13. Semakin Mendekat

33.5K 3.1K 346
                                    


"Aku mencintaimu,

bagaimanapun caranya,
bagaimanapun keadaannya,
bagaimanapun akhirnya."

-Amanda Raisy-

SIANG ini di belakang sekolah, masih dengan diri merasa bersalah karena tubuhnya yang aneh ini sudah menabrak 2 orang cowok dalam 2 hari ini.

"Maaf, Kak." Ia mengujar dengan tubuh yang menunduk setengah badan untuk mengambil kacamatanya yang terjatuh di sekitar tanah.

Ia kemudian menatap rupa cowok yang beberapa detik lalu ia tabrak. Sekarang gadis itu takut, benar-benar takut. Pasalnya, manusia berjenis kelamin laki-laki di depannya itu tidak pernah ia lihat sekalipun di area SMA Tunas Bangsa. Sungguh.

Jika dideskripsikan kira-kira seperti, ya, mungkin cowok kejam, si murid lesnya itu cocok dijadikan gambaran rupa dari orang di depannya ini. Tubuhnya kira-kira setinggi Gavino.

Tapi ... Aish! Mengapa mengambil contoh dari murid lesnya yang berlaku sesuka hati itu? Pak Reza, guru olahraga SMA Tunas Bangsa juga memiliki tubuh tinggi seperti manusia di depannya ini. Ia tak habis pikir atas objek pertama yang muncul di otaknya.

"Wo-!" teguran orang itu yang lumayan keras terpotong.

"Reju!"

Aletta yang tadi masih menimbang-nimbang siapa yang cocok menjadi contoh rupa manusia di depannya ini sontak terkejut. Aish, sangat memalukan atas mulutnya yang latah dan menyebut Reju, si kucing oranye milikinya.

"Anjir," ucap cowok itu karena mendengar teriakan dari gadis yang memiliki tubuh minimalis dibanding dengan kisaran umurnya. "Jangan berisik."

"Kamu siapa, ya?" tanya Aletta. Bingung, kenapa orang ini ada di area SMA Tunas Bangsa, pasalnya seragam dan simbol seragam dari cowok di depannya ini jelas berbeda dengan miliknya.

"Jangan berisik, nanti ada yang dengar."

Penasaran yang diiringi rasa takut, Aletta memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyian itu, tak peduli jika Amanda dan Reta akan memarahinya nanti.

Yang terpenting sekarang ia harus pergi dari sana. Jujur, dirinya sedikit takut dengan orang tadi mengingat perbedaan seragam dan simbol mereka. Terlebih kalimat terakhir  cowok itu menambah ketakutan yang  membuncah pada dirinya.


-o0o-

-o0o-


"Yaampun! Aletta yang mirip Dilraba, lo dari mana, sih?" pekik Amanda lebay tak lupa dengan kipas electric mini berwarna biru yang berada di tangannya.

Sedangkan Reta, yang sedari tadi mengikuti Amanda yang berjalan-jalan seperti anak ayam yang kehilangan induknya, hanya memutar bola matanya malas.

Bayangkan, sedari tadi mereka mencari gadis berkacamata ini sampai ke setiap gedung di sekolah, oke, itu tak menjadi masalah karena harus mencari teman mereka yang satu ini, eh, apa dirinya juga teman mereka? Ah, sudahlah.

Tetapi yang paling menyebalkan adalah karena Amanda yang menginginkan kipas electric yang sekarang berada di tangan gadis itu, mereka mencarinya sampai ke setiap kantin dan hasilnya tidak ada. Mereka lalu harus pergi ke lantai dasar menuju koperasi yang berada di ujung koridor. Ah, sudah tahu bagaimana letihnya, 'kan?

"Maaf, Man," lirih Aletta.

"Al, bukannya apa. Tapi, gue gak mau lo disuruh-suruh sama mereka," jelas Amanda sambil meletakkan kipas mini-nya.

ALETTA जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें