🥀 Bab 11 : Rain

3.9K 530 12
                                    

SELAMAT MEMBACA!

"Kalau hujan turun maka bumi siap menampung airnya. Dan jika kamu menangis, aku siap menampung air matamu."

~~***~~

Sudah hampir satu jam Adhisti menunggu di luar gerbang sekolah sejak bel pulang berbunyi. Sekolah sudah sepi tapi bukan berarti tidak ada siapa pun di dalam sana.

Ada perasaan senang sekaligus khawatir saat melihat Agnan berjalan keluar dari gerbang. Wajah cowok itu tampak pucat dan lesuh, sepertinya dia banyak pikiran sekarang.

Sejak kejadian tadi pagi orang-orang yang terlibat balapan liar tidak masuk kelas. Mereka semua harus berhadapan langsung dengan pak Wanto dan kepala sekolah. Itu artinya Diana dan Leon juga. Sedangkan Adhisti dan ketiga cewek lainnya hanya diberi pengarahan dan nasehat oleh kesiswaan.

"Kenapa belum pulang?" tanya Agnan saat melihat Adhisti masih ada di sekolah.

"Nungguin lo," jawab Adhisti apa adanya.

Kening Agnan berkerut. "Kenapa?"

"Pengen aja."

Mau tidak mau bibir Agnan mengukir sebuah senyuman. Setelah berjam-jam dia dibuat pusing dan stres karena hampir seharian berada di ruang kepala sekolah, akhirnya ada sedikit yang bisa membuat Agnan senang.

"Mobil lo mana?" tanya Adhisti. Karena seharusnya kalau Agnan mau pulang dia pasti membawa mobilnya.

"Disita untuk sementara," jawab Agnan.

"Gara-gara lo balapan liar?"

Agnan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Adhisti menghela napasnya sejenak.

"Diana juga kalau gitu," gumam Adhisti.

"Ngapain lo mikirin dia? Lebih baik lo mikirin gue aja," ujar Agnan sambil meraih tangan Adhisti dan mengajaknya pergi dari sekolah.

****

Kebetulan kost-an mereka memang tidak terlalu jauh dari sekolah tapi tetap saja berjalan kaki akan memakan waktu yang lebih banyak daripada naik kendaraan. Tapi sepertinya mereka akan berjalan pulang sekarang.

"Lo dikasih hukuman apa?" tanya Adhisti.

"Gue diancam bakalan dikeluarin dari sekolah," jawab Agnan sambil mengayunkan tangan Adhisti yang berada dalam genggamannya.

"Serius?"

Agnan melirik ke arah Adhisti lalu tersenyum lagi. Entah kenapa dia benar-benar suka kalau Adhisti sudah mengkhawatirkan dirinya.

"Lo tenang aja, sekalipun gue dikeluarin kita bakalan tetep ketemu." Agnan mengacak-acak rambut Adhisti dengan gemas.

"Siapa juga yang mau ketemu lo? Gue cuma nanya tau," kata Adhisti berusaha bersikap biasa saja tapi terlihat jelas kalau wajahnya cemberut.

Agnan tidak menjawab lagi dia hanya bisa tersenyum dalam diam. Hatinya yang tadi panas dan penuh perasaan campur aduk, sekarang terasa hangat saat dia tau seseorang di sampingnya sedang khawatir dan cemas padanya.

Bad boy is a good boy for me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang