Day 24 - 2017 - Ombak

52 11 4
                                    

Tema : Buat legenda tentang asal usul ombak.

Akri dan Nora duduk bersisian menghadap laut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Akri dan Nora duduk bersisian menghadap laut. Angin laut menampar wajah dan membuat keduanya menyipitkan mata sesekali kala pasir putih pantai utara Bekasi terombang-ambing di udara.

Sudah satu bulan mereka menikah secara agama. Orang tuanya marah besar, tapu tak mampu berbuat apa-apa melihat anak tunggal mereka kini berkerudung. Hari ini, keduanya mengantar orang tua Nora kembali ke Belanda dengan kapal laut besar.

Gonjang-ganjing tentara Jepang datang menduduki Indonesia dan mengusir Belanda semakin kencang terdengar. Orang tua Nora memutuskan untuk kembali ke Belanda. Meninggalkan Nora bersanding dengan suaminya di Indonesia.

"Eik sangat bersyukur, kaki yer sudah bisa digerakkan." Nora memandang suaminya sejenak.

"Alhamdulillah."

Nora memandang laut kembali. Ia bahagia bisa bersanding dengan pria yang sangat dicintainya. Pria yang mengajarkan ketenangan saat menyembah Sang Pencipta Segala. Namun, tetap ada kekosongan saat menatap laut.

"Kamu rindu orang tuamu?"

Nora mengangguk tipis.

"Maaf aku tidak bisa mendapatkan restu ayah ibumu."

Kali ini Nora menggeleng. "Tidak apa-apa. Suatu saat InsyaAllah mereka akan mengerti."

Akri tak mampu berkata-kata. Ia sudah sebatang kara sejak ia belum bisa mengingat. Orang tuanya dibunuh tentara Belanda hingga ia harus tinggal terlunta-lunta dari masjid ke masjid. Ia tak merasakan rindu pada orang tuanya. Namun, doa selalu ia panjatkan untuk keduanya.

"Yer tahu kenapa ombak terlihat saling berkejaran?" Tiba-tiba Nora melontarkan pertanyaan.

Akri tak bisa menjawab. Ia tak berpendidikan. Bisa baca tulis saja sudah sangat bagus baginya. Ia hanya menggeleng dan menanyakan alasannya.

"Moeder pernah bercerita tentang legenda ombak di pantai." Nora kembali menatap gulungan ombak yang terus menerus menyapa tepian pasir.

"Ada seorang anak laki-laki yang nakal" Wanita itu mulai berkisah ketika menyadari Akri menanti ceritanya. "Dia sangat pembangkang dan akhirnya kabur dari rumah. Sang ibu terus mencari. Namun, anak kecil itu tak kunjung kembali."

"Apa bisa ketemu?" Akri tampak penasaran.

"Ada kabar bahwa sang Anak bermain di tepi pantai. Maka ibu yang sudah sangat merindu itu mengejarnya. Sang Anak kaget melihat ibunya tengah berlari ke arahnya. Dia langsung menghindar dan berlari ke arah laut."

Akri membuka mulutnya penuh keterkejutan.

"Lalu sang anak berubah menjadi ombak kecil dan sang ibu menjadi ombak yang lebih besar. Mereka akhirbya terus berkejaran tanpa kenal lelah."

Akri menghela napas. Legenda bualan yang cukup menyedihkan. "Sayang sekali itu kisah yang mengajarkan kedurhakaan."

Nora hanya tersenyum dan menggenggam erat tangan Akri. "Yer salah. Itu justru menunjukkan betapa teguh cinta ibu. Ia bahkan mampu merengkuh si pembangkang di tepian pantai. Memeluk pasir bersamaan. Bukankah itu akhir yang bahagia?"

Akri melemparkan pandangan ke seberang. Ketika ombak besar bergulung dengan sigap, merengkuh ombak kecil yang berlari di depannya sebelum keduanya lebur dengan damai di tepian pantai.

"Ya, kamu benar."

Tolonglah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tolonglah ... aku butuh prompt buat 3 bocah unyu yg masih nunggu di pinggiran danau di masa depan.

Vide et Crede x 30 DWC 2019Where stories live. Discover now