🥀 Bab 17 : Agnan marah

3.7K 429 10
                                    

SELAMAT MEMBACA

"Meminta maaf bukan hanya untuk mereka yang membuat kesalahan dan memaafkan bukan hanya untuk mereka yang benar."

~~***~~

Adhisti berjalan di area parkiran sekolah sambil menundukkan kepalanya. Ada rasa penyesalan yang dia rasakan saat semalam tidak datang ke acara Agnan. Ditambah dia juga tidak memberi kabar padanya.

Tapi satu hal yang membuat Adhisti bisa bernapas lega. Operasi yang dilakukan Lia berhasil dan sekarang dia sedang dalam masa pemulihan. Adhisti sudah tidak sabar untuk bisa melakukan hal gila bersama Lia.

Tinnn tinnnn

Langkah Adhisti langsung terhenti saat suara klakson mobil sedikit mengagetkannya. Sebuah mobil berwarna biru tua melintas di hadapan Adhisti. Lalu secara bersamaan kaca mobil diturunkan dan memperlihatkan orang di dalamnya.

Kedua mata Adhisti terus terkunci pada mobil itu sampai mobil tersebut berhenti. Tak lama seorang cewek keluar dari dalam mobil.

Cewek itu jelas tidak asing bagi Adhisti, karena dia adalah adiknya sendiri. Tapi saat seorang cowok juga ikut keluar dari pintu kemudi, kening Adhisti sedikit berkerut.

Siapa cowok itu? Kenapa Diana bisa bersamanya? Adhisti tidak mengenal sosok cowok yang bersama Diana. Gayanya lumayan keren, rambutnya agak sedikit gondrong dan bisa dibilang cukup ganteng juga.

Dan yang membuat Adhisti semakin heran adalah saat Diana berjalan dan menggenggam tangannya. Apa mungkin dia pacar baru Diana? Secepat itukah mendapatkan pacar baru setelah beberapa hari putus? Adhisti hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan adiknya itu.

****

Adhisti dan Chaca baru saja keluar dari ruang guru sambil membawa setumpuk buku di tangan mereka.

"Kalian duluan aja yah ke kelasnya. Ibu mau ke toilet sebentar," ucap bu Henny. Dia adalah guru bahasa Inggris.

"Iya, Bu," balas Chaca.

"Jangan lupa bagikan bukunya."

"Siap, Bu." Kini Adhisti yang membalas. Setelah itu bu Henny pergi meninggalkan mereka.

Adhisti dan Chaca juga langsung pergi ke kelas. Sepanjang jalan Chaca terus berkicau banyak hal, terutama masalah cowok yang baru dia kenal di perpustakaan. Katanya sih nggak kalah ganteng sama Leon, cuma dia pake kacamata dan punya lesung pipi.

"Lo tanya namanya nggak?"

"Tanya dong," sahut Chaca antusias.

"Siapa namanya?"

"Namanya itu Bagus, sama kayak orangnya. Keren tau," jawab Chaca sambil membayangkan sosok cowok itu.

"Iya Cha, tapi namanya siapa?" ulang Adhisti karena jawaban Chaca seakan tidak menjawab pertanyaannya.

"Ihhh, kan Chaca udah bilang namanya Bagus!" geram Chaca karena Adhisti masih saja bertanya nama cowok itu. Padahal dia sudah menjawabnya. Adhisti terdiam sejenak lalu tertawa geli.

Oh, dia mulai mengerti sekarang. Ternyata nama cowok itu Bagus, bukan namanya yang bagus tapi memang namanya benar-benar Bagus.

Namun tawa Adhisti langsung berhenti saat di ujung koridor dia melihat Agnan dan Leon sedang berjalan. Mendadak rasa penyesalan itu kembali menghampiri Adhisti.

Kedua mata mereka sempat saling bertemu dan saling bertukar pandang. Tapi dengan cepat Agnan memutuskan kontak itu dan menarik tangan Leon untuk pergi ke arah lain.

Bad boy is a good boy for me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang