Day 15 - 2019 - Belanja

64 14 10
                                    

Tema : "Pembelian benda tanpa terencana mengakibatkan perang dunia."

Nora kecil berlari-lari riang di bawah salju

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nora kecil berlari-lari riang di bawah salju. Tangannya terentang lebar dengan debaran jantung yang terasa nyata. Untuk yang pertama bocah berumur dua belas tahun itu naik kapal laut cukup lama untuk bisa menjejakkan kaki ke kota Obljaj di Bosnia Herzegonina.

Kaki Nora dientak-entakkan ke tanah menciptakan lubang cukup dalam di tumpukan salju. Sepatu bot model terbaru sungguh nyaman. Dia bisa berkeliaran dengan bebas tanpa takut kaus kakinya basah.

Ibunya berkali-kali mengingatkannya agar berhati-hati. Namun, Nora tetap berlari. Biarkan saja ayahnya harus ke gedung besar di sana untuk membicarakan sesuatu. Nora dan ibunya bisa berkeliling menikmati suasana.

Salah satu hal yang disukai Nora adalah bisa ikut ayahnya ke mana pun dia bertugas sebagai diplomat. Prancis, Italia, bahkan ke Bosnia seperti sekarang.

Tiba-tiba matanya tertumbuk pada seorang pemuda gagah berusia sekitar 17 tahun tengah meringkuk pucat di depan emperan toko yang tutup. Tubuhnya terlihat menggigil. Bibirnya bergemelutuk dan tampak membiru. Kepalanya celangak-celinguk seolah menanti seseorang.

Nora merasa iba. Namun, ia tak bisa berbahasa Bosnia, Kroasia, apalagi Serbia. Dia hanya bisa bahasa Belanda dan sedikit Indonesia karena Papi sering sekali ke sana.

"Mi, bisakah kita membantu pemuda yang di sana itu?" Nora menunjuk sosok yang nenarik perhatiannya itu.

Ibunya tersenyum bangga. Nora memang anak yang sangat berempati terhadap sekitar. "Kalau begitu, kita belikan roti selai saja di toko roti di seberang jalan." Ibunya melihat sebuah toko kecil yang cerobongnya masih mengepulkan asap.

Nora menggeleng keras. "Kita beri uang saja, Mi. Supaya dia bisa memilih makanan kesukaannya. Siapa tahu dia benci roti. Atau mungkin baju hangat yang bagus." Mata gadis itu berbinar penuh harap.

Tawa berderai terdengar. "Mami khawatir kalau dia akan membelanjakannya sembarangan. Bisa jadi dia pemabuk, atau bahkan uangnya habis di meja judi."

Tiba-tiba pria berusia tiga puluhan menghampiri pemuda itu. Tangannya membawa kantung kertas yang digenggam bagian atasnya erat-erat. Keduanya tampak bersitegang.

Sang pemuda tampak memohon agar sang pria memberikan kantung itu kepadanya meski uang yang disodorkannya tak banyak. Nora semakin merasa kasihan.

"Mi, lihat! Bahkan pemuda itu tak bisa membeli makanan yang dijual kepadanya." Nora tak tahan lagi. Dia langsung berlari meninggalkan ibunya dalam kebingungan.

"Cukup!" Nora tiba-tiba merentangkan tangan di depan tubuh pemuda itu. Belum sempat lawan bicaranya bertindak apa pun, Nora sudah mengeluarkan lembaran kertas uang Bosnia yang ayah berikan padanya pagi tadi. "Ini buat membayar makanan itu!"

Tentu saja kedua orang itu tak mengerti bahasa Belanda. Namun, melihat uang besar yang disodorkan kepadanya, pria itu langsung menyambarnya.

Saat itu juga, kantung kertas itu sudah berpindah tangan kepada pemuda pucat itu.

Nora tersenyum puas. Ia telah membelanjakan uangnya untuk membantu sesama. Pemuda itu pun tak berlama-lama. Setelah mengangguk penuh rasa terima kasih dia berkata dalam bahasa Bosnia.

"Terima kasih, Nona. Namaku Gavrilo Princip. Aku akan selalu mengenang kebaikan Nona yang telah membantuku membeli pistol ini."

Kemudian pemuda itu pun berlalu. Meninggalkan Nora yang masih tersenyum penuh rasa bahagia.

 Meninggalkan Nora yang masih tersenyum penuh rasa bahagia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

15 November 2019

APA MAKSA ANJRIT!!!!

Vide et Crede x 30 DWC 2019Where stories live. Discover now