BAB 1 : Bodyguard?

212K 15.2K 2.3K
                                    

Author Pov

Ceroboh—guling-guling gedubrak.

Itu adalah kata yang cocok mendeskripsikan seorang Keylana Leandra. Sudah naik kelas 12, namun sama sekali belum bisa mengontrol diri untuk lebih hati-hati. Keyla itu orangnya tidak sabaran, sering melakukan hal dengan terburu-buru. Ngebut banget kayak kereta patas.

“Aw, sakit Ma,” ringis Keyla ketika Maya—mamanya sibuk mengobati luka di keningnya.

“Kamu tuh lain kali hati-hati dong Lana! Untung mama lagi di rumah, tau nggak mama kaget banget pas ngeliat kamu turun dari angkot udah kayak terjun bebas!” kata Maya cemas.

Pasalnya bukan sekali dua kali mendapati putri semata wayangnya pulang dengan keadaan bonyok. Sekarang saja keningnya terluka. Sisi kiri benjol dan yang sisi kanan memar. Berangkat berniat sekolah, pulang sudah seperti korban amukan massal.

“Lana tuh udah hati-hati juga. Siapa suruh naro kursi di ambang pintu angkot.”

“Kebiasaan suka nyalahin! Kamu itu jangan ceroboh-ceroboh banget, Na. Belajar jaga diri,” kata Maya seraya membereskan P3K. “Mana sampe kejambretan gitu lagi.”

Keyla terdiam, ia bergumam pelan seraya melirik Maya menggunakan ujung matanya. “Mama kayak yang peduli banget sama Lana.”

“Ya jelas peduli lah.” Maya menyahut cepat. “Kamu itu anak Mama! Kalau anak domba baru mama nggak peduli.”

Keyla semakin terdiam. Ia hanya menunduk seraya memainkan kuku-kukunya getir. Hanya Maya yang Keyla punya saat ini, ia sudah tidak lagi mempunyai ayah semenjak tiga tahun lalu. Dirinya seorang yatim. Pantas saja jika Maya sangat mengkhawatirkannya.

Memang naluri seorang Ibu tidak bisa diragukan lagi, tapi nyatanya hubungan Keyla dan Maya sedang tidak baik. Terlihat sangat jelas jika dinding pembatas itu berdiri dengan kokoh. Menjulang dengan tegap. Menjadikan ikatan antara anak dan ibu renggang hampir tiga tahun lamanya. Hanya karena satu alasan sampah.

“Mamanya mulai minggu depan bakal jarang ada di rumah. Bakal bolak balik ke luar kota,” kata Maya membuka suara setelah keheningan melanda.

“Hm, udah biasa,” balas Keyla datar.

“Tapi kamu nggak boleh sendiri terus.”

“Nggak sendiri kok, bertiga sama Malaikat Raqib Atid.”

“Lana,” panggil Maya layaknya sebuah teguran. Bukan waktunya bercanda. “Mama serius.”

Keyla terkekeh miris. Siapa di sini yang sedang bercanda? Justru Maya, ia bilang tidak boleh membiarkan dirinya sendiri, tapi nyatanya wanita itu selalu pergi tanpa pernah menemaninya sebentar saja. Oh ya, Keyla lupa. Maya adalah wanita karir, jelas kesibukan nomor satu dibanding putrinya sendiri.

“Mama bakal nyewa Bodyguard,” kata Maya berhasil membuat Keyla mendongak.

“H-hah?”

“Selama Mama di luar kota dan sibuk kerja, kamu nggak bakal sendiri lagi.” Maya tersenyum penuh arti, wanita kemudian mengambil ponselnya. “Terlebih lagi kamu orangnya ceroboh, jadi mama rasa kam—”

“Oh tidak bisa maddam!” sela Keyla lebih dulu sebelum Maya menuntaskan kalimatnya. “Lana nggak setuju!”

“Mama nggak peduli,”

“Mana bisa begitu, Ma?” tanya Keyla sengit dengan nafas turun-naik tak teratur. “Anak presiden aja kalau jajan jarang di kawal. Lah ini? Orang kerjaan Lana mati suri di atas kasur masa harus nyewa Bodyguard segala. Alay, Ma. A-tu-de-lay. Alayers.”

HEI, BODYGUARD! (A Secret) ✔Место, где живут истории. Откройте их для себя