Day 30 - 2019 - Akhir

255 20 8
                                    

Tema : Mengakhiri Sesuatu

Yura dan Yufa terkejut melihat Yuusha tertinggal sekitar lima meter di belakang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yura dan Yufa terkejut melihat Yuusha tertinggal sekitar lima meter di belakang. Bergegas keduanya berlari mendekat dengan panik. Bagaimana jika adik mereka dipatuk ular? Ya Tuhan, betapa cerobohnya.

"Aaaaaaaah ... Hahahahahaha!"

Tak disangka, Yuusha tiba-tiba tergelak keras. Yufa langsung melakukan tendangan tanpa bayangan ke perut adik bungsunya itu.

"Woy! Kenapa ditendang?!" Yuusha mengaduh.

"Kamu ngapain ketawa-tawa? Aku pikir kesurupan." Yura mendelik galak.

Yuusha kembali terkekeh. "Enak aja kesurupan! Setannya takut sama Yuusha. Yuusha kan pemberani!"

Yufa mencebik meragukan pernyataan adiknya barusan.

"Jadi, Kak. Yuusha udah nemuin harta kita!"

Yura langsung mencengkeram bahu adiknya kuat. "Mana?" Kepalanya celangak-celinguk mencari petunjuk.

"Ish, bukan di sini!" Yuusha menepis pegangan kakaknya. "Kita tadi kan hitung 40 langkah pake kaki siapa?"

"Kaki sama-sama, lah!"

"NAAAAH! Disitulah salah kita, Kak!" Yuusha tersenyum jahil. "Yuusha baru ngeh saat Yuusha ketinggalan berjalan dari kakak berdua. Jadi ..."

"ASTAGFIRULLAAAAAH!!" Tanpa dikomando Yura dan Yufa langsung berlari bersamaan kembali ke dekat sungai meninggalkan Yuusha yang lagi-lagi harus berteriak-teriak marah karena ditinggalkan.

Piiip ... Piiip... Piiip...

"DI SINIIIIII!!!" Yura melambai-lambai ke arah Yuusha dengan gembira.

"Kakak jahat! Yuusha lagi ngomong ditinggal!" Bocah laki-laki itu mengentakkan kaki ke tanah ngambek.

"Udah, yuk gali hartanya aja. Nanti, kamu, Kakak belikan es krim yang banyak karena udah berhasil memecahkan masalah terkhir." Yufa membelai puncak kepala adiknya.

Suara tanah beradu dengan alat penggali terdengar bersahutan.

"Serius, aku nggak kepikiran kalau langkah kita lebih pendek dari langkah mereka." Yura terkekeh sembari mengelap peluh yang jatuh dengan lengan bajunya.

"Mungkin kita memang harus sering-sering ninggalin dia di belakang." Yufa tertawa puas.

"Jahaaaaaat!" Lagi-lagi Yuusha menjerit.

DOK!

Suara besi beradu terdengar. Meski mereka sudah tampak kelelahan, mendengar suara itu, membangkitkan semangat mereka lagi.

Debu-debu beterbangan ketika ketiganya semakin gencar menggali. Perlahan tapi pasti, peti besar berwarna cokelat tua menyembul dari balik tanah.

"MasyaAllah ... Alhamdulillah...."

Dengan sedikit gemetar, Yura membongkar paksa gemboknya dengan linggis. Setelah itu, tangannya terulur untuk membuka tutup peti.

Ketiganya terbelalak.

Harta itu nyata.

Tumpukan emas batangan, koin Belanda kuno, beberapa keramik antik yang terlihat mulus. Ternyata nenek moyang mereka begini kaya.

"Lalu, kita mau apakan ini?" Yuusha berbinar melihat banyaknya emas di sana.

"Sesuai petunjuk Kakek, kita akan menggunakan ini untuk membangun sekolah bagi orang tak mampu. Agar mereka juga bisa mencicipi pendidikan layak di Indonesia." Yura tersenyum puas.

"Kita nggak dapat bagian?" Yufa terlihat kecewa.

Yura mengacak rambut kedua adiknya penuh kasih. "Tentu dapat. Semua biaya sekolah kita sampai kuliah, diambil dari sini. Sisanya, baru dipakai untuk bangun sekolah. Begitu yang Kakek bilang."

"Yaaaaaaay! Asiiiiik!"

Harta telah ditemukan. Ketiganya bersiap memanggil orang tua mereka untuk datang dan mengurus segalanya.

Petualangan mencari harta kali ini telah berakhir. Namun, kisah mereka yang lain baru saja akan dimulai.

 Namun, kisah mereka yang lain baru saja akan dimulai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

enggak... Bohong, kok. Nggak akan kulanjutin. Wkakakakakak

Vide et Crede x 30 DWC 2019Where stories live. Discover now