Day 10 - 2019 - Tiga Persyaratan

52 13 1
                                    

Buat tulisan yang mengandung tiga kata ini di dalamnya: Setangkai Lily, pistol, kapur tulis

Buat tulisan yang mengandung tiga kata ini di dalamnya: Setangkai Lily, pistol, kapur tulis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yura dan Yufa menoleh serentak ke arah Yuusha keheranan. Adik bungsu mereka mungkin bisa menebak arti teka-teki yang tertulis.

"Jiwa-jiwa berkumpul memanggil nyawa untuk menunggu?" Yura meyakinkan Yuusha kalau adiknya tidak salah berpikir.

Yura mengangguk kuat. "Yup! Yuusha udah tahu artinya." Bocah laki-laki gembul itu menepuk-nepuk dadanya bangga.

"Co-coba kamu jelaskan." Setengah tak percaya akhirnya Yufa mendengarkan adiknya dengan serius.

Dengan bersedekap di depan dada, Yuusha berdeham. Tudung jaket yang tadinya terjatuh kentengkuk, dinaikkan ke atas. Dengan gaya sok detektif, dia mengelus-elus janggut imajinernya.

"Jadi, seperti yang kita semua tahu, kalau danau yang tenang memiliki banyak jiwa." Yuusha menekankan pada kata jiwa. "Ada bunga juga hewan."

Yura masih tak menangkap arah pembicaraan Yuusha sama sekali.

"Nah, tadinya Yuusha mikir kalau jiwa-jiwa itu artinya buanyaaaaaak!" Tangan gembulnya melebar ke kanan dan ke kiri. "Jadi, mungkin jentik nyamuk atau mungkin kodok."

"OOOOH....!" Yufa berseru seolah mendapat ilham. Yuusha terkejut melihat reaksi kakaknya.

Baru saja Yufa hendak melontarkan sebuah kalimat, sikutan keras masuk ke pinggangnya dari sisi kanan. Yura melotot keras ke arah korban yang sedang meringis kesakitan itu memberi tanda agar menutup mulutnya. Si Bungsulah yang berhak menjelaskan semuanya.

Yufa masih merintih ketika tangannya memberi tanda agar Yuusha melanjutkan penjelasannya.

Yuusha kembaki tertawa senang. "Nah, kepikirannya sih nyamuk memanggil kodok buat jadi santapan. Namun, kodok ada banyak juga. Harusnya dua-duanya pakai kata ulang. Tapi, yang diulang cuma jiwanya."

Yura tahu, sebenarnya Yufa sudah menangkap penjelasan adiknya. Akan tetapi, mereka tak boleh memotongnya. Itu yang diajarkan orang tua mereka. Membiarkan orang menyelesaikan pembicaraan mereka. Tugas kita mendengar, lalu memberikan tanggapan dengan sopan. Lagi pula, Yuusha begitu pandai mampu memecahkan teka-teki itu. Jika sampai Yufa memotong dan merusak kesenangannya, bisa-bisa si bungsu akan kehilangan semangat.

Yuusha masih kecil. Dirinya dan Yufa harus bisa mengajari bocah itu untuk terus berani berfikir dan mengeluarkan pendapat tanpa takut salah dan dicemooh.

"Kesimpulannya," Yuusha menaik-turunkan alisnya. "Jiwa itu adalah ikan. Dan nyawa adalah manusia. Jadi, itu adalah tempat ikan berkumpul yang memanggil manusia buat mancing." Dia menjentikkan jarinya. "Jadi, mancing itu kan nunggu tuh."

Yufa mengelus puncak kepala Yuusha bangga meski dia sudah bisa menebak sejak petunjuk awal tadi. "Adikku memang cerdas." Dia terkekeh. Untung saja Yura memgingatkannya. Hanya saja, Kakaknya memang sedikit brutal kalau menegur. Sakitnya masih terasa!

"Okeeee! Sekarang kita menuju tempat kumpulnya ikaaaan!" Yuusha mengangkat tangan kanannya yang terkepal ke atas. Tiba-tiba gerakannya terhenti. "Eh? Tapi di mana? Kita nggak bawa perahu."

Yura menepuk pundak adiknya dan mengajaknya berdiri. Sepoi angin kembali terasa menyejukkan. Matahari mulai naik sepenggalah mengusir embun yang bergelayut di pucuk-pucuk rumput.

Yura mengangsurkan teropongnya ke Yuusha. Tangannya menunjuk ke arah barat laut. "Lihat di sana."

Yuusha menurut.

"Tadi aku sudah mengamati kondisi sekitar. Lalu ada sungai kecil di sana. Mungkin ada mata air." Yura tersenyum. "Biasanya, di danau konsentrasi ikan ada di tempat aliran keluar masuknya air ke danau"

"BERANGKAAAAAAT!" Yufa tampak bersemangat.

Ketiganya berjalan beriringan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketiganya berjalan beriringan. Yufa melemparkan pandanganya ke tengah danau.

"Wow ... Banyak Lily pad merah!"

"Hah?"

"Teratai air." Yura menjelaskan.

"Cantik banget!" Yufa masih mengamati dari kejauhan. "Kalau kita bawa setangkai Lily buat Mama gimana?"

Yura menggeleng. "Jangan merusak alam. Biarin aja. Kita bawain fotonya aja."

Kedua adiknya langsung setuju.

Tiba-tiba terdengar suara generisik dari arah semak-semak. Dengan siaga, Yura melompat ke depan berusaha melindungi ketiga adiknya dari hewan apa pun yang mungkin menyerang mereka.

"Kelinci?" Yuusha tertawa diikuti helaan napas lega kedua kakaknya. Keduanya sempat khawatir kalau yang keluar singa atau beruang. Meski hutan ini dibilang aman, tetap saja tidak bisa menyingkirkan rasa khawatir yang hadir.

"Coba kalau kita punya pistol. Pasti akan lebih merasa aman," bisik Yufa.

Yura menepuk dahinya. "Belum ada satu pun dari kita yang dewasa secara hukum. Aku memang sudah baligh tapi baru 14 tahun. Lagian senjata api nggak bisa seenaknya didapat di Indonesia."

Yufa hanya meringis mendengarnya. Lagi pula, menembak hewan liar rasanya terlalu kejam untuk pendatang seperti mereka. Kalau bisa diselesaikan dengan kabur atau berpura-pura mati, rasanya lebih baik.

Tak berapa lama mereka tiba di tempat ikan banyak berkumpul. Sesekali riak twrlihat kala ikan-ikan itu muncul ke permukaan.

"Kak, itu hutannya serem banget." Yuusha menunjuk hutan dengan pepohonan yang begitu rapat. "Apa kita harus masuk ke sana nanti?"

Yufa mengangkat bahunya tak mengerti. "Harus lihat petunjuk berikutnya."

Yura menepuk punggung adiknya perlahan. "Tenang saja. Kita bawa kapur tulis yang bisa dicoretkan ke pepohonan sebagai tanda kita sudah lewat sana. Nanti kita beri angka biar tahu urutannya untuk keluar kembali."

Yuusha mengangguk paham. "Nah, sekarang, mari kita baca petunjuk berikutnya!

 "Nah, sekarang, mari kita baca petunjuk berikutnya!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tumben nyambungnya masih manusiawi wakakkakak

Besok masih bisa, ga ya?

Vide et Crede x 30 DWC 2019Where stories live. Discover now