"Banyak bacot lo! SERANG!" Anak-anak Bridal langsung berlari menuju Rajawali dan siap menghajarnya.

Terjadi baku hantam yang sangat menegangkan. Rajawali dengan tangan kosong berani melawan Bridal yang jumlahnya cukup banyak.

Tetapi bukan Rajawali namanya kalau tidak bisa mengalahkan musuh. Dia memanfaatkan benda-benda yang ada di sekeliling, seperti: batu kerikil, ban bekas, kayu, dan masih banyak lagi. Selain itu, Rajawali juga menggunakan trik menipu lawan. Ketika lawannya serius bertarung, dia berhenti sejenak dan mengajak bicara, kalimat yang sering dia gunakan 'awas di belakang lo ada cicak' dan bodohnya, mereka pun percaya. Saat lawannya menengok untuk melihat cicak gaib, detik itu juga Rajawali menyerang. Hal yang sering dia lakukan mengarahkan kakinya untuk menendang. Tidak butuh waktu lama, Rajawali berhasil melumpuhkan anak-anak Bridal.

"Di mana ketua banci kalian?"

Hening. Tidak ada yang menjawab.

"Jawab! Udah bisu? Apa gak punya mulut? Oh iya lupa, mulutnya rusak, ya, tadi habis gue hajar?" tanya Rajawali mengejek. Matanya menatap tajam lawan yang sudah tergeletak tidak berdaya, dia menampilkan senyum licik. Mukanya sedikit memerah, mungkin jika perempuan yang melihatnya akan berlari cepat menjauhi. Saat ini Rajawali benar-benar menakutkan.

Merasa terkacangi. Rajawali maju dan tangan kirinya menarik baju Gibson. Emosinya sudah tidak bisa ditahan lagi. Rawajali sudah mengepalkan tangan kanannya sempurna, siap untuk menghajar Gibson. "Jawab! Atau gue bakar markas ini."

"Gue enggak tau, tadi Agler pergi gitu aja," balas Gibson spontan.

Jika Rajawali balon, mungkin sudah meletus dari tadi. Setelah mendengar jawaban tidak berguna, dia membanting tubuh Gibson ke aspal—seperti membuang sampah. "Sampein ke ketua lo! Kalau mau jadi pemimpin, ya, pemimpin! Kalau mau jadi banci, ya, banci! Jangan jadi pemimpin tapi kayak banci!" ujar Rajawali tegas.

Sebelum pergi, Rajawali merobek dan menginjak-injak banner Bridal. Sedangkan mereka hanya bisa melihat dengan emosi yang menggebu-gebu. Mereka tidak bisa melawan ataupun menghentikan tindakkan Rajawali. Karena hanya untuk berdiri saja tidak bisa, tulang mereka benar-benar seperti patah.

Rasa bersalahnya sedikit berkurang, karena berhasil melumpuhkan sebagian anak Bridal. Meski Rajawali menang bertarung, tetapi dia juga mendapat luka cukup banyak.

Rajawali tidak memilih untuk pulang, dia memilih duduk di bawah pohon besar, seperti biasa. Pohon besar yang berada di taman, sudah dianggap seperti temannya. Anggap saja Rajawali gila, tetapi setidaknya dia punya teman yang bisa diajak bicara dan setia mendengarkan segala keluh kesanya. Teman yang tidak akan berkhianat. Meski diam tidak akan menjawab ataupun merespons.

"Kayaknya kamu selalu butuh kotak P3K ini."

Suara itu?

"Ini ambil!" Seseorang itu menyodorkan kotak P3K. Tetapi yang diberi hanya diam. "Ya udah, biar aku aja yang obatin."

Seseorang itu bukan duduk di dekat Rajawali tetapi malah menarik tangan Rajawali, dan menuntunnya ke kursi.

Rajawali menantap muka seseorang itu dengan intens. Ada rasa kagum, karena baru kali ini dia bertemu dengan seseorang yang berani dengannya. Padahal jika perempuan lain pasti sudah takut, dan tidak akan pernah berani mendekat ataupun menyuruhnya. Apalagi dengan kondisi Rajawali saat ini. Sangat berantakan—lebih tepatnya mengenaskan.

"Aww," ringis Rajawali ketika sadar dari tatapan kosongnya.

"Maaf. Sakit banget, ya?" tanya perempuan itu panik.

"Gak." Rajawali kembali memasang muka dinginnya. Harus kayak biasa lagi, Ja! Gak boleh suka sama nih cewek. Apalagi bikin dia baper. Gak! Gak! Takut dosa gue.

RAJAWALIWhere stories live. Discover now