🥀 Bab 6 : Khawatir

5.3K 630 28
                                    

SELAMAT MEMBACA!  

  "Kadang kita seperti orang bodoh. Khawatir pada seseorang yang jelas bukan siapa-siapa."

~~***~~

Barang-barang terlempar ke segala arah, membuat kamar Diana berantakkan bak diterpa angin topan.

Diana berteriak dan menjerit di dalam kamarnya. Ada sebungkus rokok tergeletak di lantai, biasanya itu adalah pelampiasan bagi Diana jika sedang dalam mode kacau seperti ini.

Sejak pulang sekolah dia terus uring-uringan karena Zoya dan yang lainnya bilang mereka melihat Agnan bersama Adhisti berpegangan tangan di koridor.

Dia tentu saja kesal dan marah. Kenapa selalu ada Adhisti dalam setiap hidupnya? Kenapa dia selalu ikut campur dalam urusannya? Apa yang sebenarnya dia mau?

Adhisti sudah menjadi anak emas dalam keluarganya, dia selalu mendapat pujian dan menjadi kebanggaan semua orang. Semua orang selalu memuja dan menyebut namanya. Dan entah untuk ke berapa kalinya Adhisti selalu ada dalam urusannya.

Dia benci punya kakak, dia tidak suka menjadi adik dari seorang Adhisti yang mengambil semua yang dia mau. Hati Diana sakit dan sesak, entah berapa lama lagi dia akan sabar menghadapi beban yang selalu dia pikul sendiri.

Orang tuanya seakan tidak peduli bagaimana pergaulan Diana. Kadang dia juga mau pergi dari rumah kalau saja dia tidak terikat dengan kata sayang pada orang tuanya.

Mereka sudah tua dan entah kenapa Diana belum siap jauh dari mereka. Sekalipun mereka membuatnya kesal dan muak.

Dan satu-satunya cara yang harus dia lakukan saat ini adalah menghancurkan Adhisti. Dia ingin melihatnya menderita dan kesakitan dan saat itulah dia akan merasa puas.

****

Pagi ini Agnan mendapat kabar dari Leon kalau SMA Angkasa semalam menantang SMA Galaksi untuk bertempur. 

SMA Angkasa memang sudah menjadi musuh bebuyutan sekolahnya dan tentu saja Agnan tidak akan bertindak pengecut. Dia akan selalu menerima tawaran perang dari siapa pun.

Agnan mengacak-acak rambutnya sendiri sambil memandang bayangannya di cermin. Tampak jelas sekarang penampilan Agnan sebagai bad boy sekolah.

Dia sudah memakai seragam sekolahnya padahal ini masih jam setengah enam pagi dan biasanya dia masih berada dalam alam mimpi sekarang.

Agnan keluar dari kamarnya dan tampak sekali suasana masih sepi. Tidak ada bedanya dengan suasana rumah Agnan kalau jam segini. Paling asisten rumah tangganya yang sudah bangun.

Tapi Agnan mendapat pemandangan lain pagi ini. Dia melihat Adhisti duduk di kursi meja makan sambil membaca sebuah novel yang dia belikan kemarin.

"Lo bangun sepagi ini cuma buat baca novel?" tanya Agnan sambil duduk di meja dan memandangi Adhisti yang sekarang juga menatapnya.

"Bukan urusan lo. Lagian lo juga ngapain udah siap berangkat sekolah aja? Kesambet setan apaan lo?" tanya Adhisti saat melihat penampilan Agnan.

"Biasalah anak rajin kan harus berangkat paling pagi," jawab Agnan dengan nada sombong.

"Heh, anak rajin tuh bukan cuma berangkat pagi doang, tapi juga rajin ngerjain tugas, rajin piketnya, rajin merhatiin guru, rajin ngapalin kalau mau ulangan dan gue rasa lo nggak masuk kategori itu," kata Adhisti panjang lebar.

Bad boy is a good boy for me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang