BAB 15 : Its Hurt

79.8K 8.6K 1K
                                    

“Rasa sakit tidak berlaku bagi mereka yang mati rasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Rasa sakit tidak berlaku bagi mereka yang mati rasa.” —Rayyan Arka Valerian

***

Author Pov

Rayyan baru saja kembali ke rumah saat waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi, itu juga setelah ia membawa pulang Keyla dari dokter, dan memastikan gadis itu baik-baik saja. Tidak lupa membelikan ember baru sesuai kesepakatan dari Keyla sebelumnya.

Harusnya Rayyan tahu, kedatangannya ke rumah telat seperti ini akan menimbulkan kekacauan yang baru. Sekarang saja, tulang pipinya terasa retak saat pukulan dari tangan kekar pria itu lagi-lagi menghantam sebelah wajahnya.

"Darimana kamu?! Keluyuran?!" sembur Geo tak kenal ampun dengan mata nyalang.

Rayyan menoleh dengan raut wajah datar, segala macam rasa sakit sudah pernah dicicipinya selama ia bernapas. Pukulan seperti ini sudah seperti makanan sehari-hari. "Ayah bisa nanya baik-baik 'kan sama Rayyan?"

"Nggak usah banyak basa-basi. Di mana kamu semalam? Nggak tidur di sini, nggak ada di rumah Arsyil. Kamu kemana?! Buat kerusakan di mana lagi?"

Kerusakan? Rayyan mengulang kata itu dalam hati. Perlahan lelaki itu tertawa miris, mengingat betapa kotornya perbuatan yang telah Rayyan lakukan. Pantas saja Geo menyebutnya seperti itu. Seharusnya Rayyan sadar diri atas dosanya.

"Nggak ada yang nyuruh kamu ketawa, bodoh!" sentak Geo merasa diremehkan. Rayyan kecil yang dulu sering menangis tiap kali Geo memberinya peringatan, namun Rayyan yang sekarang malah sebaliknya. Sangat kebal.

"Pengen ketawa aja, nggak ada yang larang 'kan?"

Geo kembali melayangkan bogeman mentah di rahang putranya. Rayyan terhuyung beberapa langkah, sampai rasa linu menyadari jika sudut bibirnya sudah robek. Tak sampai di situ, Geo mencengkram erat baju Rayyan hingga tatapan penuh kebencian tersorot sempurna dari matanya. Rayyan tak melawan.

"Nggak usah berbelit-belit. Saya cuman nanya, kamu dari mana semalem!" kata Geo dengan nada tinggi.

Rayyan memandang penuh arti. "Khawatir?"

"Khawatir?" ulang Geo seraya terkekeh nyeleneh. "Saya khawatir sama kamu?! Mimpi Rayyan! Seseorang yang sudah saya tidak anggap anak kenapa juga harus dikhawatirkan? Sekalipun kamu mati juga saya nggak peduli."

"MAS!" Anita baru saja keluar kamar langsung disuguhi perseteruan hebat yang lagi-lagi terjadi. Wanita itu mendekat maju tanpa pikir panjang, wajahnya memerah menahan emosi serta rasa nyeri yang bergejolak kuat di dalam dada.

"Istigfar Mas! Kenapa sih kamu gini terus?! Aku itu capek! Aku capek dengernya!" kata Anita tandas. Ia tidak berbohong, wanita itu sudah lelah dengan peperangan yang tidak usai.

"Tanya sama anak kamu itu! Dia darimana, semaleman malah keluyuran! Udah tau nggak bener, makin nggak bener lagi anaknya."

"Karena semalem Rayyan nggak ada di rumah?" tanya Anita tak habis pikir. "Dia nggak buat ulah Mas, dia nggak kayak yang kamu tuduhin. Dia ada ngejagain Keyla putrinya Maya. Aku yang nyuruh dia, kalau kamu mau marah, marahin aku. Di sini Rayyan nggak salah."

HEI, BODYGUARD! (A Secret) ✔Where stories live. Discover now