15. Biola dan Tante Lina

31.7K 3K 161
                                    

MASIH tak menutup mulutnya yang terbuka lebar karena ikat rambut kesayangannya, bahkan sanking sayangnya, ia sampai jarang memakai ikat rambut tersebut, dan benda itu sekarang berada di genggaman cowok di depannya ini.

Aletta yang melihatnya sangat riang dan ingin mengambil barang kecil itu. Tapi, naasnya benda itu langsung diangkatq tinggi oleh Gavino sampai-sampai ia harus berdiri karenanya.

Gavino terkekeh.

Ya, kalian tahu kan, kalau tinggi badan Aletta tak ada apa-apanya dibanding dengan cowok seperti tiang listrik ini. Jadi, walau dia mau lompat-lompat juga tak akan berhasil mengambil kembali ikat rambutnya, kecuali anak murid lesnya ini yang langsung memberikannnya.

"Aku mau ambil ikat rambutnya!" Ada nada perintah di sana.  

"Lo pikir gue langsung kasih aja gitu?"

"Emang kenapa, Kak?" tanyanya. "Dari mana Kakak dapat itu?"

"Gak penting gue dapat dari mana," Gavino menyunggingkan senyum remehnya pada gadis kecil ini. "Lo partner Claw'z, 'kan? suruhan Gama?" tanyanya sarkas menatap mata Aletta yang sekarang membulat.


-o0o-

-o0o-


"Anjing, semua karna Keano gila, nih!" umpat Glen sambil memakan kacang polong yang berada di tangan Rian.

"Cuma karna cewek dia datang ke sana sambil bilang cupu. Ya, gue aja marah kalau dibilang gitu," sahut yang lain.

"Malu sama EAGLE, njirr, gak ada otak emang," desis Rian yang sedari tadi menutup mata sambil memakan kacang polongnya, tak sadar bahwa sang sahabat mengambil makanannya diam-diam.

"Gue pulang." Gama mengambil jaket, ponsel, dan kunci motornya, lalu menghilang pergi entah mau ke mana.

"Iye."


-o0o-

-o0o-


"Kakak ngomong apa, sih?" Sungguh, dirinya tak mengerti apa yang dikatakan cowok yang sering berbuat sesuka hati ini. Siapa Claw'z, siapa Gama, siapa partner?

"Halah, buktinya gue dapet dari sana, tempat lo lari-lari kayak dapat uang kaget tadi siang di sekolah," tuduhnya.

"I-iya, tapi aku bukan suruhan siapa-siapa," bela Aletta takut. Yang benar saja. Siapa yang tak terkejut dan takut saat dituduh macam-macam begitu.

"Dari mana tau kalau ikat rambut itu punyaku?" tanya Aletta.

Gavino bingung ingin mengatakan apa. "Yang pake ikat rambut jelek gini, kan, pasti cuma lo." Dirinya masih menjunjung tinggi harga dirinya, kenapa? Karena dirinya tak mau mengakui bahwa dari kemarin-kemarin benda itu selalu menarik perhatiannya.

"Iya, emang jelek. Banget," ringisnya sedih.

"Memang," balas Gavino.

"Kak, gak mulai belajar? Aku gak mau, ya, makan gaji buta," ucap Aletta, karena kebetulan Gavino tak menutup matanyabdan pastiia akan diancam seperti yang kemarin.

"Diem dulu lo."

"Iya," patuh Aletta tak enak, merasa bersalah pada kedua orang tua cowok ini.

Titik fokus Aletta berpindah pada salah satu benda yang terletak di ujung kamar. Matanya berbinar senang. Gadis itu kemudian berdiri dan berjalan ke arah ujung kamar cowok ini, lalu berjongkok melihat benda itu dengan riang. Ingat, tanpa memegangnya barang sedikitpun.

Dirinya masih tau diri, ya.

"Ngapain lo?" Lamunan Gavino buyar saat melihat pergerakan dari manusia jelek di depannya ini.

"Maaf-maaf," lirih Aletta. Dirinya sangat lancang sekarang. Aish, maafkan dirinya yang tak tahu diri ini.

