14. Gavin dan Alcebol

31.7K 3K 160
                                    

COWOK itu menatapnya kesal. Salah satu jemarinya menghapus sang pipi yang sedikit membiru.

"Jangan kuat banget, woi," ucapnya kesakitan.

"Maaf, ya," lirih gadis itu merasa bersalah.

Aletta merendam dan memeras kembali kain di baskom berisi air untuk mengompres luka-luka yang berada di tangan dan wajah cowok yang sering berbuat sesuka hati ini.

Saat ia berada di pertengahan koridor untuk menuju gedung 1 sesuai perintah guru, Aletta sontak terkejut karena melihat seorang makhluk layak zombie yang langsung menarik tangannya hingga mereka sekarang tengah berada di ruangan bernuansa putih ini.

Gavino menutup matanya. Aish, sebenarnya ia tak sudi jika harus berdekatan seperti sekarang pada makhluk di depannya ini. Ya, daripada mati kesakitan apa boleh buat.

"Selangkah lo pergi, gue gak biarin lo balik lagi." Dengan mata terpejam, cowok itu memperingatkan Aletta yang malang saat ia ingin beranjak keluar.

Gadis itu kemudian menarik kembali niat melarikan dirinya, lalu duduk manis di kursi biru berbusa yang agak jauh dari tempat tidur yang ditempati cowok kejam itu.


-o0o-

-o0o-


"Obatin gue juga dong, Man," mohon Kevin dilengkapi puppy eyes menjijikkan. Aish, tolong siapapun untuk menendang pantat cowok yang satu ini ke luar angkasa.

"Iya, semuanya." Sebelum mengangkat pantatnya dari tempat duduk di samping Edgar, Amanda mengecek kembali perban di pelipis cowok di depannya ini guna melihat apakah penutup luka itu merekat sempurna di sana.

"Thanks," ujarnya singkat dan melepaskan tangannya yang mencekal pergelangan tangan Amanda karena gadis itu sudah melangkah kaki tadi.

"Hm, iya," gumam Amanda kemudian mengobati seluruh anggota EAGLE ditemani Reta yang baru saja datang entah dari mana.

"WOI, LIHAT SI GAPIN SAMA Al, ANJIR!" sorak Billy disambut siulan menggoda dari Geng EAGLE, saat melihat sang ketua yang berjalan santai jauh di depan gadis jelek itu, dengan dilengkapi perban-perban yang merekat di tangan dan wajahnya.

"Ciaelahh uhuyyy!"

"Aciww puiwit ...."

"Berisik," tukasnya lalu mengambil kunci motor dari kantong celana abu-abunya, dan melirik Aletta tajam karena tak kunjung naik ke atas jok.

"Dih, PMS tuh," kesal Kevin dan disambut tawa menggelegar dari mereka semua. Mereka sudah tak aneh jika melihat ketuanya begitu. Karena, jika sedang tidak mood maka begitulah sifat cowok itu.

"Gue balik," izin Edgar dan menancapkan motornya.

Melihat itu, wajah Amanda yang tadinya berseri-seri, menjadikan adanya senyum getir di sana, itu semua tak luput dari pandangan semua lelaki dan Reta yang berada di sana.

"Mood udah kaya batrai aja,
naik lama turun cepet," sindir Reta, sambil menarik tangan Amanda yang masih bersedih untuk masuk ke dalam mobil.



-o0o-

-o0o-



"Turun," suruh Gavino saat mereka sudah sampai di rumahnya.

"Iyaa." Hanya menurut, lagipula Aletta senang jika dirinya menjadi tutor cowok ini, sebab nanti dirinya juga bisa sambil belajar di sana. Salah satu yang perlu dicatat adalah, 'Hobinya Belajar'. Bukannya sok-sokan, namun itu adalah kenyataannya.

Masih sama dengan yang kemarin, para pekerja di rumah cowok ini memberi salam pada mereka. Bedanya, Aletta tak lagi menunduk sampai ke bawah hampir mengenai ubin rumah menyerupai Naruto lagi. Dia hanya membungkukkan badannya setengah seperti yang dilakukan pegawai-pegawai itu.

Sedangkan Gavino, tak memusingkan hal itu, sudah dibilang, kan, kalau ia pernah berkata bahwa mereka semua tak perlu melakukan hal itu. Dirinya hanya pergi melewati mereka dan melempar barangnya asal.

Melihat barang-barang yang berserakan, seperti tas bertulis Nike yang tak berisi apa-apa berada di anak tangga ketiga, sepatu cowok itu yang tergeletak berbalik arah di dekat sofa berbulu lembut, dan seragamnya yang dibiarkan menggantung di sandaran sofa menyisakan kaos polos abu-abu berlambang elang di tubuh atletis cowok kejam itu.

Hal tersebut membuat tangan Aletta tak tahan dan memperbaiki semuanya bersama para pekerja, padahal dirinya sudah berkata bahwa dirinya saja yang memperbaiki, tapi mereka semua bersih keras untuk membantunya.

Setelah selesai dia memutuskan untuk segera lari melangkahkan kaki di setiap anak tangga, takut jika nanti lelaki itu marah kalau dirinya telat masuk.

"Lo tunggu di sana. Jangan diri, duduk di sofa," suruhnya karena mengingat wanita itu kemarin berdiri lama layaknya satpam.

"Oke, siap!" patuh Aletta dan membuka tasnya.

Selesai dari luar, Gavino duduk di sofa berjarak satu meter dari gadis itu. Tatapannya yang mengintimidasi membuat Aletta tak nyaman. Sungguh.

Gavino merogoh kantung celananya dan memperlihatkan pada gadis itu sebuah ikat rambut hitam berbandul bulan dan bintang, "Ini punya lo, 'kan?"



-o0o-



Please check our Instagram account for more info 'bout this story.

Instagram :
@esterspy
@wattpadester
@aletta_rechesa
@gavinrevano_

[ Wattpad esterspy_ ]

@gavinrevano_

@gavinrevano_

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



—esterspy

ALETTA Where stories live. Discover now