada hari yang pekat ini.

Dia benci. Benci keadaan di mana ia tersenyum, sedetik kemudian menangis, lalu ... melakukan kedua hal tersebut bergantian.

Gadis itu mengangkat sang kucing yang sekarang bergelut manja di tangannya.

Beberapa waktu setelahnya ia beranjak dari duduknya dan pergi ke arah jendela dekat kasur, lalu ia duduk di pembatas ventilasi udara itu dengan kepala yang bersandar di sisi jendela.

Gadis itu sadar bahwa dia sudah memasuki fase remaja sesungguhnya, mungkin. Sungguh, dirinya tak pernah merasakan ini sebelumnya. Aneh rasanya, dan tak enak.

"Reju udah remaja belum, ya?"

-o0o-

Terlihat Bunda Gavino yang sedang melakukan ritual kecantikan setiap satu kali seminggu, yaitu, dengan bermasker layaknya hantu berjalan di ruang tamu rumah mewah itu. "Kamu kok nolep di kamar, Gavin?"

Lina sangat bingung pada anaknya ini. Bagaimana tidak, sedari tadi setelah anaknya itu keluar dengan alasan mencari angin, sekarang malah bergeming di kamar.

Lina mengetuk keras pintu kamar Gavino
dan mengambil ancang-ancang untuk mengomeli lelaki itu. "GAV--"

Ucapan Lina seketika berhenti karena melihat anaknya yang tampak lesu dan wanita paruh baya itu langsung memelototi anaknya karena sedang dalam keadaan shirtless.

"Apa perlu bunda pakein bajunya?" protes Lina melihat keadaan anaknya ini.

Gavino berbalik ke kamarnya dan mengganti bajunya dengan kaos biasa tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Gavin pergi dulu, ya, Bun," pamit Gavino dan mengambil kunci mobilnya yang terletak di gantungan khusus untuk semua kunci di rumah ini.

"Mau ke mana kamu?" tanya Lina sedikit pelan karena masker nya yang tadi sudah agak retak karena meneriaki anak lelakinya ini.

"Mau ke b--"

Lina menghentikan ucapan anaknya dengan tangannya yang mengangkat ke atas karena ponsel nya berdering di meja sana.

"Halo, dengan siapa di mana?" sapa Lina karena nomor itu tak tersimpan di memori ponsel nya.

"..."

"O-oh, hehe, kenapa, ya?"

"..."

"Oh, oke, iya-iya." Lina memandang Gavino yang masih setia menunggunya sambil bermain game.

ALETTA Where stories live. Discover now