12. Kejadian Dari Persembunyian

33.5K 3.1K 451
                                    

GADIS itu menghela napas gusar. Lalu kepalanya menatap manusia yang memakai tas merah di punggungnya.

"Maaf, tapi aku mau lihat Amanda." Aletta  memohon pada gadis yang menghiasi lehernya dengan coker hitam bermotif polos itu.

"Lo jangan mau disuruh-suruh sama dua cewek itu." Gadis yang Aletta tak tahu namanya itu memperingatkannya.

"Tapi, Amanda gimana?" Aletta kekeuh menarik tangannya dari manusia di depannya ini.

"Gue tau, sahabat lo bisa," ucapnya tenang, tak tahu mengapa dia sedikit peduli dan mau mendengar suruhan murid baru tadi.

"Nama kamu siapa?" tanya Aletta, tapi masih tersirat jelas keraguan di wajahnya.

"Reta. Gue udah tahu nama lo, jadi jangan perkenalan lagi." Ucapan Reta membungkam mulut Aletta yang tadi ingin memperkenalkan dirinya sendiri.

"Kok, jarang lihat kamu, ya?" Dahi Aletta mengernyit bingung.

"Gue gak sering masuk kelas," jawab Reta seadanya, kemudian menarik tangan Aletta ke kelas mereka, sebab melihat siswa-siswi yang mengerumuni kelas telah bubar. Yang berarti pertarungan antar tiga wanita itu usai.

"Man, ayo ke UKS." Aletta membawa gadis yang kini rambutnya acak-acakan itu.

"HIHH, GAK TERIMA GUE! Anjing, gak ada otak!" Walau dalam keadaan yang mengenaskan seperti sekarang ini, Amanda masih sempat-sempatnya mengomel tak mempedulikan rambutnya seperti singa jantan.

Sedangkan Reta, gadis itu setia mengikut sepasang sahabat di depannya ini, lalu memuji dalam hati keberanian dari manusia yang beberapa menit lalu bertarung membela gadis lugu itu.

Ah, kapan dirinya mempunyai sahabat seperti itu? Mengapa semua orang takut padanya? Apa ia semenakutkan itu? Ya, memang tampilan luarnya seperti ini, tapi mengapa tak ada yang menerima dirinya apa adanya? 'Don't judge a book by its cover' apa kalimat itu tak berlaku untuk hidupnya?

"Eh, makasih, lho, udah jagain Al." Amanda berterima kasih pada Reta, orang yang bertas merah tadi.

"Iya, santai." Reta melihat Aletta yang menatap Amanda khawatir. Terbesit rasa iri di pikirannya. Ah, kehidupannya memang jelas berbeda dari kebanyakan orang.

"Eh, btw, nama lo siapa?" Amanda meringis karena rambutnya yang sedikit sakit. Padahal sisiran Aletta tak terlalu kuat, tapi karena pertikaian itu menjadikan rambutnya benar-benar kusut.

"Reta, gue udah tahu nama lo jadi jangan diperkenalkan lagi." Reta mengulangi ucapannya yang tadi saat bersama Aletta.

"Dihh."

-o0o-

-o0o-


"Woi, panggil Alcebol, dong," suruh Gavino yang sekarang tengah mengotak-atik ponselnya.

"Dih, males. Lo aja sana." Edgar kembali merebahkan kepalanya di bantal bermotif panda yang tergeletak di sofa berwarna abu-abu markas EAGLE.

"Males manggil, atau males ketemu Amanda?" Gavino menaik turunkan alisnya tanda menggoda Edgar yang sekarang memandang kesal ke arahnya.

"Dih! Lo aja kali yang panggil."

"Ck, mana sih, dia? Gue lapar." Aish, mana mau dia memanggil gadis cupu dan bodoh itu, gengsinya sangat tinggi memang.

"Maaf, ya, Kak." Mendadak Aletta membuka pintu cukup keras hingga membangunkan Billy yang tadi tertidur seperti bayi.

"Anjir," umpat Billy karena terkejut. Sudahlah, tidurnya tidak akan bisa dilanjut lagi pasti.

ALETTA Where stories live. Discover now