BAB 16 : Tragedy

82.8K 8.6K 1.3K
                                    

“Cara menyiksa paling manis adalah menghancurkan mentalnya secara sadis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cara menyiksa paling manis adalah menghancurkan mentalnya secara sadis.” —Hei, Bodyguard!

***

Author Pov

Reyhan Raka Valerian.

Semua orang mengenalnya sebagai anak dengan kepribadian cerdas dan bertata krama. Usianya masih 9 tahun, namun memiliki karakter positif begitu kuat. Reyhan yang selalu teliti dan apik dalam melakukan sesuatu, Putra Mahkota pertama generasi Valerian berikutnya.

Perbandingan Reyhan dan Rayyan sangat jauh berbeda. Bagai langit dan bumi. Adiknya itu sangat ceroboh, selalu membuat kesalahan di mana-mana. Susah diatur, juga amat nakal. Reyhan sering menegurnya baik-baik, namun Rayyan yang memiliki watak keras kepala tak bisa menurut.

“Kamu jangan ceroboh, Rayyan. Nanti kalau ada apa-apa kamu dimarahin Ayah lagi,” katanya lembut.

"Nggak ada apa-apa juga, aku tetep dimarahin Ayah."

Rayyan selalu dituntut untuk seperti kakaknya, dalam sikap maupun kepribadian. Geo terus menyuruh anak itu belajar segala hal dalam diri Reyhan, meski Rayyan sejujurnya tak mampu. Karena sejatinya mereka berbeda. Mau dipaksa bagaimanapun juga, dua anak itu tidak sama.

"Kamu nilai cuman dapet 87?!" tanya Geo seraya membanting hasil ulangan putra keduanya. "Reyhan saja dapat 98! Gini nih, kalau kerjaannya main-main aja. Nggak guna. Beda sama kakakmu!"

"Kak ... Rayyan bodoh, ya?" tanya anak itu ketakutan. Ia beringsut memeluk Reyhan yang mendekapnya erat.

"Nggak kok, Rayyan udah berusaha. Nanti belajar bareng lagi, ya?" tawar Reyhan selalu saja menenangkan bagi adiknya.

Geo tak pernah sadar, jika semua anak memiliki kapasitas yang berbeda. Cara mendidiknya sudah jelas salah. Rayyan jadi tidak ingin menjadi dirinya sendiri, semakin lama ia malah ingin seperti Reyhan. Alasannya satu, agar Geo membanggakan dirinya sekali saja. Meski hukuman fisik diterima begitu telaten oleh anak itu—walau tidak terlalu parah awalnya.

Sampai satu hari Rayyan kembali membuat kesalahan, kecerobohan fatal tak terampuni. Membinasakan posisinya sebagai seorang anak di mata Geo.

"Kamu kenapa?" tanya Reyhan saat menyusul adiknya menaiki anak tangga. Gelagat Rayyan nampak aneh, berjalan tertatih-tatih dengan tangan mengeratkan jaket kulitnya. Wajahnya pucat.

"Enggak pa-pa Kak," balas anak itu singkat. Ia hanya tak mau Reyhan melihat luka bekas pukulan penggaris besi yang diberikan oleh Geo, hukuman karena Rayyan berkelahi dengan teman sekelasnya.

"Kamu sama diapain lagi sama Ayah?!" sentak Reyhan dengan pandangan getir. Ia menarik tangan adiknya–upaya melepas pegangan pada jaket itu. "Sini Kakak liat!"

"Enggak!" Rayyan mengelak. "Rayyan nggak pa-pa, Kakak pergi aja sana."

"Liat!" paksa Reyhan tak mau kalah.

HEI, BODYGUARD! (A Secret) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang