PEKABLE - 41

1.7K 145 48
                                    

Sepatu hak apa yang bikin miris?

Aku yang nggak ada hak buat cemburu, karena kita cuman temenan.

🎨🎨🎨

Begitu sampai di sekolah, seperti biasa Alcio disambut heboh oleh cewek-cewek. Sementara itu, Kenara yang di sampingnya hanya bisa diam dan menatap lesu sepatunya. Cewek itu merasa minder dan makin tidak percaya diri dengan cewek-cewek cantik yang menyapa Alcio.

Alcio tersenyum ramah dan menyapa balik pada cewek-cewek yang genit padanya. Dan tanpa ia sadari, dirinya telah membuat hatinya Kenara perih.

Kenara merasa hanya seperti butiran debu berjalan di sampingnya Alcio.

Alcio layaknya seperti bintang yang bersinar, sementara Kenara hanyalah butiran debu yang nyaris tak terlihat melintasi sang bintang tersebut.

"Kalau jalan liat ke depan dong, jangan nunduk gitu Key.. Ntar lo jatuh kepentok lantai, nangis lagi kayak badut.." Ledek Alcio pada Kenara.

Spontan Kenara ingin menangis, namun cewek itu bertahan. Nggak, dia nggak boleh nangis terus di depan banyak orang.

Cewek itu pun memanyunkan bibirnya jengkel. "Nggak usah peduliin gue, urus aja fans-fans norak lo!"

Alcio tersenyum kecil. Entah kenapa dia suka melihat Kenara kesal seperti itu. "Jealous ya lo gue punya banyak fans?"

"Bodo." Kenara menjawab dengan cuek. Padahal hatinya udah berteriak iya, gue cemburu pake banget!

Hanya saja ia tak mampu mengucapkannya. Gue nggak ada hak buat cemburu, karena gue bukan siapa-siapa lo. Kita cuman sebatas teman. Batin Kenara dalam hati.

Dadanya sudah terasa sesak, namun ia berusaha sekuat tenaga menahan agar air matanya tidak tumpah.

Alcio tertawa kecil. Dia dengan gemas mengacak rambutnya Kenara yang lepek. Cewek itu udah empat hari nggak keramas rambutnya. "Jangan ngambek dong Key.."

"Hey, Cio!"

Alcio dan Kenara tersontak kaget karena seruan suara dari Vania yang menghampiri mereka dengan ceria.

Vania tersenyum penuh lebar pada Alcio, dan cewek cantik itu menatap malas sekilas pada Kenara. Lalu dia kembali menatap manja Alcio.

"Eh hai Vania.." Sapa balik Alcio dengan tersenyum tipis. Sebenarnya dia malas dengan Vania. Namun, Alcio tetap ingin menjaga sifat keramahannya.

"Bantuin gue bentar dong, angkat pot kosong ke halaman sekolah. Gue di suruh tadi sama Pak Agus.." Ucapnya dengan suara yang dibuat centil.

Kenara hanya bisa diam. Setiap kali melihat Vania yang cantik itu, membuat Kenara tambah minder.

Vania yang rambutnya cantik dan bergelombang, sangat berbeda dengan dirinya yang rambutnya lepek.

"Emm.."

Belum sempat Alcio berkata, Vania sudah menggandeng lengannya. "Pleaseee Cio tolongin gue.. Pleasee yaa.. Mau ya?" Vania bergelayut manja pada Alcio.

Vania melirik sinis pada Kenara yang ada di sampingnya itu. Vania tersenyum miring. Sebenarnya mengangkat pot yang disuruh guru BK hanya akalnya saja untuk bisa mencari perhatian Alcio.

"Yaudah deh, mana potnya?" Ucap Alcio kemudian.

"Yeay!" Vania berseru senang sambil memainkan rambutnya. Dia mengibaskan rambutnya ke belakang. "Di gudang, Cio.." Vania menunjuk gudang yang ada di samping toilet.

"Gue pinjem Cionya bentar ya, Nana.." Ucap Vania pada Kenara. Dan Kenara hanya mampu tersenyum kikuk.

Alcio mendesah melihat Kenara. Namun ia tersenyum pada Kenara. "Bentar ya Key.."

"Gue naik duluan aja Cio, nggak pa-pa.." Ucap Kenara dingin. Tanpa menunggu jawaban Alcio, cewek itu segera berbalik dan berjalan menuju ke tangga untuk ke ruangan kelasnya yang berada di lantai dua.

Alcio tak mampu menghentikan Kenara karena Vania sudah menariknya ke dalam gudang.

Akhirnya Alcio hanya pasrah melihat kepergian Kenara.

Sementara itu, saat Kenara berjalan lemas tiba-tiba saja dia tersentak karena menabrak bahu seseorang.

"Eh sori.."

"Nana lo kenapa?"

"Feri?"

Kini tengah berdiri Feri di hadapan Kenara. Dadanya Kenara makin terasa sesak secara langsung begitu ditanyakan Feri. Nggak, Kenara nggak boleh nangis di depan Feri karena Alcio. Dia harus bertahan.

"Ah, g-gue cuman ngantuk Fer.."

Feri tersenyum. "Ohh.. Cio mana Na?"

Feri bingung, nggak biasanya Kenara ke sekolah tanpa Alcio di sampingnya.

Kenara menghela napas sejenak. "Cio di gudang bantuin Vania ambil pot bunga buat di taruh di halaman, Fer.."

Feri menangkap semburat kesedihan di matanya Kenara. Dan hatinya terasa ikut perih. Lo cemburu, gue juga cemburu. Kita sama-sama cemburu. Dan sama-sama sakit, Na. Batin Feri dalam hati.

"Ohh.." Feri ber oh ria lagi.

"Lo dari mana Fer?" Tanya Kenara.

"Gue dari toilet." Feri menoleh dan menunjuk toilet yang ada berada di sisi kirinya itu.

"Ohh.. Lo kenapa Fer? Kok muka lo nampak agak pucat gitu?" Tanya Kenara menatap khawatir wajahnya Feri.

Spontan Feri menjadi salah tingkah. "Emm.."

"Kenapa Fer?"

Feri menjadi gugup. "Gue cuman kurang tidur aja Na.."

Kenara lalu ber oh ria kembali. Seketika ia menjadi teringat dengan rumah dan cerita masalah keluarganya Feri.

"Emm lo berantem ya sama bokap? Eh aduh! Mulut gue! Nggak jadi Fer, lupain pertanyaan gue!" Kenara memukul mulutnya sendiri dengan kesal. Dan mengutuk dirinya yang tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.

Feri langsung tertawa, dia merasa lucu dan gemas dengan tingkahnya Kenara. "Nggak pa-pa Key, santai.."

"Sori Fer.."

Mereka menjadi diam-diaman secara beberapa saat.

Dan lalu Kenara memberanikan diri untuk membuka suara. "Kalau lo lagi ada masalah, dan butuh temen cerita. Dan lo nggak tau mau cerita ke siapa, lo bisa cerita ke gue, Fer.."

Feri tersenyum. "Lo yakin Na?"

Kenara mengangguk tulus dan tersenyum.

"Thanks Na.."

Dan Feri pun tersenyum.

"Yuk ke kelas.." Ajak Kenara.

Tanpa mereka sadari, ada seorang cowok yang di belakang mereka--yang memegang pot menatap mereka penuh serius.

Alcio memegang pot bunga dengan begitu erat. Sampai-sampai dia tidak peduli lagi dengan Vania yang bergelayut manja di sampingnya.

Dia semakin cemburu.

Dan Vania yang di sampingnya mengikuti arah pandang Alcio. Cewek itu tersenyum puas.

🎨🎨🎨

Tbc

Siapa yang pengen hujat Vania?

Silakan wkwk

PEKABLE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang