Day 9 - 2019 - Danau

83 17 8
                                    

Tema : "Danau yang Tenang"

Butuh beberapa waktu, sebelum akhirnya Yuusha bisa mengerti kalau kokok antimainstream jago Cinderalas itu tidak ada

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Butuh beberapa waktu, sebelum akhirnya Yuusha bisa mengerti kalau kokok antimainstream jago Cinderalas itu tidak ada.

"Karena rencana rekam ayam jago bubar, jadi apa rencana kita hari ini?"  Yuusha menggerak-gerakkan alisnya penuh antusias.

Yura kembali membuka buku agendanya. "Mungkin sekarang saatnya kita menuju petunjuk berikutnya."

"Stop nyemil!" Yufa memukul pelan tangan adiknya yang siap mengambil bungkus biskuit ketiganya pagi ini. Yuusha hanya bisa nyengir pasrah mendapat pelototan galak sang kakak.

Yura berdeham berusaha mendapatkan perhatian keduanya. "Tolong dengerin baik-baik."

Yufa dan Yuusha memgangguk bersamaan.

"Danau yang Tenang tak berarti tidak beriak. Jiwa-jiwa berkumpul, memanggil nyawa lain untuk menunggu. Berdiri dan pandanglah mentari pagi. Maka saat itulah, luka akan hadir kembali."

Yura mengerutkan kening dalam. "Ini teka-teki?"

"Bukanya belum saatnya kita membahas teka-teki?" Yufa kebingungan.

Yura melotot dan langsung menutup mulut adiknya dengan telapak tangan. "Jangan bilang begitu. Bisa-bisa besok dimunculkan, lalu kita semua kelabakan. Kamu ngerti kan?" Mata Yufa menoleh ke kiri dan ke kanan seolah seseorang akan tiba-tiba muncul dan menyergap mereka.

Yufa bergegas mengangguk. Seharusnya dia bersyukur hari ini mungkin pencarian harta karun sedikit lebih mulus daripada beberapa waktu lalu.

"Kalau danau yang tenang tidak selalu tak beriak pastinya danau ini, kan?" Yuusha melirik ke arah jendela yang terbuka.

Yura memasukkan beberapa perkakas perburuan harta ke dalam tas ranselnya. Yufa dan Yuusha pun sigap mempersiapkan alat masing-masing. Sejak di rumah, mereka sudah berbagi beban mana yang harus mereka siapkan. Dengan dibagi dengan jelas seperti ini, setiap orang tidak akan saling mengandalkan dan memperkecil kemungkinan barang akan tertinggal.

Ketiganya langsung keluar tenda serta menikmati udara pagi yang begitu segar. Mentari mulai merayap naik ke permukaan danau. Kilaunya kembali dipantulkan sempurna seolah jutaan permata tersebar di atas air.

Sesekali angin hutan menyapa wajah-wajah yang hanya dibasuh air hujan. Mereka malas mandi dengan suhu luar yang mencapai 19 derajat celcius itu.

"Kalau danaunya pasti udah fix." Yura mengambil teropongnya dan mengedarkan pandangan. "Danau ini nyaris tidak terlihat riaknya. Hati-hati, biasanya tipe danau begini memiliki kedalaman lumayan."

Yufa mengingat-ingat kalimat berikutnya. "Lalu bagaimana dengan jiwa-jiwa berkumpul, memanggil nyawa lain untuk menunggu?"

Tiba-tiba bulu kuduk Yuusha meremang. "K-Kak... Ini bukan seperti yang Yuusha pikirin, kan?"

Yufa menatap adiknya kebingungan. Adiknya terlihat sedikit ketakutan. "Ada apa?"

"Jiwa lho kak.... Jiwa yang memanggil nyawa." Lagi-lagi bahu Yuusha melejit ke atas ketika rasa ngeri itu tiba. Wajah bulat yang biasa ceria itu mendadak terlihat begitu serius. "A-apa itu artinya, roh-roh di danau itu akan meminta nyawa kita saat mereka mengambilkan hartanya di dalam danau?"

Yufa dan Yura begitu terkejut sampai keduanya tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Kaaaaak ... Kenapa diem ajaaaaaa???" Yuusha mengguncang-guncang bahu Yufa sekuatnya.

Yufa menepis tangan mungil itu dan menangkup wajah bulatnya sebelum dahi mereka saling berhantaman.

"AAAAAAH! Kak Yufa jahaaaaat!!!" Yuusha nyaris saja menangis saat merasakan dahinya berdenyut-denyut sebelum suara lantang Yufa menghentikan tangisnya segera.

"ANAM SHOLEH NGGAK BOLEH MIKIR GITU!" sentak Yufa garang. "Kita cuma boleh takut sama Allah. Kamu tahu kan akibatnya kalau kita takut sama setan? Nanti setannya yang tadinya lemah, malah membesar segede rumah!"

Yura tiba-tiba merangkuk keduanya dengan lembut. "Udah-udah, nggak usah berantem. Kita pikirin ini sama-sama."

Kehangatan dekapan Yura selalu bisa membuat adiknya merasa tenang. Akhirnya ketiganya justru memilih dusuk beralaskan rumput sembari melingkar di tepi danau.

"Kita mencoret kemungkinan kalau kata jiwa adalah hal yang berhubungan dengan makhluk halus." Yura memainkan pulpen dengan jemarinya. "Artinya, kita harus memikirkan jiwa apa yang ada si sekitar danau."

"Atau justru yang ada di dalam danau," potong Yufa yang langsung mendapat persetujuan kakaknya.

"Teratai, kodok, ular, nyamuk, kecebong," Yuusha berusaha mendata semua hewan yang ada diingatannya. Jemarinya bergerak-gerak sesuai perhitungan yang dilakukannya. "Oh, kelupaan, ada ikan juga."

"jiwa yang memanggil nyawa. Hmm... Kenapa harus menggunakan dua kosa kata untuk nyawa? Yura berpikir sangat keras.

Sejenak hening meliputi ketiganya. Masing-masing menggunakan semua daya upaya di kepala mereka untuk memecahkan masalah ini. Teka-teki yang seharusnya belum saatnya mereka hadapi.

Lima belas menit lebih mereka berdiskusi. Saling lempar ide, tapi kemudian mendapat ketidaksetujuan dua yang lain.

"Kenapa harus menanti?" Yuusha menggaruk kepalanya. "Jiwa ... Nyawa ... Menanti...."

Tiba-tiba ada kelebatan gambar muncul di benaknya. Sesuatu yang mungkin bisa menjadi jawaban.

"Kak! Aku tahu jawabannya!" Yuusha berteriak dengan bangga.

"Kak! Aku tahu jawabannya!" Yuusha berteriak dengan bangga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sengaja kubuat TBC biar maso.
Enggak, aku udah sakit kepala. Enggak kuat nulis lagi. Sabtu bakal mau bubu seharian. Takut ga kekejar nulis.

Kemaren malam pas ngajar, si Yuusha rewel bgt sampe aku 2x hilang dr kelas mentoring premium masing2 1 jam (ketiduran sambil nyusui).

Jadi kelas yang tadinya cuma 2 jam jadi melar 3 jam. Besok pagi 1 jam utang kudu dikerjain. Ya Allah puyeng.

Siangnya, Yufa berulah, sih. Aku biasa bubu siang buat recharge, malam jadi ga bubu. Aduuh... Smg Sabtu ini hbs dari Rumah Vaksin bisa balas dendam bubu. Mana tulang ekorku rasanya sakiiiiit sekali.

Semoga tema Ahad nggak kejam2 dan masih bisa dicocoklogikan sama ini. Orz

Vide et Crede x 30 DWC 2019Where stories live. Discover now