Day 22 - 2019 - Pertanyaan

53 7 18
                                    

Buat tulisan yang dimulai dengan kata-kata, "Apakah ada pertanyaan?"

Buat tulisan yang dimulai dengan kata-kata, "Apakah ada pertanyaan?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apakah ada pertanyaan?"

Nora menggeleng lemah. Semua keterangan dokter sudah dicatatnya dengan baik.

Hari ini, Akri sudah boleh pulang. Namun, entah mengapa kakinya masih belum bisa digerakkan. Pria itu hidup sendirian. Bokir tak mungkin bisa merawatnya. Laki-laki macam itu tidak akan bisa menjadi seorang perawat.

Menyewakan perawat tak mungkin juga. Uangnya sudah habis dipensam sebagai harta. Belanda banyak meminta uang untuk biaya perang di sana-sini. Menggelontorkan uang untuk pribumi yang tidak memiliki hubungan apa-apa, justri aman menambah masalah.

Kalau begitu, Nora-lah yang harus melakukannya. Namun, bagaimana mungkin seorang pria dan wanita bisa tinggal satu atap?

Nora hanya bisa mengangguk dan berterima kasih pada dokter yang merawat Akri itu, sebelum pergi meninggalkan ruangan.

Di koridor rumah sakit, Akri duduk dk kursi roda menanti kedatangannya. Wajahnya terlihat pucat meski senyum tak lekang menghiasi wajahnya.

Sepuluh hari koma, tiga hari lalu Akri sadar, dan kini pria itu sudah bisa tersenyum seperti biasa menyambutnya. Nora merasa hatinya tersayat.

Tak adakah sedikit rasa Akri dendam padanya? Bukankah secara tak lamgsung, dialah penyebab Akri menderita seperti ini?

"Nora, kenapa wajahmu seperti lampu minyak kehabisan bahan bakar?" kekeh Akri ketika keduanya berhadapan.

"Maaf, eik ..."

"Hei, tidak ada yang perlu dimaafkan!" poting Akri cepat.

"Tapi kakimu ..."

Akri memandang kedua kakinya masih dengan wajah ceria. "Aku sudah bisa bangun dari koma, itu sudah lebih dari cukup." Akri mengelus pahanya perlahan. "Soal kaki, dokter juga bilang mungkin hanya sementara. Aku akan latihan di rumah."

Nora merasakan sesuatu yang hangat mengaliri pipinya.

"Hei, Nora. Aduh, kenapa kamu menangis?" Akri tampak kebingungan karena ia tak bisa melakukan apa pun untuk menenangkannya.

Tiba-tiba dengan gerakan cepat, Nora menarik napas dan menyeka air matanya. Ditatapnya Akri lekat-lekat.

"Akri, maukah kamu menikah denganku?"

"Apa?!"

Ya pokoknya begitulah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ya pokoknya begitulah....

Vide et Crede x 30 DWC 2019Where stories live. Discover now