🥀 Bab 34 : Jebakkan

3.3K 403 2
                                    

SELAMAT MEMBACA!

"Jangan pernah takut selama kita yakin kita benar. Karena kejahatan tidak akan pernah menang melawan kebaikkan."

~~***~~

Malam ini Agnan baru saja pulang dari rumah papanya. Setelah dari makam dan mengantarkan Adhisti pulang, papanya langsung menelpon Agnan untuk pulang sebentar.

Mau tidak mau Agnan harus ke sana dan sekarang dia sudah kembali dengan membawa es krim, cokelat dan beberapa cemilan yang Adhisti minta.

"Udah balik lo, dari mana aja?" tanya Fauzan yang sedang bermain ponsel di ruang tamu.

"Biasa bokap lagi kangen," ucap Agnan sambil duduk di samping Fauzan.

"Bawaan apaan tuh?"

"Pesenan Adhisti."

"Adhisti? Baik banget lo bawain dia makanan, mau satu yah?" ujar Fauzan yang hendak mengambil sebuah cemilan tapi buru-buru Agnan langsung mencegahnya.

"Nggak, ini punya Adhisti."

"Dih, pelit banget lo. Dia juga nggak bakalan tau ini," ujar Fauzan kesal.

"Serah lo, tapi dia dimana sih? Kok nggak keliatan?" tanya Agnan karena sedari tadi dia tidak melihat Adhisti sama sekali.

"Lagi keluar."

"Kemana?"

"Mana gue tau," balas Fauzan jutek.

Mendadak hati Agnan terasa tidak tenang, Adhisti jarang sekali keluar malam-malam. Tidak lama ponsel Agnan berdering dan menampilkan sebuah telpon masuk dari nomor tidak dikenal. Agnan mengangkatnya dan dia mengenal betul suara dari seberang sana.

Tangan Agnan terkepal kuat saat mendengar suara ancaman dari si penelpon. Dia langsung menutup telponnya dan bergegas pergi membuat Fauzan sedikit kaget.

"Lo mau kemana lagi?!" teriak Fauzan tapi Agnan tidak mendengarnya. Dia terus berjalan dan pergi dengan mobilnya.

****

Drrrtttt

Diana langsung mengangkat teleponnya saat sebuah panggilan masuk. Saat ini dia sedang mengeringkan rambutnya di kamar dan saat mendengar suara dari si penelpon secara spontan Diana menjatuhkan handuknya.

Jantungnya berdetak kencang bahkan tangannya juga bergetar. Dia langsung menutup teleponnya dan mencoba menelpon seseorang. Dia semakin kaget dan wajahnya begitu cemas saat mendengar jawaban dari seberang sana.

Diana langsung meraih jaket dan kunci mobilnya. Dia bahkan mengabaikan pertanyaan mamanya saat dia pergi. Dia sedang buru-buru sekarang dan dia harus melakukan sesuatu sebelum semuanya terlambat.

****

Adhisti baru saja pulang dari apotik. Dia harus membeli obat untuk mengatasi sakit kepalanya yang kadang-kadang suka kambuh. Saat masuk ke dalam, dia melihat Fauzan sedang asyik memakan es krim sambil memainkan ponselnya.

"Makanan dari siapa?" tanya Adhisti sambil duduk di samping Fauzan.

Mendengar suara Adhisti yang tiba-tiba datang Fauzan langsung tersedak dan menepuk-nepuk dadanya sendiri.

"Hah? D-dari Agnan," jawab Fauzan sambil nyengir tidak bersalah.

"Agnan udah pulang? Tumben banget dia ngasih makanan," gumam Adhisti terheran-heran.

"Ya, sebenarnya dia beli ini buat lo."

"Gue?" ulang Adhisti sambil menunjuk dirinya sendiri.

Dia pun langsung ingat soal permintaannya tadi siang, tapi dia tidak menyangka Agnan akan mengabulkannya.

Bad boy is a good boy for me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang