19. Perkemahan Gabungan Antarkelas SMA Tunas Bangsa

29.6K 2.9K 434
                                    


"Mengapa kita ini ditakdirkan berjumpa,
jika semesta tahu kita tak akan mungkin bersatu, seperti memetik mawar yang sangat cantik, indah namun pada akhirnya terluka."

CASSANDRA menahan semburat tawanya saat melihat tas yang sekarang gadis cupu itu pakai.

"Anjir, tasnya kayak tas Mpok Inah pembantu gue pulang kampung, woi!" ejek Trisya pada Aletta yang sekarang memandang mereka berdua aneh.

Bagaimana tidak, jika mereka berdua memakai baju yang kurang bahan dan celana di atas lutut seperti ingin pergi ke pantai. Yang lebih mengejutkan adalah, kedua wanita itu membawa koper masing-masing dan juga tas ransel blink-blink di punggung keduanya. Tak lupa dengan make-up dan kacamata gaya yang menghiasi wajah cantik mereka.

"Lo yang aneh, woi! Cuma dua hari aja harus banget pake koper, jijik banget, Tan," tukas Reta tajam pada Cassandra dan Trisya yang sedang menahan diri mereka untuk tidak mencabik mukanya. Mereka masih sayang nyawa untuk tidak berurusan dengan Reta, si badgirl sekolah.

"Helow, lo lihat, tuh, baju lo kurang bahan banget, woi! Kita ini mau PGA, ya, bukan mau clubbing sama om-om," sindir Amanda tajam pada keduanya yang sekarang kicep.

Karena merasa atmosfer yang semakin memanas, Aletta berinisiatif untuk membawa kedua sahabatnya memasuki bus sekolah yang sudah dipanaskan mesinnya sedari tadi.


Saat sudah melangkahkan kaki naik ke tangga bus pariwisata, Aletta merasa bahwa baju belakangnya ditarik yang menyebabkan dia menjadi mundur dan sedikit tercekik.

"Eh, apa-apaan lo!" pekik Amanda tajam.

Gavino tak mempedulikan teriakan gadis itu, dia masih setia menarik kerah belakang baju gadis ini yang menyebabkan Aletta berjalan mundur seperti kambing sampai di depan Bu Monica.

"Eh, jangan di gituin dong!" protes Bu Monica.

"Biarin aja, Bu," ucapnya santai.

Aish!

"Oke, jadi kalian itu 'kan bawa bagian di acara. Jadi bus kalian itu beda dengan teman sekelas kamu berdua. Bisa di mengerti, ya," perintah Bu Monica.

"Siap, bisa, Bu," patuh Aletta. Sebenarnya ada rasa kecewa di hati, tapi dia tak mau membuat kecewa Bu Monica.

Sedangkan Gavino langsung masuk ke dalam bus pariwisata ber-AC itu, dengan tas ransel hitam bertulis Puma di punggungnya.

Aletta mengangkat tasnya dan mulai memasuki bus. Dia meneliti satu-persatu bangku yang telah tersedia. Karena belum banyak yang masuk ke dalam bus tersebut, mudah baginya untuk menemukan tempat duduk yang nyaman.

Gadis itu tampak sedang memasukkan ransel berwarna hitam miliknya, ke atas, laci penyimpanan barang untuk setiap siswa.

Karena terlalu berat atau karena tubuh mungilnya, tas itu akan jatuh dan mengenai orang di bawah, jika saja cowok kejam itu tak menahannya dan memasukkan tas itu ke atas.

"Bego," umpatnya lalu melanjutkan game online nya yang sudah kalah karena kejadian tadi.

"Makasih, maaf," tutur Aletta.

"Oke, semua sudah di dalam 'kan? Semua bus dari tiap-tiap kelas sudah berangkat. Jadi kita akan berangkat, tetapi sebelumnya kita berdoa menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing," jelas Bu Ratna yang baru saja masuk ke dalam bus ditemani sang ketua osis dan bendahara osis SMA Tunas Bangsa.

ALETTA Where stories live. Discover now