🥀 Bab 2 : Rooftop

8K 773 39
                                    

SELAMAT MEMBACA!

"Tuhan mempertemukan kita bukan karena kebetulan, tapi karena Dia memang sudah merencanakannya."

~~***~~

Salah satu tempat yang sering Agnan datangi untuk meredakan amarahnya adalah atap sekolah. Selain karena jarang dikunjungi orang, di sana juga cukup tenang dan jauh dari keramaian yang akan membuatnya tambah pusing.

Agnan menendang apa saja yang ada di sana untuk meredam amarahnya. Dia benar-benar stress. Semalam dia dikalahkan dalam balapan dan pagi ini papanya membahas topik yang Agnan benci.

Adakah hal yang lebih buruk lagi dari apa yang sudah dia alami pagi ini? Agnan menendang sebuah kaleng ke sembarang arah dengan kuat.

"AAKHHHHH!" Dia berteriak sambil meremas rambutnya sendiri lalu meninju dinding dengan kuat.

Dia berusaha melampiaskan semua kekesalan dalam dirinya. Bahkan punggung tangan cowok itu sampai mengeluarkan darah setelah meninju dinding.

"Berisik!" bentak seseorang membuat Agnan terkejut.

Dia memandang ke segala arah mencari asal suara. Agnan sedikit kaget saat melihat seorang cewek yang entah sejak kapan ada di sana.

Agnan melihat ke sekelilingnya dan mengerjapkan matanya berulang kali. Cewek itu bukan hantu, kan? Tapi kok bisa tiba-tiba ada di sana? Agnan menelan ludahnya sendiri.

"Lo siapa? Lo bukan hantu kan yang bakalan nyuruh gue bunuh diri? Atau nyuruh gue buat terjun dari sini?" tanya Agnan asal.

Cewek itu menghela napasnya lalu menatap langit yang berwarna biru cerah. Angin berhembus lembut memainkan rambutnya. Agnan terkesima melihat wajah itu, sungguh cantik. Sejenak Agnan juga terdiam dan merasakan hembusan angin yang terasa menenangkan saat menyentuh kulitnya.

"Kadang hidup itu nggak adil, tapi sebenarnya itu adalah cara kehidupan buat nunjukkin kalau keadilan bisa datang dengan cara yang berbeda-beda," gumam cewek itu yang sekarang membuat Agnan agak merinding.

"Lo siapa sih? Gue nggak pernah liat lo. Lo hantu penunggu atap ini yah?" tanya Agnan semakin ngaco.

Cewek itu menatap Agnan tajam. "Sembarangan! Gue manusia tau!"

Agnan melirik ke arah kaki cewek itu. Dia langsung bernapas lega karena kakinya masih menyentuh tanah. Agnan berjalan mendekatinya dan menatap cewek itu dari bawah hingga atas. Tidak ada yang aneh dengannya, cuma wajahnya agak sedikit jutek.

Agnan bisa membaca nametag di seragam cewek itu, namanya Adhisti Auristela. Tapi tetap saja Agnan tidak mengenal dia sama sekali.

Adhisti memejamkan matanya lalu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan. Saat mata Adhisti terbuka Agnan bisa melihat setetes air mata menuruni pipinya. Apa mungkin dia baru diputusin pacarnya yah?

Sekarang Agnan berdiri tepat di depan cewek itu dan tanpa dia duga cewek itu malah memukuli dadanya bertubi-tubi.

"Apa apaan sih lo? Berhenti nggak?!" bentak Agnan sambil berusaha memegangi tangan Adhisti yang terus bergerak memukulinya.

Air mata gadis itu semakin mengalir deras dan tenaganya semakin lemah saat Agnan berhasil memeganginya.

"Ngapain lo mukulin gue, hah?!"

"Gue benci hidup gue sendiri, gue nggak bisa terus pura-pura seolah gue baik-baik aja," isak Adhisti.

Ada banyak hal yang membuat Adhisti merasa sedih saat ini. Terutama waktu dia bertemu dengan Diana tadi pagi. Mereka seperti bukan saudara tapi musuh yang dilahirkan dari orang tua yang sama.

Bad boy is a good boy for me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang