"Vino, Vina! Bangun! Kalo gak bangun, nanti aku siram pake air wc!" teriak Vano dengan kencang.

Dengan segera mereka terbangun dan mengucek matanya. "Vino, kamu bangunin ayah, Vina kamu beresin kasur kamu sama Vino, aku mau mandi abis itu bikin susu buat kita!" mereka mengangguk.

Vino kemudian berlari ke kamar Reyvan dan membangunkan Reyvan dengan berteriak. "AYAH BANGUN! UDAH PAGI, CEPET MANDI! AYO BANGUN, KALO GAK BANGUN AKU SIRAM PAKE AIR WC!".

Reyvan yang merasa terusikpun bangun dan berjalan menuju kamar mandi dan mengabaikan Vino.

Setelah hampir 1 jam bersiap mereka memakan sarapan dan tak lupa membaca tulisan Risya.

"udah selesai semua kan? Ayok, kita berangkat!" ajak Reyvan dengan semangat kepada anak-anaknya.

"ayuk, aku uda-" ucapan Vina di potong seketika oleh Vano. "duluan aja, ayah kan banyak rapat. Biar kita di anter supir aja!" balas Vano.

Reyvan menunduk 'Vano aja yang masih kecil udah tau masalah aku sama Icha' batin Reyvan.

"udah ayah sana aja! Rapat aja sana! Gausah pikirin mama sama kita!" lagi dan lagi, Vano berhasil membuat Reyvan menteskan air mata.

Walau masih kecil, Vano sudah mengerti permasalahan orang dewasa. Vano ini anaknya dewasa dan mandiri. Dia suka menyendiri, membaca buku atau bermain bersama adiknya ataupun Ara.

"kenapa nangis? Yang seharusnya nangis disini itu kita, bukan ayah!" ucap Vano dan dengan segera Reyvan pergi dari rumah.

"abang kenapa sih? Ayah pelgikan! Aku tuh udah nunggu ayah dali kemalin!" teriak Vina dengan cadel.

"bang, ini ada apa?" tanya Vino penasaran.

"kamu gak usah tau, sekarang ayok sekolah!" mereka semua mengangguk dan pergi ke sekolah.

Setelah mati-matian menahan suara tangis, akhirnya Risya menangis dengan tersedu-sedu.

"ARGHHH! AKU BENCI SEMUA! AKU BENCI, HIKS, AKU NYESEL UDAH KASIH KESEMPATAN KEDUA BUAT KAMU! AKU NYESEL! HIKS, HIKS, HIKS!" teriak Risya dengan kuat.

Risya melempar bantal dan guling yang ada, tak lupa handphone juga ia lempar sampai hancur.

"dek, kamu baik-baik di sana ya! Jangan susahin mama oke? Kasian mmanya!" ucap Risya sambil mengelus perutnya.

Saat tengah menangis tersedu-sedu ada seseorang yang mengetuk pintu. Mau tak mau, Risya membuka pintu tersebut.

"ada apa ya? GIBRAN?!" teriak Risya dan memeluk Gibran erat. Gibran yang sama rindunya dengan Risya pun membalas pelukan tersebut.

"ayok, lo masuk dulu ya! Mau minum apa?" tanya Risya sambil mempersilahkan Gibran duduk.

"air comberan aja!" jawab Gibran yang membuat Risya tertawa.

"hahaha, yaudah gua suruh pa Dodon aja buat ambil air comberan di solokan depan!" jawab Risya serius.

"idih, bercanda kali gua tuh! Pengen air bening yang rasa leci!"

"serius?"

"iyalah!"

Setelah itu, Risya pergi ke dapur dan membuatkan sirup leci untuk Gibran. "nih untuk anda tamuku!" Risya tertawa.

"makasih!"

"btw, ngapain nih kesini? Ada angin apaan?" Risya memakan satu biskuit yang tadi ia simpan di meja.

"pengen curhat sambil mastiin, lo hamil lagi?" Risya mengangguk.

"mau curhat apaan?"

"kan gua tuh suka sama cewe, tapi ini cewe susah banget di deketinnya. Saat cewe lain ngejar-ngejar gua, dia malah menghindar dan gua tertarik sama dia, karena dia berbeda dari yang lain" jelas Gibran.

"perjuangin, harganya mahal coyy! Nabung terus ya!" Risya memotivasi Gibran.

Saat sedang berbicara dengan Gibran, tiba-tiba Risya menginginkan sesuatu. "Gib, pengen sate ayam deh, tapi belinya yang di pinggiran ya? Lo beli mentahnya doang, terus panggilin temen lo yang namanya Erlan ya?" pinta Risya.

"ngapain si Erlan di suruh ke sini?" tanya Gibran.

"mau di suruh bakar sate! Please Gib! Lo mau ponakan lo nanti ileran?" Gibran menggeleng cepat. "yaudah turutin oke?" Gibran mengangguk dan bersiap untuk mencari Erlan dan membeli sate.

Dengan langkah gontai, Gibran berjalan pelan meninggalkan rumah Risya. "gua berangkat dulu, assalamualaikum!" pamit Gibran dan melajukan motornya.






Ga minta yang susah! 150 vote+50 comment lanjut!

Jangan panggil gua kakak oke? Panggilnya mimin aja!

Partnya lumayan! 1182 kata!

Tbc. 

RI'SYA Where stories live. Discover now