Gavino merenggangkan otot-ototnya, lalu kembali merebahkan tubuhnya. Tetapi sekarang berbeda. Tadinya dia memejamkan matanya di sofa empuk namun, sekarang dirinya bersiap untuk tidur pada tahap yang lebih nyaman, di tempat tidur king sizenya.

"Kalau mau ambil aja."

"Hah?" Aletta tak mengerti apa yang dikatakan cowok itu ucap. Aletta mengambil kesimpulan bahwa cowok kejam itu ngelindur karena sanking ngantuknya.

Gadis itu menegakkan badannya, lalu kembali duduk diam di sofa nyaman. Tapi, tak sedikitpun melepaskan pandangannya pada barang yang tergeletak di ujung ruangan tadi.

"Ck. Susah amat sih, cuma ngambil ini aja," sarkas Gavino, sebelum akhirnya menegakkan punggungnya dan bangkit berdiri, lalu mengambil barang itu.

"Eh ... ngapain?" sergah Aletta. Dirinya sekarang ketakutan. Pasti dia akan dibentak lagi oleh cowok ini karena mengganggu tidurnya yang nyaman.

Tak menjawab pertanyaan manusia aneh itu, Gavino memilih untuk mengambil benda panjang berbentuk itu dan langsung memberikannya cepat dengan sedikit melempar kepada gadis ini, lalu akhirnya melanjutkan tidurnya yang syahdu kembali.

"Kak, makasih," gumam Aletta sendiri.

Gadis itu membuka tas berwarna hitam atau bisa dikatakan penutup benda itu dengan pelan-pelan, jangan lupa dengan binar matanya, ia membukanya layak menatap harta karun yang terpendam di lautan dalam.

Ingin menangis rasanya saat melihat benda itu kembali terasa di tangan. Memang, bukan miliknya, tapi dirinya sudah memeluk-meluknya sayang.

Biola.

"Ini punya siapa, ya?" gumamnya pelan, takut membangunkan singa yang tengah tertidur itu.

"Main aja." Dengan mata yang tertutup, tapi kakak kelasnya itu dapat mengetahui aktivitasnya? Oh, tidak. Jangan sampai Gavino mengetahui ia yang melakukan hal peluk-memeluk pada benda mati itu.

Sedikit mengernyit karena nada tak biasa dari cowok itu. Biasanya nada yang di ucapkan padanya selalu membentak, menggertak, sarkas, dan sebagainya. Dan dirinya benar-benar terbiasa dengan semua itu.

Tetapi sekarang? Ah, mungkin Gavino sedang dalam mode habis batrai untuk mengucap kata kasar. Tak terlalu memusingkan hal itu, pusat atensi Aletta sepenuhnya berada pada biola berwarna putih bersih dan mengkilat ini.

Mengambil bow dan rosin lalu menggosokkan keduanya seperti sabun guna memperindah alunan yang akan tercipta nanti. Gadis itu tak melunturkan sedikit pun senyum yang mengukir di bibirnya sejak tadi.

Gadis menyedihkan itu mulai memegang biola, meletakkannya di pundak kiri, menggenggam erat bow yang berada di tangan kanannya, terakhir ia berdiri dan berjalan jauh ke arah jendela kaca di ruangan ini yang menghadap ke arah jalan dan senja yang tengah menguar tepat di kedua manik matanya.

Ia kemudian memejamkan mata erat, menggesek kedua benda yang berada di tangannya itu, menghasilkan alunan yang merdu bagi setiap pasang telinga yang mendengar, tak terkecuali salah satu makhluk hidup yang masih enggan membuka mata, tapi sepasang telinganya penuh terarah pada alunan melodi merdu itu.



-o0o-



Instagram :
@esterspy
@wattpadester
@aletta_rechesa
@gavinrevano_

[ Wattpad esterspy_ ]
sebagian hobi dan talent tokoh adalah saya. i've cook banana cake, yaa ik none ask me. gak jelas.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


—esterspy

ALETTA Where stories live. Discover now