BAB 39 : Pecah (?)

62.9K 7.1K 798
                                    

Holla! Masih ada yang nungguin cerita ini?

Maap baru update, kemarin sengaja hiatus karena emang lagi jenuh sama tulisan sendiri. Mumet. Aku ngga mau nulis atas dasar terpaksa, makanya nunggu baikan dulu :")

Sekarang udah balik. Tinggalkan komentar, ya? Sesingkat apapun udah mood banget buat kami 💜

***

Rayyan Arka Valerian & Kaivan Valerian

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Rayyan Arka Valerian & Kaivan Valerian.

***

Author Pov

"Coba Yan, kasih tips biar punya otak cerdas kayak lo. Gue kadang heran. Lo belajar jarang, tapi kok bisa pinter. Jadi anak olimpiade, juara satu pula! Bravo Man!" celetuk Kaivan di tengah aktivitas makan siangnya sekarang.

"Gue rajin belajar kok," tukas Rayyan tak terima. Lelaki itu tengah menyisihkan kulit ayam miliknya ke piring Kaivan. Satu hal kebiasaan yang dilakukan sejak mereka kecil.

Kaivan terbahak dengan wajah nyeleneh. "Kagak! Belajar versi lo tuh kalau ada PR atau mau ulangan. Hari-hari biasa lo nggak pernah buka buku. Pacaran mulu sama bola basket."

Alura yang duduk di tengah kedua kakaknya ikut menyimak. Gadis mungil itu segera menelan kunyahan terakhir sebelum menoleh pada Kaivan. "Bangke, Lura juga pinter lho. Matematika apalagi."

"Oh, ya?" Kaivan memasang wajah minat tak minat. Ia tahu betul kapasitas otak Alura tidak jauh beda dengan dirinya yang noob. "Kalau gitu sekarang Abang tanya. Lura punya tujuh apel, dijual tiga jadi?"

"Dapet duit Bang," balas Alura mantap.

Kaivan tercenung mendengar jawaban adiknya, ingin mengoreksi tapi Alura pasti akan protes. "Y-ya ... nggak gitu j-juga, Dek."

Alura menautkan alisnya aneh. "Lho? Lura bener ya Bang ngejawabnya. Kalau dijual berarti laku, itu tandanya dapet duit. Kecuali kalau gratisan, ah Bangke mah kalah pinter sama Lura."

"Eh bocil kok nyolot! Jitak ampe pitak ya baru tau rasa," ujar Kaivan tak mau kalah. "Adek siapa sih ini!"

Lelaki itu heran, padahal ia mendidik adiknya dari kecil penuh dengan kelembutan dan sopan santun. Lalu, kenapa sekarang Alura jadi pintar sekali membuatnya beristighfar. Banyak membacot juga. Ini pasti ajaran Rayyan, siapa lagi coba? Tidak mungkin Kaivan si lelaki tampan rupawan yang berbudi luhur ini.

"Yan, lo nggak ketemu sama Bunda?" tanya Kaivan menoleh pada Rayyan.

"P-pas gue berobat kemarin, tiap hari Bunda selalu nemenin," balas Rayyan sadar tidak sadar.

Lelaki itu gelisah sedari tadi, acara makan siangnya nampak tak tenang. Rayyan terus mengusap-ngusap kedua telinganya karena merasa bising oleh suara yang bersaut-sautan. Padahal di ruangan itu amat hening, hanya ada mereka bertiga saja. Tak ada yang lain.

HEI, BODYGUARD! (A Secret) ✔Where stories live. Discover now