AZKALEESIA | 06

12.8K 680 84
                                    

Azka mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia melirik ke arah Leesia yang sedari tadi terdiam. Sepertinya gadis itu memang sedang marah pada Azka. Buktinya sejak di rumah Azka, Leesia hanya diam dan mengobrol dengan Raina.

"Queen." Panggil Azka. Leesia tidak menjawab panggilan Azka. Azka mencoba memegang tangan Leesia dan Leesia segera menolaknya. Azka menghembuskan napasnya kasar lalu menghentikan mobilnya di tepi jalan. Ia menatap Leesia dalam.

"Saya salah apa Queen?" Tanya Azka dengan nada lembutnya membuat Leesia menatap ke arah Azka.

"Kenapa kamu diam terus? Kalau emang saya salah kamu ngomong ke saya." Ucap Azka melihat keterdiaman Leesia.

"Cia ngga suka kak Azka ngatur-ngatur Cia." Ucap Leesia menundukkan kepalanya. Sejujurnya ia takut menatap Azka.

"Saya ngatur-ngatur kamu juga demi kebaikan kamu, Queen." Ucap Azka.

"Cukup daddy dan kak Leo yang ngatur Cia kak. Cia juga pengin bebas, Cia pengin seperti teman-teman Cia yang lain." Ucap Leesia.

"Saya tidak bisa Queen. Saya tidak bisa membiarkan kamu berperilaku bebas seperti awal kita ketemu." Ucap Azka dengan tegas.

"Kak Azka ngga berhak ngatur-ngatur Cia. Cia--" Azka menarik Leesia ke pelukannya.

"Berhenti berbicara jika saya buka siapa-siapa kamu Queen." Ucap Azka dengan lirih. Hatinya sangat sakit ketika mendengar gadis itu mengatakan jika ia bukan siapa-siapa.

"Emang itu kenyataannya kak, Cia mohon jangan ikut campur urusan Cia atau kak Azka ngga akan pernah ketemu sama Cia lagi." Ucap Leesia membuat Azka terdiam dengan tangan yang masih memeluk Leesia.

"Jangan pernah mengancam saya Queen!" Ucap Azka dengan tegas. Azka melepaskan pelukannya dan menatap tajam Leesia.

"Terserah kamu mau bilang apapun dan mengancam apapun ke saya. Karena saya tidak peduli." Lanjut Azka. Leesia diam menatap wajah Azka. Hidupnya sangatlah rumit setelah bertemu dengan lelaki itu. Hidupnya tidak akan bebas seperti dulu lagi.

"Jadilah gadis penurut Queen, jadilah gadis yang baik." Ucap Azka mengelus kedua pipi Leesia menggunakan tangannya. Leesia dapat merasakan ketulusan di sana.

Cup

Azka mencium kening Leesia lama. Leesia memejamkan matanya, tangannya menggenggam erat jas yang dipakai oleh Azka. Hati Leesia berdesir seketika, ia merasa jantungnya berdetak cepat ketika Azka mencium keningnya.

Azka melepaskan kecupan nya dan menatap wajah Leesia. Tangannya terulur mengelus pipi Leesia.

"Lihat mata saya Queen." Ucap Azka. Leesia langsung menatap mata Azka.

"Saya cin--"

Nada dering ponsel menghentikan ucapan Azka. Azka merogoh saku kemejanya dan mengambil ponselnya.

"Halo Pak, maaf saya menganggu." Ucap Luna.

"Ada apa?" Tanya Azka dengan nada malasnya.

"Pak Azka, saya butuh bantuan." Ucap Luna dengan nada centilnya. Azka mengangkat kedua alisnya mendengar ucapan Luna. Sedangkan Leesia masih menatap ke arah Azka.

"Saya sibuk." Ucap Azka langsung mematikan sambungan teleponnya. Ia memasukkan ponselnya ke saku kemudian menatap Leesia.

"Siapa kak?" Tanya Leesia. Ia merasa tidak nyaman ditatap oleh Azka.

"Luna." Jawab Azka.

"Cih, tante menor." Ucap Leesia dengan nada kesalnya.

"Ngapain dia nelpon kak Azka?" Lanjut Leesia bertanya pada Azka.

Protective Boy and Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang