🥀 Bab 4 : Bertepuk sebelah tangan

5.7K 678 22
                                    

SELAMAT MEMBACA!

"Kita tidak bisa menyuruh hati untuk mencintai siapa karena cinta datang tanpa diperintah atau pun dilarang. Cinta bebas menentukan pilihannya sendiri dan manusia tidak punya kendali untuk mengaturnya."

~~***~~

Papa Agnan terus mencoba menelpon teman-teman Agnan yang dia kenal. Dia benar-benar khawatir karena putranya itu tidak pulang semalam. Tapi semua teman-temannya juga tidak tau dimana Agnan saat ini.

Bahkan asisten rumah tangganya pun ikut khawatir. Agnan tidak pulang ke rumah sama sekali sejak kemarin dan tidak memberi kabar apa pun.

Dia tau anaknya pasti marah soal perdebatan mereka kemarin. Dia benar-benar menyesal karena terlalu memaksa Agnan agar mau memiliki mama baru. Dia terus menghubungi ponsel putranya tapi tidak pernah aktif. Dia benar-benar cemas saat ini.

Dimana Agnan sekarang? Apa dia baik-baik saja? Tidur dimana dia? Apa terjadi sesuatu padanya? Tapi dari kemarin sampai sekarang dia tidak mendapat jawaban apa pun dari pertanyaan itu.

Kalau saja dia tau akan jadi seperti ini dia tidak akan membahas apa pun soal ibu tiri pada Agnan. Seharusnya dia bisa lebih mengerti keadaan putranya.

Dan kalau sampai Agnan kenapa-kenapa dia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri seumur hidup. Agnan adalah harta berharga baginya dan tidak ada apa pun yang bisa menggantikannya.

Dia terduduk di kursi ruang tamu sambil memijit pangkal hidungnya. Dia tidak tidur semalaman hanya untuk menunggu Agnan pulang. Tapi Agnan tidak pulang sama sekali.

****

Adhisti baru saja keluar dari kamarnya. Dia sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Tiba-tiba saja dia mendengar keributan dari luar, buru-buru Adhisti pergi keluar dan melihat apa yang terjadi.

Bola mata Adhisti berputar malas saat melihat Agnan sudah tebar pesona pada teman-teman kost-annya. Mereka sedang asyik berfoto dengan gaya lebay dan aneh. Ada yang memajukan bibirnya dan menjulurkan lidahnya membuat Adhisti mual.

"Hey, sini Dhis kita foto-foto bareng," ajak Maya sambil berulang kali bergaya di depan kamera.

Agnan melirik Adhisti sejenak lalu tersenyum mengejek. Adhisti mendengus sebal melihatnya.

Adhisti heran kenapa Agnan mau saja diajak berfoto dan mau menurut kalau harus bergaya ini dan itu. Membuat Adhisti menggelengkan kepalanya heran.

"Hei, tumben udah bangun sepagi ini," ujar Fauzan sambil mengacak-acak rambut Adhisti.

"Apaan sih? Gue bangun lebih pagi dari pada lo yah," ujar Adhisti sambil menyingkirkan tangan Fauzan.

"Masa sih?" Ada nada ledekkan dalam ucapannya.

Adhisti berdecak pelan lalu memukul lengan cowok di sampingnya itu. Sedangkan yang dipukul malah cengengesan tidak jelas.

Fauzan dan Adhisti memang sudah akrab semenjak Adhisti ngekost. Mereka berbeda sekolah dan umur mereka berbeda satu tahun. Adhisti sudah menganggap Fauzan sebagai kakaknya sendiri.

"Anak baru itu satu sekolah sama lo?" tanya Fauzan.

"Iya."

"Namanya Agnan, kan?"

"Ngapain nanya kalau udah tau?" kata Adhisti sambil menjulurkan lidahnya lalu pergi begitu saja.

Agnan yang melihat hal itu pun langsung berlari dan mengejar Adhisti membuat para fans-nya meraung kecewa.

Bad boy is a good boy for me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang