Day 8 - 2019 - Cinderalas

87 16 10
                                    

Tema : menceritakan ulang Dongeng Mana pun.

Yura masih berusaha menyingkirkan lagu terkutuk itu dari kepalanya

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.


Yura masih berusaha menyingkirkan lagu terkutuk itu dari kepalanya. Tindakan Yuusha dengan memutar berulang-ulang bagian refrain dari lagu yang tak mau ia ingat judulnya itu sungguh membuat kepalanya berdentam-dentam tak karuan. Di saat seperti ini, dia sangat senang kala musik diharamkan oleh Allah. Ah, sudahlah. Yuusha masih kecil. Dia masih harus banyak belajar untuk tahu mana yang baik dan mana yang buruk.

"Yuusha soleh, kalau mau alarm mending suara ayam berkokok aja. Aman dan keras." Yura berusaha memberi masukan setelah ketiganya menunaikan salat Subuh. Mentari masih bersembunyi di balik cakrawala. Hingga lampu darurat pun masih menyala dengan gagahnya. Hawa dingin juga masih merengkuh hingga ketiganya tak melepas jaket malam mereka.

Yuusha sudah duduk manis dengan camilan di pangkuan. Mulutnya tak berhenti mengunyah karena perutnya sudah menjerit minta diisi sedari tadi. Badan bulat itu membutuhkan lebih banyak energi untuk diisi  daripada kedua kakaknya. Itu sebabnya segala macam makanan matang, mentah, setengah matang telah ia persiapkan sebanyam mungkin. Demi masa depan gemilang!

Mendengar usulan Yura tentang bunyi alarm, Yufa tampak tidak setuju. "Lebih keren kalau suara adzan. Biar kaget semua. Soalnya berasa mau telat salat ke masjid." Dia tertawa.

"Ya kali kalau orang lain denger ikut kaget gimana? Azan jangan dipakai sembarangan, ah!" Bahkan si bungsu memprotes.

Yura tersenyum senang. "Lagian sekarang kita lagi di hutan. Kenapa nggak nungguin ayam hutan berkokok beneran?" Jemarinya menjentik seolah mendapatkan ide bagus.

"Ooooh ... Yuusha tahu! Kita nungguin si Ayam ganteng Cinderela, kan?" Yuusha mengangguk-angguk puas.

Kedua kakaknya tertawa bersamaan.

"Cinderalas maksudmu?" Yufa meralat sembari menjitak pelan kepala adiknya. Sempat muncul di kepalanya sosok ayam jago bergaun biru yang turun dari istana mengenakan sebelah sepatu kaca. RUSAK!

Yuusha hanya menyengir tanpa rasa bersalah. "Ah, Yuusha pengin denger suara ayam Cinderalas!" pintanya dengan mata berbinar.

Suara decakan Yufa terdengar. "Oey! Kamu nggak tahu jagonya Cinderalas itu antimainstream? Dia nggak berkokok kayak ayam lain."

Yuusha membelalakkan mata takjub. Dia belum pernah mendengar kisah Cinderalas sebelumnya. Hanya tahu sebatas Cinderalas punya ayam yang membuatnya jadi pangeran.

Mama menyensor banyak bagian saat membacakan buku Cinderalas saat bocah itu masih kecil. Salah satunya adalah fitnah dari selir dan tabib untuk mengusir ratu dari tahtanya. Mama membuat ratu sebagai janda miskin di tengah hutan. Rajanya juga masih jomlo berkualitas. Lalu Cinderalas sukses menjadi pangeran dengan adu ganteng ayam jago, bukan dengan adu ayam dengan ayam raja. Benar-benar ngarang seenaknya!

"Emang bunyinya kayak gimana?"

Yufa berdeham dan kembali bergaya ala profesor yang super pintar. "Cinderalas omahe tengah alas, putrane raden putro, ayame ayam jago!"

Yuusha mengangkat telapak tangan kanannya ke atas. "Kak, Yuusha ngalamin roaming internasional. Itu artinya apa?"

Yura tak bisa menghentikan tawanya. "Cinderalas, rumahnya di tengah hutan, anaknya Raja bernama Putra, punya seekor ayam jago." Si sulung dengan sabar menjelaskan.

Mata Yuusha berbinar. "Kenapa Mama nggak pernah cerita ayamnya antimainstream kayak gitu?"

Yufa dan Yura saling tatap penuh arti sebelum terkekeh bersama.

Tepuk tangan terdengar kencang. "Kalau gitu, sudah Yuusha putuskan. Yuusha akan merekam suara ayam jago Cinderalas! Ayo, Kak! Kita cari ayam ganteng Cinderalas!"

"Oeeeeey!" Yura dan Yufa panik bersamaan.

"Oeeeeey!" Yura dan Yufa panik bersamaan

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Ya ... Pokoknya makin absurd...

Vide et Crede x 30 DWC 2019Där berättelser lever. Upptäck nu