09. Rumah Gavino

36.3K 3.6K 1.1K
                                    

"Lelah dengan skenario yang tak berujung, air mata yang terus mengalir,
bahkan pilu yang tak tahu kapan berakhir.
Lelah berada di dunia yang terlalu banyak pertentangan, lelah berada di dunia yang penuh dengan omong kosong.
Aku ingin pergi, tapi tak tahu ingin ke mana."
[sajakathena]

--

MENGANGA takjub melihat bangunan besar nan megah yang terpampang tepat di depan matanya. Aish, ia benar-benar merasa ubi sekarang.

"Jangan nganga-nganga, deh, nanti masuk laler gua yang susah." Gavino memandang aneh gadis yang masih bergeming didepan rumahnya itu. Tak ambil pusing dirinya memilih untuk memasukkan motor sport hitamnya di garasi.

"Ini rumah keluarga kamu?" tanyanya.

"Kalau bukan, ngapain gue nurunin lo disini dan masukin ini?" Gavino bertanya balik.

"Seriusan, aku pernah lihat rumah kamu, lho, di televisi. Kemarin, bunda lagi nonton film azab, terus rumah kamu jadi rumah orang jahatnya, lho," curhat Aletta, dirinya tak menyangka akan melangkahkan kakinya ke rumah yang pernah masuk ke sinetron kesukaan bundanya itu.

"Lo kalau nanya-nanya lagi gue gak kasih lo pulang, ya!" ancam Gavino. Yang benar saja mana mungkin kedua orangtuanya menyewakan rumah mereka untuk hal-hal seperti itu.

Aletta langsung mengatupkan mulutnya saat mendengar ancaman dari lelaki kejam didepannya ini. Oh, ayolah, dirinya masih ingin bertemu dengan ibunya dan Reju, kucing jalanan gendut berwarna jingga pekat, yang baru ditemukannya semalam saat membersihkan parit di depan rumahnya.

Tak mempedulikan manusia yang menjadi guru lesnya itu, Gavino membuka pintu dan langsung disambut oleh para pegawai yang bekerja di rumahnya. Sebenarnya dirinya sudah berkata untuk tidak melakukan hal itu. Tetapi mereka semua tetap melakukan hal itu, dirinya tak terlalu mempedulikan hal itu sekarang.

Sedangkan Aletta hanya mengikuti lelaki yang setinggi tiang listrik itu dengan takut-takut. Saat gadis itu melangkahkan kakinya tepat memasuki pintu, dirinya melihat para pelayan yang berjejer sambil menunduk kearahnya. Percayalah ini kali pertama dia diperlakukan seperti itu. Aletta lantas menunduk sopan pada para pelayan itu, tetapi para pelayan itu semakin menundukkan kepala mereka, dan Aletta semakin gencar menundukkan dirinya sampai setengah badan karena pikirnya mereka lebih tua dari dirinya yang masih SMA ini.

"Woi, lu mau sok jadi Naruto yang jungkir-balik?" Gavino menyindir sedikit berteriak karena ia sekarang sudah berada di pertengahan anak tangga.

Karena terkejut, badan Aletta yang semula menunduk setengah badan menjadi oleng dan akan jatuh jika saja para pelayan baik itu tak cepat menopang tubuh mungilnya.

"Maaf, terima kasih," ucap Aletta malu karena kejadian yang baru saja dialaminya itu.

Aletta sedikit berlari dan mengikuti langkah besar Gavino, ia masih sempat-sempatnya mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah mewah bernuansa gold itu.

Mereka berhenti didepan pintu yang besar, Aletta pikir itu adalah ruang tamu, ya, walaupun tempat-tempat yang baru saja dilewatinya seperti ruang tamu juga, pikirnya. Sangat besar.

Pintu besar bernuansa emas dan hitam itu terbuka dan memperlihatkan tempat tidur king size berlapis selimut tebal berwarna hitam-putih.

ALETTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang