Day 12 - 2019 - Cabar

61 13 3
                                    

Temanya : Cabar

Temanya : Cabar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Peluh terus berkejaran tanpa pernah berhenti di tubuh ketiga sosok itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Peluh terus berkejaran tanpa pernah berhenti di tubuh ketiga sosok itu.

"Sudah selesai belum?" Suara wanita berlogat asing itu kembali terdengar.

"Kau istirahat saja, Nora. Biar kami yang selesaikan." Suara bas itu terdengar lembut dan sabar.

Nora menggeleng. "Tidak bisa begitu, Akri!" wanita itu kembali mengangkat paculnya. "Kita harus cepat-cepat. Ai makin khawatir kalau ada tentara Holland yang melihat kita.

"Bokir, lo udah apalin belon kode-kode supaye bise nyampe ke mari?" Logat Akri berubah drastis ketika bicara dengan pria yang lainnya.

Pria yang sedari tadi hanya berkomat-kamit menghapal itu akhirnya menjawab. "InsyaAllah, Bang. Aye udah apalin. Tapi, pan aye kaga yakin juga bisa inget terus-terusan. Apalagi kalo ntar kite kepergok ame kompeni atau ... setan." Pemuda itu menggigit bibir bawahnya khawatir.

Sebenarnya, baik Bokir maupun Nora tidak yakin rencana penguburan harta ini akan berhasil. Tentara belanda tersebar di mana-mana, dan menyembunyikan satu peti harta di tengah hutan bisa dikatakan merupakan ide gila!

Apalagi, Akri hanya nengandalkan Bokir untuk menghafal lokasi penguburan.

Untungnya, tugas mereka sudah selesai. Tanah yang sudah digali, kini sudah rapat kembali. Masalahnya, kini Bokir justru mengkeret di belakang Akri.

Suara desau angin menggoyangkan semak-semak. Ketika gulita merengkuh, burung hantu berkukuk, jangkrik dan segala binatang malam bersahutan seolah memandang sesuatu yang tak kasatmata, pasti selalu mampu membuat keberanian menciut.

"Bang, perasaan aye kaga enak. Di sini kayak banyak demitnye," bisiknya.

Akri menepuk punggung sepupunya berkali-kali. "Tenang aje. Bentar lagi pan subuh. Segala macam gangguan demit, guna-guna bakalan cabar!"

"Iye, tapi aye takut, Bang," bisiknya. "Sekarang pan udah jam due. Biasanye setan nongolnye jam segini. Udah cabar nih aye!"

"Aduh, jangan omong yang serem. Ye bikin ai pusing! Ai juga takut. Tidak cuma ye!" Nora mengibaskan tangan. "Lebih baik ye hafalin rute kita tadi. Jangan sampai cabar! Sekarang kita pulang!"

Bokir menarik dan mengembuskan napasnya perlahan. Semua perjuangan ini demi menutupi kesalahannya dulu. Dia terlalu cabar hingga kekurangan uang.

Akri menawarkan uang cukup banyak asal mau membantunya mengubur harta karun. Lalu upah berikutnya pun akan diberikan setelah suasana aman dan harta itu bisa mereka gali lagi.

Bokir sudah bisa hidup nyaman hanya dengan uang mukanya. Karena itu, Bokir berusaha meyakinkan diri bahwa semua baik-baik saja. Keberaniannya untuk mengikuti rencana Akri memang nyaris tak tersisa. Namun, ia akan berjuang.

Yang pasti, ia tidak boleh lengah! Ia harus mengingat semua langkah menuju ke tempat ini.

Semua demi masa depan yang lebih baik.

Semua demi masa depan yang lebih baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

UANJIR.... Wkakaka btw krn ark (arkais) kata2 kuno, kok pas wkaka. Kukebut aja lol

SEMUA ARTI KATANYA MASHOK, KOMANDAN!

Ini rasanya nacam ngomong :

Aku tahu kamu suka tahu

Vide et Crede x 30 DWC 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang