BAB 49 : Skandal

54.3K 7.2K 2.9K
                                    

Jangan lupa ramein lagi kayak chapter kemarin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa ramein lagi kayak chapter kemarin. Happy reading! ❤

***

Author Pov

"Dia suka sekali berbicara sendiri. Mengobrol seolah-olah ada orang di sampingnya. Ada yang menemaninya. Ntah kenapa sekarang menjadi lebih sering dari sebelumnya."

Fahri membalikan badannya setelah berkata demikian, Direktur Personalia VL-Guard itu memusatkan pandangannya ke arah seorang Dokter yang masih terduduk di atas kursinya. "Ini sudah sangat parah, benar?"

"Sejujurnya iya Pak Fahri." Dokter Dino mengangguk. "Harusnya ... Rayyan memang sudah tidak lagi dibiarkan bebas di luar seperti sebelumnya. Pengobatan dan terapi saja tidak cukup. Saya juga sedikit takut."

"Takut?" tanya Fahri. "Maksudnya?"

"Teman halusinasi dipenglihatan Rayyan adalah wajahnya sendiri. Isi pemikirannya sendiri. Itu berarti, semua kecaman dan juga kalimat toxic yang ia terima selama belasan tahun hidup berhasil menembus otak Rayyan sehingga menjelma menjadi Rayyan yang lain, yang ia anggap kawan."

Dokter Dino meletakkan kedua tangannya di atas meja. "Anak itu sudah kehilangan jati dirinya sejak lama. Dipicu meledak bukan membuat isi hatinya semakin membaik, tapi memperparah logikanya sendiri."

Ah baik lah, Fahri mengerti.

Orang normal saja pasti akan lebih memilih circle atau pertemanan yang sehat daripada toxic, karena biasanya itu akan mempengaruhi cara berpikir kita seiring waktu berjalan. Apalagi Rayyan yang setiap saat dibuntuti oleh halusinasi yang menyesatkan, menghasut, bahkan juga menjebak.

Apa bisa lelaki itu bertahan dengan pola pikirnya yang sehat? Apa ada kemungkinan jika Rayyan kalah lalu menuruti hasutan buruk dari delusinya sendiri? Jujur saja ... akan sangat mengerikan jika sampai itu terjadi.

"Pak Fahri, dengar ini. Penyebab seseorang menjadi psikopat adalah 30 persen faktor genetik, sementara sisanya disebabkan oleh pola asuh yang keras. Tekanan mental di lingkungan sekitar, juga trauma psikologis yang bisa saja merubah kepribadian seseorang jika si penderita kehilangan kendali. Apalagi kalau punya sakit mental lain—"

"Rayyan bukan seorang psikopat! Psikopat tidak punya rasa empati dan simpati pada siapapun." Fahri mengangkat satu telunjuknya. "Dan Rayyan masih bisa jatuh cinta pada seorang gadis, juga pernah menangis. Itu berarti, hati nuraninya masih ada."

"Saya tidak bilang Rayyan adalah psikopat," balas Dokter Dino dengan serius. "Tetapi dia bisa menyerupai. Remember, he's dangerous boy. Like a monster, but not. Dari kecil putra kedua Valerian itu senang membunuh hewan untuk menyalurkan sifat liarnya."

"Itu masa kecilnya, bukan sekarang. Tidak bisa disamakan," tukas Fahri. 

"Justru itu masalahnya." Dokter Dino menghela napas panjang. "Baiklah, saya ubah perumpamaannya. Bukan seorang psikopat, tapi bagaimana dengan kata penjahat?" tanyanya lagi membuat Fahri diam. "Itu ucapan yang Ayahnya cetuskan pada Rayyan sejak berusia delapan tahun, sampai anak itu bahkan pernah menganggap dirinya penjahat sungguhan. Iya, kan?"

HEI, BODYGUARD! (A Secret) ✔Where stories live. Discover now