RI'SYA-46

6.7K 196 5
                                    

Reyvan yang berniat meminta maaf kepada Risya, langsung mengurungkan niatnya saat melihat Vano sedang bersama Risya.

Reyvan tersenyum getir dengan mata yang menahan air mata. "Serasa jadi orang yang paling jahat banget deh. Dulu udah nyakitin, sekarang juga masih nyakitin" monolog Reyvan sambil duduk berselonjor di kasur.

Reyvan menahan air matanya agar tidak menerobos keluar. Hatinya hancur, ia merasa gagal menjadi seorang suami sekaligus orang tua yang baik.

Reyvan berjalan keluar dari kamar ingin mengambil air minum. Saat melewati, Risya, Reyvan sangat merasa bersalah. Ia ingin memeluk sosok yang selalu di sakitinya.

Seteleh selesai mengak air minum, Reyvan berjalan ke arah kamar ketiga anaknya. Reyvan melihat Vino yang sedang tertidur pulas dan melihat Vina yang sibuk melukis, lukisan abstrak.

"Vina, lagi ngapain?" tanya Reyvan yang membuat Vina langsung menoleh.

"Bikin lukisan balu yah, udah lama Vina ga bikin lukisan. Kata bu gulu, lukisan Vina bagus loh yah. Nanti katanya bisa di jual juga katanya" jelas Vina kecil sambil tersenyum.

"Iyah, ayah dukung kamu kok. Nanti ayah coba jual deh karya-karua kamu" Vina tersenyum senang.

Saat sedang asik memperhatikan anaknya yang melukis, Reyvan terkejut saat mendengar suara Vano dari luar kamar yang sedang tertawa bersama Risya.

Saat Vano masuk kamar, Reyvan langsung menyapa Vano, "Hai, bang Vano!"

"Hai, ayah!" sapa balik Vano yang membiat Reyvan heran. Apa anak ini tidak marah? Atau anak ini mendapat anugrah?

Vano langsung melesat begitu saja dan hinggap di meja belajar. Reyvan tersenyum simpul dan mulai berjalan keluar dari kamar anak-anaknya.

Reyvan kembali ke kamarnya dan betapa terkejutnya ia saat melihat Risya yang sedang duduk selonjoran di kamar. Risya kini sedang menonton film 'ghost writer' dengam beberapa cemilan yang menemaninya.

Reyvan tersenyum dan berusaha mendekati Risya. "Icha!" panggil Reyvan.

Risya tidak menyahut panggilan Reyvan dan malah asik menontom film sambil tertawa. Risya mengusap perutnya yang masih datar.

"Cha, maafin aku! Aku nyesel Cha aku nyesel banget!" lirih Reyvan sambil hendak memeluk Risya.

"Diem! Jangan peluk! Yaudah sih, aku bodo amat!" balas Risya ketus, seketus-ketusnya.

Reyvan tersenyum dan memeluk Risya. "Aku janji, gak akan lakuin itu lagi. Aku juga punya bukti kok kalo aku ga macem-macem."

"Aku ga butuh janji, aku hanya butuh bukti yang meyakinkan! Janji aja terus!"

Reyvan seketika terdiam dan mulai menyadari kesalahannya. "Aku tau, maafin aku Cha. Aku cuman ngumbar janji aja, tapi ga pernah ada bukti. Aku merasa bersalah banget karena aku udah nyakitin kamu lagi. Aku dulu udah nyakitin kamu dan sekarang juga nyakitin kamu. Aku tau kata maaf ga bisa ngubah segalanya, cuman tolong kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya."

"Maaf mas, aku udah cape. Aku udah putus asa, karena disini cuman aku yang berjuang sendiri, aku mohon sama kamu ceraikan aku saja."

"Ga Cha! Ga bisa begitu! Aku sayang sama kamu, aku ga mau kehilangan kamu! Aku ga mau! Kamu jangan egois Cha!"

"EGOIS?! disini kamu yang egois! Kamu emang bajingan yah! Kamu yang menyakiti tapi seolah-olah kamu yanh tersakiti!"

"Aku mohon Cha, kasih aku waktu buat ngumpulin bukti kalo aku ga salah cha!"

"tiga hari yang berarti tuju puluh dua jam! Dari sekarang kamu cari bukti dan dari sekarang aku bakal pergi ke rumah mama sama anak-anak!"

Setelah itu, Risya bergegas mengambil koper dan memasukan bajunya sendiri ke dalam koper.

Setelah selesai mengemas baju, Risya berjalan ke arah makar anaknya dan mengajak anaknya untuk ke rumah Reva.

"Ma, kaki Vino masih sakit! Masa kita mau pergi ke rumah oma?" ujar Vino yang sedari tadi cemberut.

"Udah di siapin kursi roda, tadi om Gibran yang beliin" ujar Risya.

"terus jalan ke bawah gimana?" tanyanya lagi.

"ada adek sama abang kamu yang bantuin, iyakan?" Vina dan Vano kompak mengangguk.

Setelah semua selesai, Risya, Vano dan Vina menuntun Vino berjalan ke bawah untuk naik kursi roda.

Saat sudah sampai Risya di suguhi pemandangan dimana Reyvan menangis sejadi-jadinya dan meminta kesempatan kembali.

"Cha, aku mohon sama kamu! Jangan tinggalin aku Cha aku mohon!" pinta Reyvan dengan air mata yang mengalir.

"Vano, bawa adik-adik kamu kedepan, nanti mama nyusul" Vano mengangguk dan segera mengajak kedua adiknya ke halaman depan.

"buat apa hah? Mau nyakitin aku lagi? Mau bikin aku depresi? Apa gimana? Keputusan aku udah bulat dan ga bisa di ganggu gugat! Maaf, kalo sampai waktu tujuh puluh dua jam kamu ga ada bukti, setelah anak ini lahir aku mau kita cerai!" Risya kemudian meninggalkan Reyvan sendirian.

Reyvan kemudian berusaha bangkit, namun nihil. Kakinya terlalu lemah untuk sekedar berdiri. Setelah mobil Risya berdiri, Reyvan baru bisa berdiri.

Tapi, semua terlambat. Reyvan kemudian masuk ke dalam rumah dan menonjok dinding rumah sampai retak yang membuat tangannya berdarah.

Reyvan tidak peduli itu semua, ia memilih untuk masuk ke kamar dan memeluk fotonya bersama istri dan anak-anaknya.









Spesial satnight!

Aku emang mau hiatus guys, tapi ga tega! Kalo di hitung aku udah 1 bulan ga update hehe! Maafkeun ya! Insyaalah kalo urusan aku beres aku bakal up kok! Do'ain aja semoga urusan aku bisa beres.

Satu lagi nih,  MAKASIH BANYAK YANG UDAH SHARE CERITA INI KE TEMEN-TEMENNYA SAMPE SEKARANG UDAH 223K PEMBACA. MAKASIH JUGA BUAT YANG UDAH NEMENIN DARI NOL!

TBC..

RI'SYA Where stories live. Discover now