PEKABLE - 22

3.1K 317 28
                                    

Kelas X IPS 2 ribut banget kayak kapal pecah, ini disebabkan karena guru mata pelajaran masih belum masuk.

"Cio kok belum balik sih, Na?" Afifah dan Meylin menghampiri Kenara yang lagi menatap kosong ke jendela sekolah.

Kenara masih melamun. Dia tidak menggubris pertanyaannya Afifah. Cewek itu pun mendengus jengkel dan menoleh pada Meylin yang lagi sibuk memakai liptint.

Anak itu emang selalu badai penampilannya, dia jualan make up sekaligus buat pakai sendiri juga. Sehari tanpa riasan wajah, mungkin bisa membuat Meylin meninggal, alias maksudnya nggak bisa hidup tanpa make up.

"Galau dia kayaknya ngeliat Cio diculik mah Vania tadi." Ujar Meylin santai sambil menyentuh bibirnya yang sudah berwarna pink terang.

"Eh woi, Na! Kami ngomong nih sama lo, ditanggepin dong elah!" Afifah meninggikan suaranya dan melambaikan tangan di wajahnya Kenara yang datar itu.

Spontan saja Kenara tersadar dari lamunannya, dan dia mengerjap hebat. Lalu, menatap kesal Afifah dan Meylin. "Apaan sih? Bikin gue kaget aja kalian.." Cibirnya jengkel.

Meylin mendesah geram. "Abisnya lo ngelamun nggak jelas, ya kami geram dong!"

"Ntah lo nggak ganta banget!" Afifah menyambung. "Gue dari tadi ngomong, tapi kagak di respon.. Sakit woi sakitt!" Dia memasang wajah menyedihkan kayak baru ditinggal pacar.

"Gue denger kok.." Cetus Kenara berusaha untuk membela diri.

Afifah melotot. "Apa yang gue bilang tadi? Coba bilang sekarang kalo gitu!"

Meylin tepuk tangan sekali, ikut mendukung Afifah. "Yap, coba bilang Na!" Hal itu membuat Kenara semakin terpojok. Cewek itu langsung kicep, bingung harus bagaimana.

Karena daritadi dia memang melamun, pikirannya sibuk memikirkan Alcio. Cewek itu merasa kesal sekaligus penasaran. Apa yang dibicarakan Alcio dan Vania? Dan ke mana mereka? Kenapa sampai sekarang Alcio belum balik ke kelas?

"Nah kan lo nggak--"

"Gue lupa.." Jawab Kenara cepat, sehingga membuat perkataannya Afifah terpotong.

"Udah gih Na, sana cari Cio cepetan. Gue takutnya entar Cio lo di apa-apain sama si siluman ular tuh!" Seru Meylin heboh mengguncang-guncangkan pundaknya Kenara.

"Siluman ular siapa?" Kenara bingung.

Langsung saja membuat Afifah dan Meylin sama-sama mendesis geram dan mereka berdua dengan gemas mencubit pipinya.

"Ikhh ya Vania lah Nana!!"

"Awh! Sakit!" Ringis Kenara kesakitan dan segera memegang kedua pipinya yang terasa sakit. Wajahnya memerah dan matanya juga. Dadanya terasa sesak tiba-tiba. Sepertinya rasa takut kehilangan Alcio dan rasa sakit pipinya bercampur menjadi satu.

Matanya mulai berkaca-kaca, dia berusaha keras untuk tidak menangis. Dia nggak mau kedua temannya itu heboh. Jangan!

Kenara berusaha sekuat tenaga untuk menahan air matanya dengan menggertakkan gerahamnya kuat.

"Sana cepetan cari Cio!" Desak Afifah.

"Ngapain?" Tanya Kenara terheran.

"Supaya lo tau dia ngapain aja sama Vania tuh, sana cepetan zeyeng!" Meylin berdesak terus juga.

"Gue mau bilang apa kalo jumpa mah mereka?"

Afifah dan Meylin memutar bola matanya malas. Lalu Afifah menyerocos heboh, "ya bilang mah Cio buat ke BK, lapor kelas kita nggak ada guru aja sama bilang kelas kita ribut banget, Nana!"

"Iye, lo liat tuh Selo sama Feri sekarang main kuda-kudaan di depan kelas noh kayak anak idiot aja!" Sambung Meylin menatap geli pada Selo yang lagi membopong Feri di depan kelas sambil teriak-teriak nggak jelas.

Kenara dan Afifah pun melihat ke depan kelas dan mereka tertawa. Dan Feri menatap sekilas Kenara, lalu tersenyum tipis. Dia senang melihat Kenara bisa tertawa lagi setelah beberapa saat tadi terlihat murung.

Sementara itu, Afifah merasa senang melihat kekonyolannya Feri itu. Dan dia mengulum senyumnya ketika cowok itu melihat ke arah mereka.

Akhirnya Kenara keluar dari kelas dan mencari keberadaannya Alcio dan Vania. Dia menyusuri lorong koridor yang sepi dan hingga pada saat langkah kakinya sampai di ujung koridor.

Napas cewek itu tertahan dan dia membeku melihat pemandangan yang ada di ujung koridor tersebut.

Terlihat dua orang yang sedang dicari-carinya, Vania memeluk Alcio dari belakang. Dan cowok itu terlihat memegang kedua tangannya cewek yang ada di belakangnya.

Matanya Kenara seketika terasa panas, dan ketika matanya bertemu dengan Alcio. Cewek itu menunduk dan dengan cepat berbalik badan dan berlari menuju ke kelas.

Hatinya terasa sangat sakit. Kenara tidak mau berbalik ketika Alcio memanggilnya.

"Key, tunggu!"

Kenara tersentak saat Alcio menggapai lengan tangan kanannya ketika dia sudah ada di depan kelas mereka.

"Tadi itu--"

"Sori kalo gue ganggu tadi." Sela Kenara dengan suara pelan.

"Lo jangan--"

"Lo mau ngapain aja mah Vania, itu bukan urusan gue. Serah lo.." Ucap Kenara menyela omongannya Alcio lagi, lalu masuk ke kelas dengan menunduk.

Feri yang lagi duduk di atas meja guru menatap khawatir Kenara.

Sementara itu Kenara sedang berusaha setengah mati untuk supaya tidak menangis, tangannya meremas kuat roknya.

Cinta begitu luar biasa ternyata. Jatuh cinta awalnya sih manis, tapi akhirnya bisa sakit juga. Ya, namanya juga jatuh. Pasti bakalan sakit.

🎨🎨🎨

Tbc.

Maaf ya baru update. Terima kasih untuk kalian yang masih stay sama cerita ini❤

Key nyesek😔

instagram: airin.gwe

PEKABLE (Completed)Where stories live. Discover now