RI'SYA-15

10.2K 289 1
                                    

Risya yang baru turun dari kamar terheran saat melihat semua keluarganya berkumpul. Risya juga heran saat melihat mamanya sedang menenangkan ayahnya yang sedang terseulut emosi.

"ada apa?" tanya Risya. Adreson yang mendengar suara Risya langsung bangkit dan menunjukan testpeck yang di temukan Bi Yatu di kamarnya. "ini apa?" tanya Adreson dengan nada dinginnya.

"i-itu testpeck yah" jawab Risya dengan gugup.

"punya siapa hah?!" suara Adreson mulai meninggu.

"a-aku ga-gatau yah"

"KAMU MULAI BERANI BOHONG SAMA AYAH?"

Plak

Satu tamparan mendarat mulus di pipi Risya yang kini sudah merah. Risya hanya memegang pipinya tanpa berniat melawan sedikitpun. Risya sedari tadi menahan air matanya yang berusaha keluar dan dengan berani dia menjawab.

"kalo iya punya Risya, ayah mau ngapain?"

"siapa ayahnya?" ucapan Adreson membuat Risya terdiam.

"SIAPA AYAHNYA?!" suara Adreson mulai meninggi.

Plak

Tamparan lagi yang Risya dapatkan. Gibran yang sejak dari tadi diam langsung bangkit dan membela kaka kesayangannya.

"apa-apaan sih yah? Dia juga anak ayah!!" bela Gibran.

"kamu berani nyentak ayah huh?!" balas Adreson.

Adreson akan kembali melayangkan tamparan pada Gibran namun langsung di cekal oleh Risya. "ayah kalo mau marah jangan sama Gibran, marah aja sama aku" ucap Risya degan air mara yang mengalir.

"ayo Cha, kamu ngomong siapa ayahnya!" ucap Reva yang di balas gelengan Risya. "oke, satu kali lagi ayah tanya. Siapa Ayahnya?!" tanya Adreson dan Risya masih menggeleng.

"kamu gak mau jawab?! Keluar kamu dari sini! Jangan pernah menginjakan kaki kamu di sini lagi!!" usir Adreson. "Bi, cepat kemasi baju Risya" suruh Adreson pada Bi Yati.

"aku ikut!" ucap Gibran yang di hadiahi tamparan oleh Adreson. "kamu mau pergi? Oke silahkan! Bi kemasi juga barang Gibran!" ucap Adreson.

Bi Yati langsung turun dan menaruh dua koper di samping Adreson. "ini tuan" ucap Bi Yati lalu pergi ke belakang.

"bawa barang-barang kamu dan jangan pernah kembali lagi kesini!" usir Adreson lalu menyeret Risya dan Gibran. Sementara Rasya sedang memasang senyun penuh kemenangan.

'hahaha, akhirnya gua bisa basmi hama!dua lagi' batin Rasya.

Akhirnya Risya dan Gibran pergi tanpa membawa apapun hanya berbekal sebuah koper yang tak tahu apa saja isinya.

~RI'SYA~

Risya dan Gibran kini sedang berteduh di halte karena hujan sedang mengguyur ibu kota. "kak, kita mau tinggal di mana?" tanya Gibran pada Risya. "kaka juga ga tau, coba kamu cek tas kamu, siapa tau bisa ada yang di jual buat ngontrak" ucap Risya yang di angguki Gibran.

Gibran langsung saja membuka tasnya dan mencari apakah ada barang berharganya. Risya juga sama, dia sedang mencari barang berharga di tasnya.

"kak, aku nemu hp aku sama uang yg ada di dompet aku!" ucap Gibran antusias. "kaka juga nemu rekening, hp sama uang ada sticky note juga" jelas Risya dengan senang.

"Gib, kamu pergi ke ATM gih! Ini kalo ga salah ada cukup uang. Soalnya kemarin kaka di transfer dari konten yang baru" ucap Risya lalu menyerahkan kartu rekeningnya.

Gibran kemudian berlari ke sebrang dan mengambil uang di ATM. "Kak ini uangnya ada 150 juta lebih, aku cuman ngambil 3 juta doang" ucap Gibran pada Risya. "yaudahlah gapapa, kamu masuk aja gih ke bank terus ini ada buku tabungannya ambil aja uangnya semua. Lumayan lah buat beli rumah kecil juga" kata Risya dan Gibran langsung pergi ke bank.

Risya kembali mengobrak-ngabrik kopernya dan dia menemukan diary nya. Dan di depan diary ada sticky note dengan tulisan 'neng, maaf bibi gak bisa bantu apa apa. Bibi cuman masukin barang berharga milik eneng aja.' begitulah tulisan tersebut..

Risya kini sedang mengucapkan banyak terimakasih pada Bi Yati. Risya sangat bahagia mengetahui buku diarynya ada walau hanya beberapa saja. Sepertinya buku diary yang lainnya di simpan dan Risya berharap tak ada yang membukanya.

Risya sudah menunggu sekitar 1 jam karena Reyvan tak kunjung datang. "eh, kamu lama banget deh!" kesal Risya saat melihat Gibran. "maaf tadi ngantri, nih" Gibran menyerahkan amplop coklat pada Risya. "kita tinggal di bandung aja ya?" pinta Risya yang di angguki Gibran dengan antusias.

Akhirnya Risya dan Gibran pergi menuju terimnal dan berakhirlah mereka di tempat kelahiran mereka, Bandung.








Up kan? Oke VOMENTNYA YA!!

Tbc..

RI'SYA حيث تعيش القصص. اكتشف الآن